Rabu, 23 Juni 2021

Menkes: Lonjakan Corona Usai Lebaran 2021 Melebihi Kenaikan Pasca Liburan 2020!

  Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut lonjakan kasus pasca Lebaran tahun ini melebihi kenaikan kasus Corona pasca liburan Lebaran dan Natal serta Tahun Baru 2020. Adanya variant of concern (VoC) yang telah menyebar di Indonesia disebut-sebut jadi biang kerok lonjakan kasus.

"Varian ini memang lebih cepat menular," kata Menkes dalam rilis di situs Kementerian Kesehatan, Selasa (22/6/2021).


"Masih ada momentum libur-libur lain kedepannya, tolong untuk tinggal di rumah saja agar kita bisa melindungi keluarga, tetangga, dan orang terdekat dari penularan COVID-19 ini," lanjutnya.


Satgas Penanganan COVID-19 beberapa waktu lalu juga menyampaikan bahwa kasus pasca-Idul Fitri di tahun 2021 secara nasional mengalami kenaikan yang lebih tinggi, yaitu mencapai 112,22 persen. Sedangkan kenaikan kasus pada tahun 2020 adalah sebesar 93,11 persen.


Data dari Kementerian Kesehatan, Senin (21/6), jumlah total keterisian tempat tidur untuk pasien COVID-19 secara nasional ada di angka 57 ribu. Kemenkes menginstruksikan tempat tidur perawatan khusus COVID-19 untuk ditingkatkan dari 75 ribu menjadi 83 ribu.


Dengan asumsi seluruh rumah sakit di Indonesia memberikan

30 persen kapasitas ruangan untuk merawat pasien COVID-19, tempat tidur isolasi untuk pasien COVID-19 masih bisa ditingkatkan hingga mencapai 130 ribu tempat tidur.


Salah satu upaya melindungi masyarakat dari paparan virus Corona adalah menggencarkan vaksinasi. Menkes juga menyampaikan bahwa seluruh vaksin COVID-19 yang dipakai di Indonesia terbukti efektif untuk menangani varian COVID-19, khususnya varian Delta.


"Manfaat vaksinasi sudah terbukti. Mumpung sekarang vaksinnya makin banyak tersedia, masyarakat tidak usah ragu-ragu lagi untuk segera vaksinasi," imbau Menkes.

https://nonton08.com/movies/guapa-rica-y-especial/


Buru-buru Klaim 'Obat COVID' Bikin Panik, Bisa-bisa Ivermectin Diborong!


 Menteri BUMN Erick Thohir baru-baru ini merekomendasikan Ivermectin sebagai salah satu terapi COVID-19. Sayangnya rekomendasi ini belum sejalan dengan penentuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang sampai saat ini masih mengklasifikasikan Ivermectin sebagai obat cacing.

Pakar kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Ari Fahrial Syam menyebut pemerintah terlalu terburu-buru 'melabeli' Ivermectin sebagai terapi COVID-19, sehingga membuat masyarakat menjadi panik.


"Mustinya ini pejabat jangan euforia lah, harus sesuai dengan job descriptionnya. Otoritas yang menyampaikan obat ini boleh atau tidak kan badan pom, jadi kita dengarkan aja badan POM," kata Prof Ari saat diwawancarai detikcom, Selasa (22/6/2021).


"Masyarakat kan jadinya panik seperti yang terjadi dulu klorokuin, dexamethasone, yang sempat hilang di pasaran," lanjutnya.


Lebih lanjut, Prof Ari mengingatkan bahwa Ivermectin tergolong obat keras. Konsumsi obat ini dalam jangka waktu lama bisa merusak sistem kerja tubuh.


"Orang juga beli banyak-banyak buat apa kan nggak bakal terpakai. Kalau minum cuma satu tablet gak ada masalah, kalau mengikuti saran yang viral minum tiap hari, bisa jadi masalah, bisa rusak livernya," sebut Prof Ari.


Sampai saat ini, keamanan dan khasiat Ivermectin sebagai obat COVID-19 masih dalam kajian. Di Indonesia, penelitian terkait Ivermectin sebagai terapi COVID-19 disebut baru akan dimulai oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes).

https://nonton08.com/movies/la-nueva-marilyn/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar