Banyak hal berubah selama pandemi Corona, tak terkecuali pola konsumsi uang saku para mahasiswa. Jika biasanya pengeluaran didominasi biaya sewa kos dan kebutuhan sehari-hari kini justru berubah.
Berdasarkan survei dari Lifepal, dilansir pada Sabtu (12/12/2020), pos pengeluaran terbesar mahasiswa selama pandemi adalah untuk membeli pulsa dan kuota internet. Hal ini seiring dengan meluasnya sistem pembelajaran online tanpa tatap muka demi menghindari penyebaran COVID-19.
Pengeluaran untuk kuota internet menduduki angka paling tinggi sebesar 44,8%, diikuti pengeluaran untuk kebutuhan makanan dan minuman sehari-hari dengan besaran 15,6%. Kemudian, uang saku juga habis untuk membeli pakaian dan aksesoris sebanyak 10,2%.
Pengeluaran bulanan berupa sewa hunian (kos, apartemen, dan rumah) merupakan pengeluaran terbesar sebelum pandemi COVID-19 muncul. Namun di masa pandemi, pengeluaran makan dan minum justru menempati posisi kedua terbesar setelah pulsa dan kuota internet.
"Fenomena ini mengindikasikan banyak mahasiswa yang akhirnya memilih pulang ke rumah orang tuanya saja," tulis laporan survei Lifepal.
Adapun pengeluaran mahasiswa dalam survei ini meliputi pulsa, biaya makanan dan minuman, transportasi, sewa hunian, traveling, belanja pakaian, belanja barang hobi, hangout, olahraga, dan pengeluaran lainnya.
https://indomovie28.net/movies/young-sister-in-law-3/
Survei dilakukan LifePal dengan metode random sampling terhadap 443 responden yang merupakan mahasiswa di seluruh wilayah Indonesia. Survei berlangsung pada 6 Oktober hingga 4 Desember 2020.
Perbandingan jumlah responden dalam survei ini adalah, 144 responden pria dan 299 responden wanita.
Lalu berapa banyak uang saku yang diterima mahasiswa saat pandemi, apakah jumlahnya berkurang?
Soal besaran, sebagian besar mahasiswa atau mencapai 59% dari total responden mengaku menerima uang saku sebesar Rp 1 hingga 3 juta per bulan. Sementara itu 29,4% lainnya menerima uang saku di bawah Rp 1 juta per bulan.
Di masa pandemi, jumlah responden yang menerima uang saku Rp 1 hingga 3 juta per bulan menurun jadi 17,6%. Sementara itu 71% responden atau sebagian besarnya yang mengaku menerima uang saku di bawah Rp 1 juta per bulan.
Sementara itu mayoritas mahasiswa di Indonesia memilih menyimpan uang sakunya apabila jumlahnya berlebih dalam rekening bank dibanding melakukan investasi di berbagai portofolio. Totalnya, ada 65,2% mahasiswa di Indonesia memilih untuk menyimpan uang sakunya yang berlebih di bank.
Kemudian, hanya 22,4% dari total responden yang akhirnya memilih untuk berinvestasi untuk membeli logam mulia, surat berharga, dan instrumen lainnya.
"Ketika uang saku yang dimiliki berlebih setelah penggunaan dalam sebulan, 65,2% dari seluruh responden memilih untuk menyimpan uang tersebut di tabungan," tulis laporan Lifepal.
Sementara itu ada juga mahasiswa yang menghabiskan lebihan uang sakunya untuk menghibur diri. 7,5% di antaranya menghabiskan uang saku lebihnya untuk berbelanja. Kemudian, ada 5% yang menggunakannya untuk travelling.
Lalu, bila dilihat dari penggunaannya, ada 33,5% mahasiswa saja yang uang sakunya mengalami surplus alias kelebihan.
Kebanyakan, mahasiswa mengaku uang sakunya cukup alias selalu habis tiap bulannya, dengan jumlah 57,5%. Lalu, sebanyak 9% responden lain mengaku bahwa uang saku yang diterima tidak cukup, atau defisit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar