Jumat, 12 Maret 2021

Anggota DPR Sebut Vaksin Nusantara 'Masuk WHO', Artinya Apa Sih?

  Pengembangan Vaksin Nusantara jadi sorotan dalam rapat Komisi IX DPR RI pada Rabu (10/3/2021). Vaksin berbasis sel dendritik yang dibuat untuk melawan COVID-19 ini disebut 'sudah masuk dalam daftar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)' sehingga penelitiannya perlu dilanjutkan.

"Inikan sudah masuk juga ke WHO, ke jurnalnya. Ini kan kita harus ada pertanggungjawaban terhadap sesuatu yang kita mulai," kata anggota Komisi IX DPR RI dari fraksi Golkar, Dewi Asmara.


Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Regional Asia Tenggara, Profesor Tjandra Yoga Aditama, memang pernah menyebut bahwa ada 74 kandidat vaksin COVID-19 yang dalam tahap uji klinis dan masuk dalam landscape kandidat vaksin WHO per tanggal 26 Februari 2021.


Hanya ada dua dari 74 kandidat tersebut yang memakai platform sel dendritik. Satu diketahui dikembangkan China dan satu lagi, yang diduga Vaksin Nusantara, dikembangkan Indonesia.


Sebenarnya apa sih artinya jika masuk dalam landscape tersebut?


Dikutip dari situs resmi WHO, pengembangan berbagai vaksin COVID-19 di dunia memang dicatat secara berkala dalam laporan yang disebut "draft landscape and tracker of COVID-19 candidate vaccines". Tujuannya untuk memberikan rangkuman informasi terkait pengembangan vaksin.


WHO memberi catatan bahwa vaksin-vaksin yang ada di dalam daftar bukan berarti sudah mendapat persetujuan atau promosi.


"Dokumen landscape ini disiapkan WHO hanya untuk kepentingan informasi terkait pandemi virus Corona Baru 2019-2020. Inklusi produk atau entitas tertentu di dalamnya bukan merupakan suatu bentuk persetujuan atau promosi dari WHO," tulis WHO.


Jelas, masuk database tersebut tidak serta merta berarti dapat persetujuan.

https://tendabiru21.net/movies/level-up/


Agar 'Bebas' Corona, Pakar Jelaskan 3 Cara Bentuk Herd Immunity COVID-19


 Sudah lewat setahun tapi belum ada tanda-tanda pandemi COVID-19 akan berakhir. Salah satu cara yang ditempuh untuk mengakhiri pandemi adalah dengan membentuk herd immunity atau kekebalan kelompok.

"Herd immunity itu harus mencapai 70-80 persen dari populasi harus dibuat kebal," kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Subandrio, di konferensi pers BNPB, Jumat (12/3/2021).


Dalam sebuah permodelan data, butuh sekitar sekitar 180 juta orang di Indonesia mendapat kekebalan COVID-19 untuk bisa membentuk herd immunity. Tak hanya vaksinasi, Prof Amin menjelaskan ada ragam cara membentuk kekebalan terhadap virus Corona.


Pertama yakni mengonsumsi makanan sehat dan vitamin untuk membentuk kekebalan. Kedua, dengan membiarkan suatu populasi terkena virusnya sendiri sehingga terjadi imunitas alami.


"Tapi cara tersebut tidak etis," sebutnya.


Cara paling baik untuk membentuk herd immunity adalah dengan vaksinasi. Namun saat ini pelaksanaannya masih jauh dari target yang diharapkan. Saat ini, baru sekitar 3.769.174 orang yang divaksinasi dosis pertama dan 1.339.362 orang yang mendapat dosis kedua.


"Kita harapkan vaksinasi bisa segera diselesaikan dalam waktu cepat," pungkasnya.

https://tendabiru21.net/movies/the-giver/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar