Banyak pasangan yang menginginkan memiliki keturunan dengan jenis kelamin tertentu. Ternyata, selain mempengaruhi peluang kehamilan, waktu yang para pasangan pilih untuk berhubungan intim memiliki pengaruh terhadap jenis kelamin bayi, lho.
Hal ini dikarenakan sel sperma pada pria mengandung kromosom (cikal bakal jenis kelamin) X dan Y. Kromosom X merupakan cikal bakal bayi dengan jenis kelamin perempuan, sedangkan Y merupakan kromosom dengan jenis kelamin laki-laki.
Dengan demikian, jika ingin memiliki anak perempuan atau laki-laki, para pasangan dapat memperhatikan baik-baik jadwal atau siklus menstruasi wanita. Hal tersebut dijelaskan oleh Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi dan Reproduksi di Rumah Sakit Pondok Indah, dr Shanty Olivia Jasirwan, SpOG-KFER.
"Untuk mendapatkan anak laki-laki atau perempuan, maka yang menentukan itu sebenarnya dari sel sperma. Sel sperma laki-laki itu bisa mengandung X atau Y. Jika yang membuahi sel telur itu adalah sperma yang membawa sifat kromosom Y, maka kemungkinan besar itu anaknya adalah laki-laki, gitu. Apabila kromosom X, maka anaknya perempuan," ujar dr Olivia dalam diskusi virtual, Rabu (10/3/2021).
Namun, menurut dokter Olivia, penjelasan mengenai hubungan waktu berhubungan intim dan jenis kelamin bayi masih merupakan teori yang kontroversial di kalangan para ahli. Pasalnya, angka keberhasilan dari teori ini masih 50:50.
"Tapi ini masih kontroversial sekali, ya. Beberapa sperma yang membawa sperma kromosom Y itu bertahan hidup lebih pendek daripada sperma-sperma yang membawa kromosom X. Nah, jadi pada kromosom yang Y, jika ingin membuahi sel telur maka sebaiknya berhubungannya itu mendekati ovulasi. Karena dia mendekati waktu hidupnya. Karena dia waktu hidupnya lebih pendek, hanya 1-2 hari," tuturnya.
"Dan jika ingin membuahi sel telur dan ingin mendapatkan anak perempuan, maka berhubungannya menjauhi dari ovulasi. Mungkin 3 atau 4 hari sebelum ovulasi. Tetapi, ini masih kontroversial dan angka keberhasilannya masih 50:50," kata dr Olivia.
https://movieon28.com/movies/college-girls-secret-job/
Sentra Vaksinasi Lansia di Senayan Cuma untuk KTP DKI, Begini Caranya
Vaksinasi massal untuk lansia digelar pada 8-10 Maret 2021 di Sentra Vaksinasi COVID-19 Bersama, Istora Senayan. Kegiatan ini digarap oleh Kementerian BUMN, Kementerian Kesehatan, Pemda DKI, dan Indonesia Healthcare Corporation.
Selama 4 bulan ke depan, program ini ditargetkan menjangkau 5 ribu lansia per hari. Tahap awal, akan menyasar lansia pemegang KTP DKI Jakarta.
Sempat beredar kabar hoax soal program ini, menyebutkan vaksin COVID-19 dalam program Sentra Vaksinasi bisa diterima oleh penduduk dari seluruh wilayah, termasuk non-DKI. Dikatakan, calon peserta tinggal datang membawa KTP tanpa harus mendaftar.
Namun sub koordinator hubungan masyarakat Kementerian BUMN Umi Gita Nugraheni meluruskan, Sentra Vaksinasi saat ini hanya diperuntukkan bagi pemilik KTP DKI Jakarta.
"Hanya untuk lansia dan pekerja publik ber-KTP DKI Jakarta ya," ujarnya saat dikonfirmasi oleh detikcom, Rabu (10/3/2021).
Berikut mekanisme untuk bisa mengakses Sentra Vaksinasi:
1. Sebelum vaksinasi
Peserta vaksinasi harus mengisi link di TAUTAN INI lebih dulu, kemudian mengisi beberapa pertanyaan untuk kelengkapan data vaksinasi.
2. Waktu vaksinasi COVID-19
Peserta vaksinasi menerima undangan melalui WhatsApp atau SMS berisi barcode dan jadwal vaksinasi. Peserta diimbau untuk mencetak hasil self assessment sebelum mendatangi lokasi vaksinasi.
Peserta datang ke lokasi sesuai jadwal yang ditetapkan.
Peserta mengambil nomor antrean dan menunggu di ruang tunggu yang disediakan.
Peserta men-scan barcode ( pada lembar self assessment) di meja registrasi. Jika lembar belum dicetak, peserta bisa mencetak lembar self assessment di lokasi vaksinasi.
Dari lembar self assessment, peserta akan ditentukan bisa langsung mendapatkan vaksin, harus menunggu 10 menit, atau tidak bisa mendapatkan vaksin.
Jika lanjut divaksin, peserta akan diberikan vaksin COVID-19 oleh dokter di meja assessment.
Peserta menunggu selama 30 menit di lokasi untuk dilakukan observasi. Jika mengalami keluhan, peserta akan langsung dibawa ke mini ICU yang tersedia di lokasi vaksinasi.
Peserta mendapat E-Certificate vaksinasi tahap pertama.