Minggu, 13 Desember 2020

Perajin Rotan di Perbatasan Aruk Mulai Rambah Pasar Singapura

 Saat tiba di Perbatasan Aruk-Malaysia, Anda akan disuguhi banyak sekali kebun sawit dan karet di kanan dan kiri jalan. Tak heran, sebab masyarakat setempat memang banyak yang menggantungkan hidup sebagai petani karet dan sawit.

Namun masyarakat di sana tak hanya berprofesi di sektor pertanian dan perkebunan saja. Di salah satu sudut perbatasan, ada sejumlah perajin rotan yang kerap memasarkan hasil produksinya ke Malaysia.


"Udah lama belasan tahun, dari tamat SD udah kerja, rotan itu beli, ada yang jual ke sini. Kalau udah jadi ada yang bawa ke Malaysia, diekspor," kata salah satu Perajin Rotan di Desa Piantus, Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas, Salim (70) kepada detikcom beberapa waktu yang lalu.


Salim menjelaskan hasil kerajinan rotan yang ia buat rata-rata merupakan perabotan rumah tangga, seperti kursi dan meja. Namun kadang ada pesanan khusus, seperti membuat kursi duduk di motor matic, sofa, dan lain sebagainya. Harga jualnya pun berbeda-beda.


"Harga 1 set (4 kursi dan 1 meja makan) Rp 850 ribu, banyak macam modelnya, tergantung pesanan. Model sofa Rp 5 jutaan satu set, tergantung pasaran," katanya lebih lanjut.

https://indomovie28.net/movies/silam/


Salim mengaku hanya memproduksi, sementara yang memasarkannya adalah anaknya, Alia (47). Tak hanya memasarkan produknya ke Malaysia saja, kini perajin rotan juga mulai merambah pasar Singapura berkat adanya Sentra KM Rotan dan Bambu yang didirikan pada tahun 2019 lalu oleh pemerintah setempat.


"Udah ada pesanan dari Singapura, belum jadi tapi udah ada mau ratusan, kelompok (perajin rotan) yang bikin," kata Salim lagi.


Sementara itu, anak Salim, Alia yang kerap menjual hasil produksi ayahnya tersebut mengaku adanya pandemi dan lockdown Malaysia membuatnya tak bisa lagi menjual hasil produksi rotan lewat PLBN Aruk.


"(Gara-gara) Corona nggak ada yang pesan lagi (dari PLBN Aruk), Kuching Corona zona merah, nggak bisa masuk," kata Alia.


Ia tak memungkiri Corona berdampak pada pendapatannya. Meski masih bisa menjual di Jagoi Babang, Bengkayang, namun tak seramai dulu. Jagoi Babang termasuk dalam 11 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) prioritas sesuai amanah Inpres Nomor 1 Tahun 2019, pembangunannya telah dimulai dan direalisasikan selesai pada tahun 2022. Saat ini orang bisa keluar masuk Indonesia untuk berjualan harus menggunakan Kartu PLB (Pas Lintas Batas). Sama seperti PLBN Aruk, Jagoi Babang juga diawasi ketat oleh TNI, polisi, dan bea cukai.


Meski terdampak pandemi, namun berkat adanya Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro (BPUM) yang disalurkan Bank BRI Unit Kecamatan Galing, Alia mengaku terbantu untuk tambahan modal usahanya dan ayahnya.


"Dengan adanya bantuan (BPUM) terbantu banget, iya alhamdulillah, ada modal kan untuk kita putar lagi, belikan barang, dijual lagi," kata Alia.


Di ulang tahun yang ke-125, BRI dengan tema BRILian hadir di perbatasan untuk membantu menyelamatkan UMKM-UMKM terdampak pandemi, salah satunya adalah dengan menyalurkan BPUM dari Pemerintah.


detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan khususnya di masa pandemi. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus beritanya di tapalbatas.detik.com.

https://indomovie28.net/movies/nice-sister-in-law-2016/

Selama Pandemi, Uang Saku Mahasiswa Paling Banyak Dipakai Beli Kuota

 Banyak hal berubah selama pandemi Corona, tak terkecuali pola konsumsi uang saku para mahasiswa. Jika biasanya pengeluaran didominasi biaya sewa kos dan kebutuhan sehari-hari kini justru berubah.

Berdasarkan survei dari Lifepal, dilansir pada Sabtu (12/12/2020), pos pengeluaran terbesar mahasiswa selama pandemi adalah untuk membeli pulsa dan kuota internet. Hal ini seiring dengan meluasnya sistem pembelajaran online tanpa tatap muka demi menghindari penyebaran COVID-19.


Pengeluaran untuk kuota internet menduduki angka paling tinggi sebesar 44,8%, diikuti pengeluaran untuk kebutuhan makanan dan minuman sehari-hari dengan besaran 15,6%. Kemudian, uang saku juga habis untuk membeli pakaian dan aksesoris sebanyak 10,2%.


Pengeluaran bulanan berupa sewa hunian (kos, apartemen, dan rumah) merupakan pengeluaran terbesar sebelum pandemi COVID-19 muncul. Namun di masa pandemi, pengeluaran makan dan minum justru menempati posisi kedua terbesar setelah pulsa dan kuota internet.


"Fenomena ini mengindikasikan banyak mahasiswa yang akhirnya memilih pulang ke rumah orang tuanya saja," tulis laporan survei Lifepal.


Adapun pengeluaran mahasiswa dalam survei ini meliputi pulsa, biaya makanan dan minuman, transportasi, sewa hunian, traveling, belanja pakaian, belanja barang hobi, hangout, olahraga, dan pengeluaran lainnya.

https://indomovie28.net/movies/young-sister-in-law-3/


Survei dilakukan LifePal dengan metode random sampling terhadap 443 responden yang merupakan mahasiswa di seluruh wilayah Indonesia. Survei berlangsung pada 6 Oktober hingga 4 Desember 2020.


Perbandingan jumlah responden dalam survei ini adalah, 144 responden pria dan 299 responden wanita.


Lalu berapa banyak uang saku yang diterima mahasiswa saat pandemi, apakah jumlahnya berkurang?


Soal besaran, sebagian besar mahasiswa atau mencapai 59% dari total responden mengaku menerima uang saku sebesar Rp 1 hingga 3 juta per bulan. Sementara itu 29,4% lainnya menerima uang saku di bawah Rp 1 juta per bulan.


Di masa pandemi, jumlah responden yang menerima uang saku Rp 1 hingga 3 juta per bulan menurun jadi 17,6%. Sementara itu 71% responden atau sebagian besarnya yang mengaku menerima uang saku di bawah Rp 1 juta per bulan.


Sementara itu mayoritas mahasiswa di Indonesia memilih menyimpan uang sakunya apabila jumlahnya berlebih dalam rekening bank dibanding melakukan investasi di berbagai portofolio. Totalnya, ada 65,2% mahasiswa di Indonesia memilih untuk menyimpan uang sakunya yang berlebih di bank.


Kemudian, hanya 22,4% dari total responden yang akhirnya memilih untuk berinvestasi untuk membeli logam mulia, surat berharga, dan instrumen lainnya.


"Ketika uang saku yang dimiliki berlebih setelah penggunaan dalam sebulan, 65,2% dari seluruh responden memilih untuk menyimpan uang tersebut di tabungan," tulis laporan Lifepal.


Sementara itu ada juga mahasiswa yang menghabiskan lebihan uang sakunya untuk menghibur diri. 7,5% di antaranya menghabiskan uang saku lebihnya untuk berbelanja. Kemudian, ada 5% yang menggunakannya untuk travelling.


Lalu, bila dilihat dari penggunaannya, ada 33,5% mahasiswa saja yang uang sakunya mengalami surplus alias kelebihan.


Kebanyakan, mahasiswa mengaku uang sakunya cukup alias selalu habis tiap bulannya, dengan jumlah 57,5%. Lalu, sebanyak 9% responden lain mengaku bahwa uang saku yang diterima tidak cukup, atau defisit.

https://indomovie28.net/movies/young-sister-in-law-3-2019/