Jumat, 31 Januari 2020

Kerjasama dengan Booking.com, Kemenpar Tidak Targetkan Jumlah Turis

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mencoba untuk naikkan awareness wismanturis Eropa. Bekerja sama dengan Booking.com, Kemenpar tidak targetkan jumlah turis.

Kemenpar terus mencoba untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara. Kali ini, Kemenpar bekerja sama dengan Booking.com untuk meningkatkan awareness wisatawan asing, khususnya Eropa.

Lantas, berapa jumlah target turis dari kerja sama ini?

"Tidak ada target wisatawan, hanya meningkatkan awareness saja," ujar Nia Niscaya, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kemenpar, di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Jumat (26/4/2019)

Kerjasama ini akan berlangsung selama 3 tahun. Namun akan diadakan review setiap tahunnya.

"Booking.com memberikan support penuh untuk meningkatkan pariwisata Indonesia," ungkap Angel Llul Mancas, Wakil Presiden dan Direktur Pelaksana Booking.com Asia-Pasifik.

Nia Niscaya juga menjelaskan bahwa kerjasama ini bernilai cuma-cuma atau gratis. Sehingga tak ada target wisatawan yang harus dipenuhi.

"Kerja sama ini gratis, namun harapannya tetap meningkatkan jumlah wisatawan yang nantinya akan direview tiap tahun," jelaa Nia.

Betapa Potensial Wisatawan Milenial Indonesia Bagi Tik Tok

Tik Tok mengerti betul potensi Indonesia. Pariwisata hingga pengguna jadi incarannya untuk tetap eksis.

Kali ini diluncurkan Tik Tok Travel x Wonderful Indonesia dengan tagar #WonderfulIndonesia di Pullman Hotel Jakarta, Jumat (26/4/2019). Kementerian Pariwisata pun setuju dengan ide ini.

Apa peran wisatawan milenial?

"Kita belum bisa share breakdown per negara tapi kalau untuk global, Tik Tok sudah di download 1 miliar orang. Kalau usia, minimum 14," kata Head of Public Policy for Indonesia, Malaysia and Philipines Donny Eryastha.

"Di bawahnya tidak diperbolehkan. Memang kita lebih banyak di umur belasan akhir atau 20-an tahunan awal untuk demografi penggunanya," imbuh dia.

TikTok adalah platform video berdurasi pendek, yakni 15 detik dan sangat digemari anak muda dari awal 2018. Kepopulerannya karena mendapat predikat aplikasi paling banyak diunduh di dunia pun mendatangkan efek yang lain, tak terkecuali potensi promosi bagi pariwisata Indonesia ke dunia.

"Ini menggunakan branding Tik Tok Travel, adalah branding global yang kita gunakan. Indonesia menjadi negara awal, termasuk perintis," kata Donny.

Dijelaskan pula oleh Donny bahwa akan ada beberapa negara yang nantinya ikut promosi pariwisatanya di Tik Tok. Tentu dengan kemasan dan program yang lain.

"Nanti bulan Juni akan lebih banyak negara lagi yang ikut. Tapi karena kita tahu Indonesia ini negara yang sangat penting bagi Tik Tok, negara dengan potensi pariwisata sangat tinggi kita dahulukan," jelas dia.

"Konten pariwisata ada dari dulu. Tapi penggunaan brand travel baru dimulai saat ini. Kalau dulu ada tentang kota dan inilah terobosan," imbuh dia mengakhiri.

Kebijakan Kemenhub Soal Hak Atur Tarif Pesawat Dinilai Positif

Polemik soal harga tiket pesawat domestik yang tinggi masih hangat dibicarakan netizen sejak pertengahan Februari 2019, belum ada penyesuaian tarif. Masih mendekati batas atas, atau hanya memberlakukan tarif sub-class tertinggi (Y-Class) yang mengakibatkan kenaikan tarif secara signifikan membuat pengamat publik ikut unjuk suara.

Dosen Pasca Sarjana FIA UI dan Fisip Unjani yang juga pengamat kebijakan publik Dr Riant Nugroho berpendapat, ketika sudah memasuki area 'ketidak wajaran' apalagi menyentuh 'azas Kepentingan Umum dan Anti Monopoli' maka negara harus hadir.

"Pada kondisi baik hingga normal, pemerintah hanya perlu mengatur sampai kebijakan makronya. Biasanya berkenaan dengan kualitas produk, baik barang maupun jasa atau layanan. Standar keamanan. Namun apabila dari suatu kajian kebijakan, pemerintah menilai kondisinya di bawah normal, maka pemerintah bertanggung jawab membuat kebijakan untuk menormalkan kembali," kata Riant Nugroho dalam keterangan tertulis, Jumat (26/4/2019)

Untuk itu, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sudah mengatur Batas Atas dan Batas Bawah, bahkan sudah menaikkan Batas Bawah dari 30% ke 35%. Tentu itu untuk menghindari persaingan usaha yang tidak sehat. Batas bawah agar mereka menjual tidak terlalu murah, tidak banting membanting harga, dan industri airlines tetap punya margin positif.

Batas atas juga agar tidak menerapkan tarif terlalu mahal, dan memenuhi kewajaran. Hampir semua airlines di dunia memberlakukan Sub-Classes Tariff tersebut, variasi harga, khusus ekonomi, yang implementasinya ditentukan oleh kondisi pasar, seperti demand, supply, time atau season.

1 komentar:

  1. Permisi...numpang lewat,buat kamu yang lagi bosan dan ingin mengisi waktu luang dengan menambah penghasilan yuk gabung di di situs kami www.fanspoker.com
    kesempatan menang lebih besar yakin ngak nyesel deh ^^,di tunggu ya.
    Kini Hadir Deposit via Pulsa Telkomsel / XL ( Online 24 Jam )
    || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||

    BalasHapus