Jumat, 29 Januari 2021

Mbah Mijan Klaim Bisa Pisahkan Pasangan Gancet, Memangnya Beneran Ada?

 Belakangan viral video di media sosial pria dan wanita di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, bercumbu tak bisa dilepas dan disebut-sebut mengalami 'gancet'. Faktanya, pihak kepolisian setempat memastikan keduanya mengidap gangguan jiwa.

"Orang gila dua-dua, pegang-pegang. Tidak mau dilepaskan mereka," ucap Kapolsek Labuhan Ruku AKP Jagani Sijabat.


Beberapa kali, fenomena gancet memang selalu heboh di masyarakat. Namun, sebenarnya beneran ada tidak sih fenomena gancet?


Seorang seksolog beberapa waktu lalu menjelaskan fenomena gancet atau kondisi alat kelamin seolah 'terkunci' saat berhubungan seksual ternyata hanya mitos. Ia menyebut tak pernah ada bukti medis fenomena gancet ini terjadi.


"Nggak ada itu, itu cuma mitos. Nggak pernah terbukti," tegas Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, Guru Besar Departemen Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana kala itu.


Kondisi yang membuat penis tak bisa lepas atau disebut penis captivus secara teori bisa terjadi karena kejang pada jaringan vagina saat berhubungan badan. Meski begitu, para ahli menyebut kejangnya otot vagina pun tak akan pernah membuat penis menjadi tak bisa lepas.


Beberapa laporan di jurnal ilmiah memang pernah menyinggung fenomena ini. Namun tidak pernah ada konfirmasi secara langsung, dan hanya berdasarkan kesaksian.


Menanggapi isu fenomena gancet di Tanjung Tiram, Sumatera Utara, paranormal kondang Mbah Mijan mengklaim beberapa kasus terkait fenomena gancet menyebabkan kematian bila tak segera dipisahkan. Mbah Mijan ingin membantu kasus melepaskan pasangan gancet seperti yang diisukan terjadi di Tanjung Tiram karena tahu solusinya.


"Info aja, di beberapa kasus, gancet bisa sebabkan kematian. Kalau beberapa hari korban tak bisa lepas, Mbah akan terbang ke Sumut dan bantuin ngelepasin," kata Mbah Mijan di akun Twitternya.


Seperti apa solusi Mbah Mijan yang mengklaim bisa atasi fenomena gancet?


TERUSKAN MEMBACA, KLIK DI SINI

https://movieon28.com/movies/the-hunt-3/


Agar Tak Salah, Ini Cara Membedakan Bercak Kusta Vs Panu


 Kusta dan panu kerap sulit dibedakan karena sama-sama menimbulkan bercak di kulit. Dokter kulit dari Persatuan Dokter Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) dan Sekretaris Kelompok Studi Morbus Hansen Indonesia (KSMHI) dr Zunarsih, SpKK menyebut ada beberapa perbedaan antara kusta dan panu.

dr Zunarsih mengatakan untuk membedakan panu dan kusta yang pertama, bercak yang timbul karena kusta awalnya dari kecil, tapi lama kelamaan menjadi besar. Lalu, dari sedikit bisa menjadi banyak.


"Kalau misalnya seseorang panu, dalam kurun waktu 1 sampai 2 minggu dia langsung banyak. Jadi kalau kulitnya bercak putih seperti panu dengan dikasih obat panu tapi tidak sembuh-sembuh, nah itu biasanya kusta," jelas dr Zunarsih dalam Temu Media Hari Kusta Sedunia Tahun 2021, Jumat (29/1/2021).


Selain itu, dr Zunarsih menambahkan, bercak kusta menyerang saraf, jadi bercak putihnya cenderung lebih kering daripada kulit di sekitarnya.


"Bagaimana lebih tau lebih kering? Kalau diraba biasanya lebih kasar dan bersisik, kemudian kalau pasien tersebut berkeringat, area di sekitarnya kan basah berkeringat, dan area bercak putih tidak akan mengeluarkan keringat, itu salah satu tandanya," pungkasnya.


Kementerian Kesehatan RI mencatat ada lebih dari 9 ribu kasus baru kusta di 2020. Penambahan kasus menurun dibandingkan tahun 2019 sebanyak 17.439 kasus baru.


Total jumlah kasus kusta yang terdaftar di Kemenkes hingga kini mencapai 16.704 kasus. Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) dr Siti Nadia Tarmizi, MEpid menyebut dari total kasus, ada 9,14 persen anak yang terpapar kusta.


"Artinya cukup tinggi, masih ada penularan kasus kusta pada anak, yang berarti penularan dari orang terdekat dari orang yang serumah hingga pengasuh anak," sebut dr Nadia dalam Temu Media Hari Kusta Sedunia Tahun 2021, Jumat (29/1/2021).

https://movieon28.com/movies/the-blood-oranges/

Jadi Kendala Vaksinasi COVID-19, Banyak Keluhan Nakes Malah Tak Terdaftar

 Tenaga kesehatan jadi kelompok prioritas penerima vaksin COVID-19 di tahap pertama. Pemerintah menargetkan kurang lebih 500 ribu nakes disuntik vaksin pada Januari 2021 kemudian dilanjutkan hingga sekitar 1,4 juta nakes di Februari 2021 mendatang.

Hanya saja cakupan vaksinasi COVID-19 untuk nakes mengalami kendala. Salah satunya diceritakan oleh dr Vito A Damay SpJP, yang menyebut banyak nakes tidak mendapat vaksin karena disebut tidak mendaftarkan diri. Nama-nama nakes yang didaftarkan oleh RS atau fasyankes sampai di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, tetap tidak muncul di data KPC PEN.


Ia juga mendapati banyak cerita mengenai dokter dan perawat yang tidak terdaftar sebagai penerima di pos vaksinasi, padahal sudah bertahun-tahun kerja di fasilitas tersebut.


"Ironisnya, salah satu RS yang punya pos vaksinasi malah tidak bisa memberikan vaksin pada nakesnya sendiri karena nakesnya tidak terdaftar menurut versi data KPC PEN, padahal nama-nama nakes tersebut jelas ada sebagai calon penerima vaksinasi versi dinas kesehatan," kata ahli jantung dari Siloam Hospital Karawaci tersebut, saat berbincang dengan detikcom, Jumat (29/1/2021).

https://movieon28.com/movies/blood-orange-3/


Lapor langsung ke Kementerian terkait

Dokter yang juga dikenal sebagai influencer kesehatan ini akhirnya melaporkan kendala tersebut pada Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan, Kominfo, dan KPC PEN untuk mengubah registrasi penerima vaksin bagi tenaga kesehatan. Ia langsung menghubungi Dirjen Kominfo untuk membicarakan perihal masalah tersebut dan akhirnya kendala bisa segera diatasi.


"Bu Niken Widiastuti Dirjen Kominfo dan Pak Arie Rukmantara yang saya hubungi langsung perihal ini dan selalu respon cepat membuat perubahan tersebut," ujarnya.


"Setiap ada kendala demikian, langsung direspon cepat dan membuat layanan WA bahkan yang terakhir usulan saya agar registrasi nakes alurnya dibalik sehingga nama nakes yang menerima vaksin diterima melalui pos vaksinasi, lalu di cross check atau di sesuaikan ke data pusat," sambungnya.


Jalur khusus tentu dibutuhkan agar para tenaga kesehatan yang tertinggal dapat menerima vaksin bersamaan dengan yang sudah terdaftar. Semua cara registrasi sudah dicoba agar memudahkan nakes untuk mengakses baik dengan email, SMS, WA, atau aplikasi.


"Adik saya bekerja di puskesmas rujukan COVID di Kampung Sawah, awalnya selalu ditulis tidak terdaftar sekarang akhirnya juga bisa mendapat vaksinasi bersama dokter dan perawat perawat lain karena perubahan alur yang lebih praktis ini," jelasnya.


Beruntung, saat ini, menurut dr Vito, Kementerian Kesehatan telah mengubah persyaratan tenaga medis yang akan vaksinasi COVID-19. Mereka hanya perlu menunjukkan surat tanda registrasi atau surat izin praktek untuk mempermudah dan mempercepat nakes mendapat vaksin COVID-19.


"Sekarang ini intinya yang penting jelas dia adalah dokter atau perawat atau tenaga medis lainnya jelas sertifikatnya, jelas orangnya siapa apalagi memang kerja di Faskes terkait yang juga pos vaksin maka boleh diberikan vaksinasi," pungkasnya.

https://movieon28.com/movies/the-legion-of-the-condemned/