Kamis, 20 Mei 2021

4 Fakta Cutis Laxa, Kondisi Langka Penyebab Bayi Lahir Langsung 'Tua'

 Kondisi langka yang terjadi pada film The Curious Case of Benjamin Button, yang menceritakan kisah seorang anak laki-laki yang terlahir dengan wajah keriput dan tua, ternyata merupakan sebuah kondisi yang benar-benar ada di dunia nyata.

Kondisi langka itu disebut dengan nama sindrom cutis laxa (CL). Cutis laxa merupakan kelainan langka pada jaringan ikat dengan ciri-ciri kulit berkerut dan tidak elastis. Berikut 4 fakta cutis laxa, penyakit langka penyebab bayi terlahir keriput, yang harus diketahui.


1. Penyebab cutis laxa

Kelainan langka ini bisa disebabkan oleh faktor keturunan ataupun penyakit lainnya. Cutis laxa sendiri ternyata dialami oleh 1 dari setiap 2 juta bayi. Sejumlah faktor yang bisa menurunkan sindrom langka ini adalah kelainan genetik berupa autosomal dominan (AD), autosomal resesif (AR), X-linked resesif (XLR).


Sementara itu, penyebab lain yang bisa memicu terjadinya kondisi ini adalah penyakit autoimun, seperti lupus atau artritis reumatoid, infeksi, perawatan kanker, serta paparan obat tertentu.


2. Tanda dan gejala cutis laxa

Umumnya, gejala cutis laxa yang paling terlihat jelas bisa dilihat dari kondisi fisik. Seperti dari kulit keriput yang kendur, khususnya di sekitar wajah, batang tubuh, lengan, dan tungkai yang menggantung dalam lipatan, sehingga menyebabkan tampilan terlihat tua.


Namun, ternyata cutis laxa juga bisa menimbulkan gejala pada organ lainnya di dalam tubuh, lho. Organ apa saja yang bisa menjadi gejala sindrom ini? Bagaimana mendiagnosis dan tata laksana apabila mengalami penyakit langka ini?


TERUSKAN MEMBACA, KLIK DI SINI


Supaya Seks Oral Aman, CDC Rekomendasikan Pakai Kondom Lidah


Sebagian orang mungkin berpikir bahwa seks oral bisa lebih minim risiko daripada bercinta biasa karena tidak melibatkan penetrasi organ kelamin. Anggapan tersebut sebetulnya keliru karena menurut ahli tetap ada risiko beberapa penyakit menular lewat seks oral.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebut penyakit bisa menular apabila mulut atau area kelamin pasangan sedang mengalami infeksi. Contoh penyakitnya mulai dari chlamydia, gonore, sipilis, herpes, HPV, hingga HIV.


"Kamu bisa mengurangi risiko menularkan atau tertular penyakit saat seks oral dengan menggunakan kondom, dental dam, atau metode penghalang lainnya," tulis CDC dan dikutip pada Rabu (19/5/2021).


Dikutip dari BBC, dental dam atau sering disebut juga sebagai kondom lidah pada dasarnya merupakan lateks berbentuk persegi yang ditempatkan di atas vagina. Tujuannya berfungsi sebagai pembatas sehingga mulut dan lidah tidak melakukan kontak langsung dengan organ intim.


"Pakai sebelum memulai seks oral dan pertahankan sampai selesai.. Jangan ditarik-tarik karena bisa memicu sobek," kata CDC.


Sementara untuk seks oral pada pria, kondom penis yang biasa dianggap sudah cukup melindungi.

https://nonton08.com/movies/the-purpose-of-an-x-rated-encounter/


Aman, Penggunaan 39 Batch Vaksin AstraZeneca Jalan Terus


Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan hanya satu dari 40 batch vaksin AstraZeneca yang dihentikan sementara penggunaan dan distribusinya. Sedangkan untuk 39 batch lainnya masih tetap didistribusikan dan digunakan.

"Hanya satu batch atau kumpulan produksi, yaitu batch CTMAV547 yang dihentikan sementara untuk pengujian toksisitas dan sterilitas oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) sebagai bentuk kehati-hatian pemerintah. Batch CTMAV547 berjumlah 448.480 dosis dan merupakan bagian dari 3.852.000 dosis AstraZeneca yang diterima Indonesia pada 26 April 2021 melalui skema Covax Facility/WHO," terang dr. Siti dalam keterangan tertulis, Rabu (19/5/2021).


"Batch AstraZeneca selain CTMAV547 aman digunakan sehingga masyarakat tidak perlu ragu," imbuhnya.


Langkah pemerintah ini dinilai sebagai tindakan bijaksana oleh Pakar Imunisasi, dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH. Menurutnya, kalau hasil dari uji toksisitas dan sterilitas di Badan POM terhadap batch tersebut lulus, maka batch yang ditunda bisa dilanjutkan.


Sedangkan untuk vaksin AstraZeneca secara keseluruhan, menurut dr. Jane, sudah teruji penggunaan dan manfaatnya. Terbukti, AstraZeneca adalah vaksin COVID-19 yang paling banyak digunakan di dunia. Saat ini sudah dipakai lebih dari satu miliar dosis.


"WHO menyatakan vaksin AstraZeneca aman," kata dr. Jane.


Dia mencontohkan, Inggris yang sudah mengimunisasi 70% penduduknya menggunakan vaksin AstraZeneca berhasil menekan kasus COVID-19 dari 59.937 kasus pada 9 Januari 2021 menjadi 2.220 pada 17 Mei 2021.


"Belajar dari pengalaman negara yang sudah berhasil, Indonesia harus lebih bersemangat untuk memastikan masing-masing mendapat imunisasi apapun vaksinnya," ujar dr. Jane.

https://nonton08.com/movies/19-gold-swamp-of-sex/

Selasa, 18 Mei 2021

Cerita Tompi saat Gejala Corona Adiknya Memburuk Usai Ibunda Dikebumikan

 Baru-baru ini, penyanyi sekaligus dokter bedah plastik, Tompi, menceritakan situasi Corona di Aceh saat mendiang ibunda terpapar COVID-19 di sana. Ia mengaku kaget lantaran tak sedikit orang yang menganggap remeh Corona hingga tak percaya penyakit tersebut ada.

"Saya ketemu dengan satu polisi yang pangkatnya bukan receh, bertanya ke saya dengan kalimat? Betul Tompi ibunya COVID-19? Saya pikir COVID-19 itu nggak ada," cerita Tompi dalam akun Instagram pribadinya, dikutip Senin (17/5/2021).


Sang ibu, tak berhasil selamat melawan Corona, lantaran saturasi oksigen terus menurun dan tak kunjung mendapat perawatan medis. Tak hanya sang ibu, usai pemakaman berlanjut, adik Tompi rupanya ikut tertular Corona dan mengalami gejala COVID-19 yang memburuk.


"Pagi itu saya melihat adik saya makin memberat batuknya. Makin lemas, makin nggak mau makan," sambung Tompi.


"Dan waktu itu jam 4 pagi sama, saya ngerasa, mungkin karena punya sense kedaruratan, karena dokter, saya rasa ini harus cepat dibawa ke RS," lanjutnya.


Beruntung, sesampai di Banda Aceh, perjalanan dari Lhokseumawe, fasilitas kesehatan untuk Corona di sama lebih baik dari tempat sebelumnya. Selain yang dialami kasus adik Tompi, ada beberapa gejala Corona yang wajib diwaspadai seperti berikut.


1. Napas pendek

Napas pendek bisa menandakan pasien Corona memerlukan perawatan medis secara intensif. Terlebih, jika mulai mengganggu aktivitas keseharian.


2. Pusing atau tiba-tiba tidak sadarkan diri

Pusing yang tak berkesudahan juga bisa menjadi tanda infeksi Corona sudah serius. Apalagi jika diikuti dengan kondisi tak sadarkan diri, sebisa mungkin berusaha mendapat penanganan medis secepatnya.


Kondisi tersebut menandakan pasien terkena gangguan pernapasan akut dan tidak mendapat cukup oksigen.


TERUSKAN MEMBACA, KLIK DI SINI.

https://trimay98.com/movies/to-catch-a-thief/


Keluarga Setujui Autopsi Jenazah Pria Jaktim yang Meninggal Usai Vaksinasi


 Belakangan, meninggalnya pemuda 22 tahun asal Jakarta Timur heboh jadi perbincangan. Pasalnya, tak sampai 24 jam pasca disuntik vaksin AstraZeneca, ia wafat dengan catatan mengeluhkan efek samping vaksin, seperti demam tinggi hingga pegal.

Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Prof Hindra Irawan Satari menegaskan, untuk menemukan kaitan penyebab meninggal yang bersangkutan dengan vaksin AstraZeneva, perlu dilakukan proses autopsi jenazah. Pihak keluarga disebut Prof Hindra akhirnya bersedia melalui proses tersebut.


"Alhamdulillah (keluarga) sudah bersedia diautopsi, sedang disiapkan oleh Dinas Kesehatan DKI," jelas Prof Hindra kepada detikcom tanpa merinci kapan persisnya autopsi akan berlangsung.


Pemuda bernama Trio Fauqi Virdaus diketahui sudah dikebumikan 6 Mei lalu. Kesepakatan autopsi jenazah pemuda tersebut hasil dari diskusi bersama pihak keluarga Senin pagi (17/5/2021).


"Tadi pagi, kami datang, silaturahmi, berduka cita, kemudian saya konfirmasi kejadian-kejadian dari yang menunggu almarhum, dari sejak awal keluhan," tutur Prof Hindra.


Ia sangat berduka dan menyayangkan, almarhum belum sempat mendapat penanganan medis saat mengeluhkan beragam efek samping. Terlebih saat demam Trio tak kunjung mereda, dan mengeluhkan pegal-pegal hingga sempat dipijat.


Hal tersebut yang kemudian, juga menyulitkan proses investigasi Komnas KIPI. Sebab, tidak ada data apapun seperti pemeriksaan fisik hingga hasil CT scan, yang bersangkutan disebut Prof Hindra sampai ke RS dengan kondisi wafat.


"Jadi memang datanya nggak ada, data pemeriksaan fisik nggak ada, data wawancara dari almarhum nggak ada, pemeriksaan lab nggak ada, CT scan nggak ada, jadi ya mudah-mudahan dengan autopsi kita bisa mendapatkan apakah ada keterkaitan," sebut Prof Hindra.


"Baik keterkaitan antara vaksin dan yang diberikan, atau ada penyakit lain," tutupnya.

https://trimay98.com/movies/fight-back-to-school/