Kamis, 03 Juni 2021

Vaksin mRNA Pfizer Dikaitkan dengan Kasus Radang Jantung Miokarditis

 Disebut sangat langka dan mayoritas ringan, kasus Miokarditis atau radang jantung ditemukan pada sejumlah penerima dosis kedua vaksin mRNA Pfizer-BioNTech. Umumnya pria berusia di bawah 30 tahun.

Temuan ini diungkap Kementerian Kesehatan Israel dalam laporan terbarunya. Mereka mencatat ada 275 kasus Miokarditis sepanjang Desember 2020 hingga Mei 2021, 148 di antaranya berdekatan dengan pemberian dosis kedua vaksin Pfizer.


Sebanyak 27 kasus, termasuk 11 dengan kondisi penyerta, dilaporkan mengalaminya segera setelah pemberian dosis pertama. Terhitung langka mengingat sudah ada 5.401.150 orang yang menerima vaksin ini.


Menurut Kementerian Kesehatan Israel, mayoritas kasus Miokarditis yang dilaporkan dialami pria berusia di bawah 30 tahun, khususnya antara 16-19 tahun. Sebagian besar ringan, pasien selesai perawatan setelah 4 hari di rumah sakit.


Dilaporkan juga ada satu kematian akibat Miokarditis, namun tidak terbukti secara konklusif. Dilaporkan juga, temuan kasus berkurang pada kelompok usia yang lebih dewasa.


Temuan ini terungkap di tengah rencana Israel memberikan vaksinasi pada warga usia 12-15 tahun. Dikutip dari Times of Israel, para pakar menyarankan hanya memberikan satu dosis pada usia muda untuk menghindari efek samping pada dosis kedua.


Apa itu miokarditis?

Dikutip dari Mayo Clinic, miokarditis adalah pembengkakan atau inflamasi pada otot jantung (myocardium). Selain mempengaruhi otot jantung, miokarditis juga bisa mempengaruhi kelistrikan jantung dan mengurangi kemampuannya memompa darah dengan normal.


Infeksi virus merupakan penyebab umum, tetapi reaksi dengan obat juga bisa memicunya. Beberapa gejala yang menyertai Miokarditis antara lain:


Nyeri dada

Aritmia atau denyut jantung tidak normal

Sesak napas saat melakukan aktivitas berat

Bengkak di kaki atau retensi cairan

Letih.

https://tendabiru21.net/movies/goodbye-hero/


Viral Hoax Makan Bawang 3 Kali Sehari Sembuhkan Corona, Ini Faktanya


Beberapa waktu lalu beredar narasi viral makan bawang merah tiga kali sehari dan memakai perasan air lemon bisa menyembuhkan infeksi COVID-19. Narasi ini mulanya berasal dari cuitan akun Pam Vredenburg di akun Facebook.

"Makanlah bawang merah 3 kali sehari, balurkan garam di dekat hidung. Tidur dengan posisi tengkurap selama 2 jam. Teteskan air perasan lemon ke hidung untuk melawan COVID-19," demikian narasi viral yang dipastikan hoax, dikutip dari laman resmi Satgas COVID-19.


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memastikan tidak ada bukti ilmiah terkait hal tersebut. Dikutip dari Times Now, dokter spesialis onkologi Rumah Sakit Wockhardt, Mira Road, Mumbai, dr Chandra Veer Singh juga menjelaskan meneteskan air perasan lemon ke hidung malah bisa menyebabkan sinusitis.


Ada juga risiko seperti iritasi hingga peradangan saluran pernapasan. Klaim serupa juga viral di India. Belakangan, pemerintah India pun memastikan tak ada bukti ilmiah bawang merah mengobati Corona.


Kerap ramai diperbincangkan di media sosial, penggunaan perasan air lemon juga tidak meningkatkan kekebalan atau mencegah infeksi COVID-19.


Akun Twitter resmi PIB Fact Check merilis pernyataan terkait hoax tersebut.


"Sebuah video sedang dibagikan di media sosial yang mengklaim bahwa memasukkan 2 tetes jus lemon ke dalam hidung akan segera membunuh virus Corona. Klaim yang dibuat dalam video adalah palsu. Tidak ada bukti ilmiah bahwa infeksi COVID-19 dapat hilang dengan meneteskan perasan lemon ke hidung," jelas departemen informasi publik India, PIB.

https://tendabiru21.net/movies/break-up-100/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar