Saat tiba di Perbatasan Aruk-Malaysia, Anda akan disuguhi banyak sekali kebun sawit dan karet di kanan dan kiri jalan. Tak heran, sebab masyarakat setempat memang banyak yang menggantungkan hidup sebagai petani karet dan sawit.
Namun masyarakat di sana tak hanya berprofesi di sektor pertanian dan perkebunan saja. Di salah satu sudut perbatasan, ada sejumlah perajin rotan yang kerap memasarkan hasil produksinya ke Malaysia.
"Udah lama belasan tahun, dari tamat SD udah kerja, rotan itu beli, ada yang jual ke sini. Kalau udah jadi ada yang bawa ke Malaysia, diekspor," kata salah satu Perajin Rotan di Desa Piantus, Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas, Salim (70) kepada detikcom beberapa waktu yang lalu.
Salim menjelaskan hasil kerajinan rotan yang ia buat rata-rata merupakan perabotan rumah tangga, seperti kursi dan meja. Namun kadang ada pesanan khusus, seperti membuat kursi duduk di motor matic, sofa, dan lain sebagainya. Harga jualnya pun berbeda-beda.
"Harga 1 set (4 kursi dan 1 meja makan) Rp 850 ribu, banyak macam modelnya, tergantung pesanan. Model sofa Rp 5 jutaan satu set, tergantung pasaran," katanya lebih lanjut.
https://indomovie28.net/movies/silam/
Salim mengaku hanya memproduksi, sementara yang memasarkannya adalah anaknya, Alia (47). Tak hanya memasarkan produknya ke Malaysia saja, kini perajin rotan juga mulai merambah pasar Singapura berkat adanya Sentra KM Rotan dan Bambu yang didirikan pada tahun 2019 lalu oleh pemerintah setempat.
"Udah ada pesanan dari Singapura, belum jadi tapi udah ada mau ratusan, kelompok (perajin rotan) yang bikin," kata Salim lagi.
Sementara itu, anak Salim, Alia yang kerap menjual hasil produksi ayahnya tersebut mengaku adanya pandemi dan lockdown Malaysia membuatnya tak bisa lagi menjual hasil produksi rotan lewat PLBN Aruk.
"(Gara-gara) Corona nggak ada yang pesan lagi (dari PLBN Aruk), Kuching Corona zona merah, nggak bisa masuk," kata Alia.
Ia tak memungkiri Corona berdampak pada pendapatannya. Meski masih bisa menjual di Jagoi Babang, Bengkayang, namun tak seramai dulu. Jagoi Babang termasuk dalam 11 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) prioritas sesuai amanah Inpres Nomor 1 Tahun 2019, pembangunannya telah dimulai dan direalisasikan selesai pada tahun 2022. Saat ini orang bisa keluar masuk Indonesia untuk berjualan harus menggunakan Kartu PLB (Pas Lintas Batas). Sama seperti PLBN Aruk, Jagoi Babang juga diawasi ketat oleh TNI, polisi, dan bea cukai.
Meski terdampak pandemi, namun berkat adanya Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro (BPUM) yang disalurkan Bank BRI Unit Kecamatan Galing, Alia mengaku terbantu untuk tambahan modal usahanya dan ayahnya.
"Dengan adanya bantuan (BPUM) terbantu banget, iya alhamdulillah, ada modal kan untuk kita putar lagi, belikan barang, dijual lagi," kata Alia.
Di ulang tahun yang ke-125, BRI dengan tema BRILian hadir di perbatasan untuk membantu menyelamatkan UMKM-UMKM terdampak pandemi, salah satunya adalah dengan menyalurkan BPUM dari Pemerintah.
detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan khususnya di masa pandemi. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus beritanya di tapalbatas.detik.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar