Beberapa orang mengeluhkan gejala setelah disuntik vaksin COVID-19. Mulai dari demam, pegal, linu, hingga pusing dan sakit kepala. Lantas, bolehkah minum obat jika mengalami gejala-gejala tersebut setelah divaksin?
Dikutip dari Times of India, dokter penyakit dalam dr Tushar Tayal dari RS CK Birla, Gurgaon menjelaskan, kemunculan gejala pasca vaksinasi adalah hal lumrah. Maka itu, gejala-gejala ini sebenarnya tak perlu ditakutkan.
"Ini hanyalah sesederhana respons kekebalan tubuh terhadap vaksinasi," ujarnya.
Ia menjelaskan, umumnya gejala ini terjadi selama 1 sampai 2 hari setelah penyuntikan. Untuk meminimalkan gejala demam, pusing, dan sakit kepala, penerima vaksin boleh mengkonsumsi obat paracetamol.
Namun jika gejala terjadi berkepanjangan, dr Tayal menganjurkan penerima vaksin untuk tidak mengkonsumsi obat pereda sakit atau pain killer. Lebih baik, kunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan yang tepat.
"Bagi kebanyakan orang, tidak diperlukan pengobatan sama sekali setelah vaksinasi. Jika ada gejala ringan, akan sembuh dengan sendirinya seiring waktu. Jika mengalami demam atau sakit badan, disarankan untuk mengonsumsi parasetamol hanya jika diperlukan bukan secara rutin," ujarnya.
Setelah menjalani observasi selama 30 menit di lokasi vaksinasi, dokter akan menanyakan kembali perihal ada atau tidaknya gejala setelah penyuntikan.
Kemudian, penerima akan mendapat lembaran sertifikat. Di lembar tersebut, tercantum kontak dokter yang bisa dihubungi jika terjadi gejala lebih lanjut setelah meninggalkan lokasi vaksinasi.
https://trimay98.com/movies/hands-of-a-stranger/
Peneliti UNS Manfaatkan Tanah Liat Jadi Hand Sanitizer Alami
Guru besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof Pranoto mengembangkan tanah liat menjadi hand sanitizer alami. Tanah liat tersebut diolah menjadi alat bernama Gerabah Hanitizer.
Pranoto mengatakan tanah liat dibuat menjadi gerabah berbentuk tempayan atau kendi besar. Tak ada cara khusus dalam proses pembuatannya.
Namun yang membuatnya istimewa adalah jenis tanah liat yang digunakan. Tanah liat yang digunakan berjenis alofan mengandung silikat (Si) dan aluminat (Al) yang tinggi.
"Kandungan Al dan Si harus tinggi. Tanah liat biasa itu rendah, kalau alofat ini di atas 50 persen. Kalau tinggi bisa menyerap, bisa mematikan virus dan bakteri," kata Pranoto di sela pameran produk penelitian di UNS, Jumat (19/3/2021).
Tanah liat jenis ini biasa ditemukan di gunung vulkanik. Namun beberapa daerah di dataran rendah juga bisa ditemukan tanah liat alofan. Dia sudah memulai penelitian sejak 2013 dan terus mengembangkan untuk sejumlah produk.
"Ini lempung yang ada di gunung vulkanik ketinggian 1.000 meter lebih, kami pernah teliti di Gunung Lawu, Sumbing, Papandayan, Arjuno, Wilis. Tapi di ada juga kita temukan di Mojolaban (Sukoharjo), Bayat (Klaten)," kata dia.
Cara kerjanya, bilas gerabah dengan air bersih sebanyak tiga kali. Kemudian masukkan air bersih dan diamkan selama 30-60 menit di dalam gerabah. Air kemudian bisa digunakan sebagai pencuci tangan tanpa sabun.
"Air ini mengandung Ph basa, lebih dari 11. Kami sudah pernah teliti dengan air Kali Pepe, Bengawan Solo, Kali Jenes. Tadinya ada bakteri e-colinya, kemudian keluar tidak ada bakterinya," ujar Pranoto.
Pranoto juga menyebut gerabah itu juga bisa digunakan untuk menyimpan air minum. Air yang sudah masak akan memiliki manfaat lebih jika disimpan di dalam gerabah itu.
"Sudah kami uji dengan teman kedokteran, ke masyarakat Ngargoyoso (Karanganyar) yang kena gondok hilang. Ada jurnalnya. Yang pernah dicoba itu untuk penyakit gondok," kata dia.
Selain dibuat untuk gerabah, tanah liat alofan juga dikembangkan menjadi alat bernama Profita Portabel. Profita merupakan akronim dari Proses Filter Air Alami.
Air kotor dapat difilter dengan tanah liat alofan dan campuran beberapa bahan campuran, seperti karbon aktif. Alat tersebut bisa dimanfaatkan di lokasi banjir.
"Air dari banjir itu kan kotor, ketika disaring dengan alat ini bisa bersih. Sementara hanya bisa diolah menjadi air bersih. Untuk menjadi air minum harus dimasak dulu," tutupnya.