Rabu, 26 Mei 2021

13 Gejala COVID-19 pada Anak-anak, Siapa Pun Bisa Terinfeksi!

 Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga rentan terhadap infeksi COVID-19. Meski tidak banyak anak yang terinfeksi COVID-19, gejala COVID-19 pada anak juga hampir mirip dengan gejala yang dialami oleh orang dewasa.

Anak-anak yang terinfeksi COVID-19 tanpa mengalami gejala pun juga bisa menyebarkan virusnya pada orang dewasa. Bahkan tidak sedikit anak yang mengalami gejala COVID-19 yang cukup parah hingga harus menjalani perawatan intensif.


Lalu, apa saja gejala COVID-19 pada anak? Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), bayi berusia di bawah satu tahun dan anak-anak yang memiliki kondisi atau penyakit tertentu lebih rentan mengalami gejala parah jika terinfeksi COVID-19.


Berikut ini sejumlah kondisi yang bisa meningkatkan risiko anak-anak mengalami gejala COVID-19 lebih parah dibandingkan anak-anak tanpa kondisi medis apa pun, yaitu:


Asma atau penyakit paru kronis

Diabetes

Kondisi genetik, neurologis, atau metabolik

Penyakit sel sabit

Penyakit jantung sejak lahir

Imunosupresi atau kondisi di mana sistem kekebalan imun melemah karena kondisi medis tertentu atau sedang dalam pengobatan yang melemahkan sistem kekebalan

Anak-anak dengan berbagai kondisi kronis yang mempengaruhi banyak bagian tubuh

Obesitas

Sementara itu, gejala COVID-19 pada anak mirip dengan gejala yang dialami oleh kebanyakan orang dewasa. Akan tetapi, gejala COVID-19 paling umum yang dirasakan oleh anak terinfeksi COVID-19 adalah demam dan batuk.


Namun, anak juga bisa mengalami sejumlah gejala COVID-19 berikut ini:

Demam atau meriang

Batuk

Hidung tersumbat atau pilek

Kehilangan indra penciuman

Sakit tenggorokan

Sesak napas atau kesulitan bernapas

Diare

Mual atau muntah

Sakit perut

Kelelahan

Sakit kepala

Nyeri otot atau tubuh

Hilangnya nafsu makan, terutama pada bayi berusia di bawah satu tahun.

https://trimay98.com/movies/the-erotic-rites-of-frankenstein/


Wajib Jujur Saat Screening Vaksin Corona! Risiko Pembekuan Darah Bisa Dicegah


- Menjawab jujur ketika ditanya seputar riwayat penyakit sebelum divaksin COVID-19 adalah langkah krusial. Dengan begitu, dokter bisa menentukan aman-tidaknya vaksinasi, serta menekan risiko efek samping berat atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) serius, termasuk pembekuan darah.

Ketua Komda PP KIPI Provinsi DKI Jakarta dr Ellen Sianipar, SpA(K) menyebut, kasus tidak jawab jujur ini biasanya disebabkan pasien tak mau giliran vaksinasinya diundur.


Meski menurutnya laporan KIPI serius yang muncul kurang dari 1 persen, sikap terbuka dan menjawab jujur ketika hendak disuntik vaksin COVID-19 amat penting untuk mendeteksi dan menekan potensi KIPI serius.


"Pasien tidak terbuka atau yang menyembunyikan atau merasa bahwa dirinya ingin segera mendapat vaksinasi atau menggebu-gebu. Ada beberapa tidak dikatakan, misal sudah pusing sejak kemarin tapi ketika ditanyakan dia tidak mengatakan apa-apa. Ditensi baik, disuhu baik, tapi karena dia tidak mengatakan apa-apa, dilakukan vaksinasi," terangnya dalam diskusi daring, Selasa (25/4/2021).


Ia mengingatkan, pertanyaan seputar riwayat penyakit diberikan sebelum calon penerima vaksin disuntik. Di tahap pemeriksaan ini, calon penerima bisa menyampaikan keluhan dan gejala yang dirasakan. Jika hasil pemeriksaan dokter menyatakan aman, barulah vaksinasi akan dilakukan.


Jika calon penerima memang diketahui memiliki riwayat penyakit komorbid jauh hari sebelum divaksin COVID-19, baiknya sebelum jadwal vaksinasi periksakan diri dulu ke dokter yang biasa menangani.


