Penambahan kasus COVID-19 di Indonesia masih terus terjadi. Gejala yang dialami oleh 1 pasien belum tentu sama persis pada pasien lainnya. Lantas, apa saja gejala umum pada pasien COVID-19?
Mengacu pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gejala virus Corona yang muncul memang bisa beragam. Mulai dari gejala ringan, sedang, hingga berat yang muncul perlahan.
Menurut Satgas COVID-19, seseorang umumnya membutuhkan waktu paling lama 14 hari untuk merasakan gejala sejak terinfeksi COVID-19. Inilah yang membuat pendeteksian infeksi COVID-19, termasuk peningkatan kasus pasca momen mudik Lebaran, tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
"Manifestasi kasus Lebaran sejak periode peniadaan mudik 6-17 Mei 2021 baru bisa kita lihat 2 minggu ke depan berdasarkan analisis data yang valid. Mengingat perkembangan COVID-19 ini berdasarkan riwayat alamiah penyakitnya membutuhkan waktu baik untuk terdeteksi pada alat diagnostik maupun menunjukan gejala," terang Juru bicara Satgas Pengendalian COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam konferensi pers virtual, Kamis (20/5/2021).
Berdasarkan keterangan Satgas COVID-19, gejala umum awal COVID-19 mencakup demam, rasa lelah, dan batuk kering. Namun, ada pula pasien yang mengalami rasa nyeri, pilek, sakit tenggorokan, dan diare.
Berikut persentase sejumlah gejala umum pada pasien COVID-19 berdasarkan penelitian pada 2020, dikutip dari Medical News:
Batuk kering: 60,4 persen
Sesak napas: 41,1 persen
Demam: 55,5 persen
Nyeri otot: 44,6 persen
Sakit kepala: 42,6 persen
Sakit tenggorokan: 31,2 persen
Gangguan atau hilang kemampuan penciuman dan mengecap (anosmia): 64,4 persen
Kelelahan: 68,3 persen.
Satgas COVID-19 menegaskan, orang yang terlanjur melakukan perjalan mudik pada momen Lebaran lalu perlu melakukan karantina selama 5x24 jam.
Pasalnya, gejala umum pada pasien COVID-19 ini tak selalu sama pada setiap orang. Ada pula pasien COVID-19 yang menunjukan gejala amat minim, atau tidak bergejala sama sekali.
https://movieon28.com/movies/disorder/
WHO Perkirakan Angka Kematian COVID-19 Global 2-3 Kali Lipat yang Dilaporkan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan jumlah orang yang meninggal akibat COVID-19 di seluruh dunia sebenarnya bisa mencapai 2-3 kali lipat lebih besar dari yang dilaporkan. Disebutkan, setidaknya ada 6-8 juta orang yang mungkin telah meninggal karena pandemi Corona hingga saat ini.
"Jumlah ini benar-benar akan menjadi 2-3 kali lebih tinggi. Jadi menurut saya, ada sekitar 6-8 juta orang yang diperkirakan meninggal," kata Asisten Direktur Jenderal WHO Samira Asma, dalam data dan analitiknya, Jumat (21/5/2021), dikutip dari Reuters.
Apabila dilihat dari data Worldometers pada Jumat (21/5/2021) sore, total orang yang meninggal akibat COVID-19 di dunia ada sebanyak 3.445.654 orang. Kemudian total pasien yang sudah sembuh sebanyak 146.587.431 orang. Total kasus Coronanya sendiri sudah mencapai 165.879.334 kasus.
Negara mana saja yang menjadi penyumbang kasus kematian tertinggi?
Amerika Serikat masih menjadi negara dengan kasus kematian Corona terbanyak di dunia, yakni 602.616 orang. Kemudian diikuti Brasil di posisi kedua dengan 444.391 orang.
Berikut daftar 10 negara dengan kasus kematian tertinggi per 21 Mei 2021.
1. Amerika Serikat
Total meninggal: 602.616 orang
Total sembuh: 27.358.651 orang
Total kasus: 33.833.181 orang.
2. Brasil
Total meninggal: 444.391 orang
Total sembuh: 14.385.962 orang
Total kasus: 15.898.558 orang.
3. India
Total meninggal: 291.365 orang
Total sembuh: 22.712.735 orang
Total kasus: 26.031.991 orang.
4. Meksiko
Total meninggal: 221.080 orang
Total sembuh: 1.909.187 orang
Total kasus: 2.390.140 orang.
5. Inggris
Total meninggal: 127.701 orang
Total sembuh: 4.285.888 orang
Total kasus: 4.455.221 orang.
6. Italia
Total meninggal: 124.810 orang
Total sembuh: 3.753.965 orang
Total kasus: 4.178.261 orang.
7. Rusia
Total meninggal: 117.361 orang
Total sembuh: 4.591.770 orang
Total kasus: 4.974.908 orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar