Sudah lewat setahun tapi belum ada tanda-tanda pandemi COVID-19 akan berakhir. Salah satu cara yang ditempuh untuk mengakhiri pandemi adalah dengan membentuk herd immunity atau kekebalan kelompok.
"Herd immunity itu harus mencapai 70-80 persen dari populasi harus dibuat kebal," kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Subandrio, di konferensi pers BNPB, Jumat (12/3/2021).
Dalam sebuah permodelan data, butuh sekitar sekitar 180 juta orang di Indonesia mendapat kekebalan COVID-19 untuk bisa membentuk herd immunity. Tak hanya vaksinasi, Prof Amin menjelaskan ada ragam cara membentuk kekebalan terhadap virus Corona.
Pertama yakni mengonsumsi makanan sehat dan vitamin untuk membentuk kekebalan. Kedua, dengan membiarkan suatu populasi terkena virusnya sendiri sehingga terjadi imunitas alami.
"Tapi cara tersebut tidak etis," sebutnya.
Cara paling baik untuk membentuk herd immunity adalah dengan vaksinasi. Namun saat ini pelaksanaannya masih jauh dari target yang diharapkan. Saat ini, baru sekitar 3.769.174 orang yang divaksinasi dosis pertama dan 1.339.362 orang yang mendapat dosis kedua.
"Kita harapkan vaksinasi bisa segera diselesaikan dalam waktu cepat," pungkasnya.
https://tendabiru21.net/movies/leslie-jones-time-machine/
Virus Corona Makin Banyak Bermutasi, Pesan Pakar: Percepat Vaksinasi!
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Subandrio merekomendasikan untuk mempercepat proses vaksinasi virus Corona COVID-19. Makin cepat mencapai herd immunity, makin kecil peluang virus Corona banyak bermutasi.
"Intinya adalah kita ingin pastikan setelah vaksinasi populasi ini memiliki kekebalan sehingga tujuan vaksinasi yaitu herd immunity itu bisa tercapai. Nah, terkait dengan munculnya mutasi-mutasi ini maka di seluruh dunia juga ada rekomendasi sedapat mungkin vaksinasi diselesaikan lebih cepat sebelum virusnya banyak bermutasi," terang Prof Amin dalam diskusi virtual di Youtube BNPB, Jumat (12/3/2020).
"Logis kan ya? Sebelum musuh ini berubah bentuk, ganti baju dan lain-lainnya, ini sistem kekebalan kita harus segera dibentuk," tambahnya.
Sejauh ini, sudah ada 6 kasus varian B117 dari Inggris terdeteksi di Indonesia. Varian ini disebut-sebut 70 persen lebih menular.
Selain itu, Prof Amin juga meminta masyarakat agar tidak lagi untuk menolak vaksinasi. Terlebih, izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah terbit, keamanan dan khasiat sudah memenuhi standar.
"Sekaligus kita mendorong encourage mereka-mereka yang sudah punya kesempatan untuk divaksinasi jangan ditunda lagi, nggak usah nolak lagi," tutur dia.
Ia menambahkan, vaksinasi di Indonesia saat ini baru tahap pertama dan sebagian sudah masuk pada tahap kedua. Dan sejauh ini masih menggunakan 1 jenis vaksin yaitu vaksin Coronavax buatan Sinovac.
"Dan kita harapkan memang setelah vaksinasi kedua mereka punya kekebalan. Nah, kita sedang merencanakan untuk memantau seberapa tinggi kekebalannya, sedang dipelajari kemungkinannya walaupun tidak seluruhnya yang divaksinasi diperiksa. Tapi akan secara random," tutupnya.
Prof amin mengingatkan, vaksinasi bukan menjadi satu hal yang bisa menghentikan pademi, karena tidak berarti setelah vaksin kita menjadi 100 kebal tidak mungkin terinfeksi.