"Harapannya masyarakat lebih terbuka, jujur untuk mengatakan. Jika punya komorbid, jika ragu-ragu lebih baik diperiksa dulu oleh dokter yang merawat atau yang biasa kontrol untuk mengetahui apakah bisa dilakukan vaksinasi atau tidak," imbuh dr Ellen.

https://trimay98.com/movies/fifteen-year-old-captain/

Waktu Terbaik untuk Morning Sex Adalah 7.30, Ini Alasannya

 Bercinta di pagi hari memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Selain bisa memulai hari dengan bahagia dan mempererat hubungan, ternyata terdapat survey yang menyebutkan bahwa waktu terbaik untuk bercinta adalah di pagi hari.

Salah satu alasan mengapa pagi hari merupakan waktu terbaik untuk morning sex adalah lantaran pasangan memiliki lebih banyak energi di pagi hari usai tidur semalaman, khususnya 45 menit usai bangun tidur.


Menurut sebuah survey, dikutip dari India Times, waktu terbaik untuk morning sex adalah pukul 7.30 pagi. Pasalnya, di waktu tersebut, endorfin yang dilepaskan saat bercinta akan membantu pasangan agar bisa menjalani hari dan beraktivitas dengan bahagia.


Selain itu, kadar testosteron pria juga berada pada puncaknya pada pagi hari, sehingga pria akan tahan lebih lama di ranjang dibandingkan dengan bercinta di malam hari. Tak hanya itu, bercinta di pagi hari juga bisa menurunkan tekanan darah tinggi dan tingkat stres, lho.


Bagi wanita, morning sex juga bisa membuat kulit menjadi tampak lebih bercahaya. Sebab, hormon estrogen dan testosteron yang dilepaskan saat bercinta bisa meningkatkan kesehatan kulit dan rambut.


Meski pagi hari merupakan waktu di mana banyak orang kerap terburu-buru untuk beraktivitas, pasangan bisa mencoba seks kilat atau quickie sex, lho.

https://trimay98.com/movies/relative-sister/


13 Gejala COVID-19 pada Anak-anak, Siapa Pun Bisa Terinfeksi!


Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga rentan terhadap infeksi COVID-19. Meski tidak banyak anak yang terinfeksi COVID-19, gejala COVID-19 pada anak juga hampir mirip dengan gejala yang dialami oleh orang dewasa.

Anak-anak yang terinfeksi COVID-19 tanpa mengalami gejala pun juga bisa menyebarkan virusnya pada orang dewasa. Bahkan tidak sedikit anak yang mengalami gejala COVID-19 yang cukup parah hingga harus menjalani perawatan intensif.


Lalu, apa saja gejala COVID-19 pada anak? Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), bayi berusia di bawah satu tahun dan anak-anak yang memiliki kondisi atau penyakit tertentu lebih rentan mengalami gejala parah jika terinfeksi COVID-19.


Berikut ini sejumlah kondisi yang bisa meningkatkan risiko anak-anak mengalami gejala COVID-19 lebih parah dibandingkan anak-anak tanpa kondisi medis apa pun, yaitu:


Asma atau penyakit paru kronis

Diabetes

Kondisi genetik, neurologis, atau metabolik

Penyakit sel sabit

Penyakit jantung sejak lahir

Imunosupresi atau kondisi di mana sistem kekebalan imun melemah karena kondisi medis tertentu atau sedang dalam pengobatan yang melemahkan sistem kekebalan

Anak-anak dengan berbagai kondisi kronis yang mempengaruhi banyak bagian tubuh

Obesitas

Sementara itu, gejala COVID-19 pada anak mirip dengan gejala yang dialami oleh kebanyakan orang dewasa. Akan tetapi, gejala COVID-19 paling umum yang dirasakan oleh anak terinfeksi COVID-19 adalah demam dan batuk.


Namun, anak juga bisa mengalami sejumlah gejala COVID-19 berikut ini:

Demam atau meriang

Batuk

Hidung tersumbat atau pilek

Kehilangan indra penciuman

Sakit tenggorokan

Sesak napas atau kesulitan bernapas

Diare

Mual atau muntah

Sakit perut

Kelelahan

Sakit kepala

Nyeri otot atau tubuh

Hilangnya nafsu makan, terutama pada bayi berusia di bawah satu tahun.

https://trimay98.com/movies/imprisonment/