Minggu, 28 Maret 2021

Masa Interval Vaksin Corona Sinovac Diperpanjang Jadi 28 Hari, Ini Alasannya

 Masa interval pemberian vaksin Corona Sinovac dosis kedua untuk kelompok usia 18-59 tahun diperpanjang menjadi 28 hari. Sebelumnya, sesuai dengan hasil uji klinis ketetapan itu hanya ditujukan bagi para lansia, sementara usia dewasa hanya 14 hari.

Perubahan ini tercantum dalam Surat Edaran Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.02/I/653/2021 terkait Optimalisasi Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19. Dalam perubahan tersebut, ada tiga poin yang menjadi sorotan terkait perubahan masa interval.


Berikut tiga poin dalam surat edaran Kemenkes, yaitu:


1. Penambahan alternatif interval penyuntikan dosis pertama dan kedua yaitu 28 hari untuk populasi dewasa (18-59 tahun). Alternatif ini dapat dipilih dalam pelaksanaan kegiatan vaksinasi yang menyasar populasi dewasa maupun lansia secara bersamaan;


2. Vaksin COVID-19 harus digunakan secepatnya, karena memiliki masa pakai yang pendek yaitu 6 bulan sejak tanggal produksi. Dibutuhkan monitoring ketat pemakaian vaksin dalam rangka mencegah pemborosan vaksin;


3. Optimalisasi indeks pemakaian vaksin dengan tetap menjaga mutu kualitas vaksin. Vaksin COVID-19 produksi PT Biofarma dapat dioptimalkan penggunaannya sampai 11 dosis @ 0,5 ml, sesuai dengan surat Biofarma nomor SD-023.12/DIR/111/2021 tanggal 12 Maret 2021 perihal: Penjelasan volume vaksin.


Menurut konfirmasi dari juru bicara vaksinasi COVID-19 dr Siti Nadia Tarmizi, perubahan masa interval vaksin ini dilakukan untuk mempermudahkan pemberian vaksin Corona pada usia dewasa dan lansia secara bersamaan.


Meski begitu, dr Nadia menekankan untuk mendorong pemberian vaksin dosis kedua di rentang waktu 14 hari, demi mempercepat program vaksinasi COVID-19 yang tengah berjalan saat ini.


"Iya (diperpanjang jadi 28 hari), surat edarannya sudah ada. Itu alternatif ya, tetap kita dorong 14 hari," kata dr Nadia pada detikcom.


Selain itu, pembahasan terkait masa interval vaksin tersebut juga dilakukan bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI).

https://indomovie28.net/movies/return-of-the-devil/


Waspadai Tanda Trauma Akibat Bom, Seperti yang Terjadi di Makassar


Ledakan bom bunuh diri yang terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, pada Minggu (28/3/2021) membuat masyarakat yang ada di sekitarnya kaget.

Seorang saksi bernama Nazaruddin mengatakan suara ledakan bom tersebut besar sekali. Bahkan beberapa orang yang ada di sekitarnya langsung berteriak akibat ledakan tersebut.


"Kita sementara menyapu di dalam seketika ada ledakan, kita langsung kaget, besar sekali suara ledakannya," kata Nazaruddin kepada detikcom, Minggu (28/3/2021).


"Terus orang berteriak 'bom', terus kita langsung keluar," lanjutnya.


Apakah akibat dari ledakan bom tersebut bisa membuat orang yang ada di sekitarnya trauma?


Menurut Dr Michael Craig dari Harvard Mental Health, dalam kejadian serangan bom orang-orang yang ada di sekitar lokasi bisa mengalami trauma. Hal ini kemungkinan terjadi setelah melihat dampak mengerikan dari ledakan tersebut.


Dr Michael mengatakan orang-orang yang ada di lokasi kejadian bisa mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD). Untuk pulih dari kondisi tersebut bisa membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun, tergantung kondisi orang yang mengalaminya.


"Untuk orang-orang yang terlibat dalam kejadian seperti bom Maraton Boston, sangat berguna untuk mengetahui beberapa detail dari PTSD. Semakin segera gejala dikenali, semakin mudah untuk pulih," jelas Dr Michael yang dikutip dari Harvard Mental Health Letter.

https://indomovie28.net/movies/the-devils-child/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar