Selasa, 30 Maret 2021

Ada Laporan Efek Samping, Vaksin AstraZeneca Masih Aman Digunakan?

  Vaksin AstraZeneca dihentikan sementara pemberiannya di Sulawesi Utara (Sulut) setelah ada laporan efek samping. Meski pemberhentian ini hanya bersifat sementara, tidak sedikit masyarakat yang mempertanyakan keamanan vaksin Corona dari Inggris ini.

"Aman... karena kejadian efek samping itu semuanya sudah ada dari hasil uji klinis tahap 1," kata juru bicara vaksinasi Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi saat dikonfirmasi detikcom, Senin (29/3/2021).


Dikabarkan sejauh ini seluruh penerima vaksin AstraZeneca yang mengalami efek samping kondisinya sudah berangsur membaik. Nadia juga mengatakan pemberian vaksin AstraZeneca masih berlanjut di daerah lain.


"Iya (masih berlanjut-red)," paparnya.


Diwawancara terpisah, Ketua Komnas KIPI, Prof Dr dr Hinky Hindra Irawan Satari, SpA(K), mengatakan pihaknya masih melakukan investigasi atas laporan tersebut. Komnas KIPI akan melihat seberapa banyak warga yang mengeluhkan efek samping pasca divaksin AstraZeneca.


"Kalau di penelitiannya dia proporsinya 20 persen, di Sulut 20 persen, artinya memang benar dan memang tidak berbahaya atau di luar dugaan atau melebihi ambang keamanan," sebut Prof Hinky.


Adapun efek samping yang dilaporkan selama uji klinis vaksin AstraZeneca dikutip dari laman GOV.UK


Sangat umum (mempengaruhi lebih dari 1 dari 10 orang)

- Nyeri, gatal, dan rasa panas di area suntikan

- Merasa tidak enak badan

- Menggingil atau demam

- Sakit kepala

- Mual

- Nyeri sendi atau nyeri otot


Umum (dirasakan 1 dari 10 penerima)

- Bengkak, kemerahan, dan benjolan di area suntikan

- Demam

- Muntah atau diare

- Radang tenggorokan

- Pilek atau batuk

- Menggigil

https://cinemamovie28.com/movies/love-friendship/


Pakar ITB Jelaskan Tak Ada Tripsin Babi dalam Vaksin AstraZeneca


Ahli virologi menyebut tripsin babi sama sekali tidak dikandung dalam vaksin COVID-19 AstraZeneca yang diproduksi dan disuntikkan. Tripsin hanya digunakan dalam tahap praproduksi.

"AstraZeneca tidak menggunakan tripsin hewani pada proses produksi dan (tahap) akhir" ujar ahli virologi dan dosen Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung (ITB), Aluicia Anita Artarini dalam webinar, Senin (29/3/2021).


Ia menyebut enzim tripsin babi ini memang digunakan dalam riset praproduksi. Namun pada vaksin yang diproduksi dalam jumlah besar dan disuntikkan ke manusia, tripsin hewani tersebut digantikan rekombinan berbasis jamur.


"(Vaksin AstraZeneca) masih memerlukan tripsin? Tidak. Karena kalau kelamaan, sel malah mati, seperti pisau bermata dua. Dibutuhkan untuk memotong saja. Interaksi sel dengan cangkang kalau sudah lepas, ya sudah" terangnya lebih lanjut pada detikcom.


Ia menambahkan, keamanan vaksin AstraZeneca tak perlu dikhawatirkan meski dalam proses praproduksi terdapat penggunaan tripsin hewani.


Menurutnya jika keamanan tak terjamin, vaksin besutan Oxford ini tidak mungkin mendapatkan izin untuk beredar di mana pun.


"(Prosedur uji klinis) yang diutamakan adalah aman atau nggak. Kalau nggak, nggak akan boleh berlanjut ke tahap 3 untuk uji efikasi. Aman atau tidak? Begitu aman, baru dicek punya efek atau nggak" pungkas Anita.


Anita mengatakan penyetopan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca di Sulawesi Utara (Sulut) sejak Sabtu (27/3/2021), bukan karena masalah keamanan vaksin, apalagi akibat kandungan tripsin hewani dalam praproduksi.


Kemunculan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dinilai sebagai respons normal tubuh terhadap masuknya vaksin. Anita mengatakan semua vaksin memiliki risiko KIPI, yang penting efek baik vaksin lebih besar daripada efek simpangnya.

https://cinemamovie28.com/movies/second-chance-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar