Sabtu, 25 Januari 2020

Venesia Bakal Denda Turis Nakal, Indonesia Bisa Contoh Tidak?

 Venesia bakal memberlakukan denda buat turis-turis nakal. Apakah Indonesia bisa mencontoh? Begini jawaban dari pengamat pariwisata.

Venesia dengan kanal-kanalnya yang indah mengundang banyak turis dari berbagai belahan dunia berkunjung ke sana. Namun banyaknya turis yang liburan ke Venesia melahirkan masalah baru, yaitu turis nakal dengan kelakuan barbar.

Venesia pun menyiapkan sejumlah denda buat turis nakal ini. Denda itu mulai dari 25 Euro (setara dengan Rp 400-an ribu) hingga denda yang paling mahal mencapai 500 Euro atau sekitar Rp 8 juta.

Nah, apakah Indonesia bisa meniru Venesia untuk menerapkan denda serupa buat para turis nakal?

Tedjo Iskandar, praktisi sekaligus pengamat pariwisata menyebut denda bagi turis nakal yang liburan di Indonesia bisa diterapkan, namun dengan beberapa catatan.

"Asal Law Enforcement-nya harus merata dulu. Butuh Law Enforcement yang merata," ungkap Tedjo lewat sambungan telepon dengan detikcom, Senin (27/5/2019).

Sebagai contoh, Tedjo menyebut penerapan denda bagi turis nakal di Bali bisa dilakukan, asal kelakuan turis tersebut sudah di luar batas kewajaran dan perbuatan tersebut dilakukan di area yang sakral.

"Kalau Bali bisa di daerah-daerah sakral dan pada waktu-waktu tertentu, misalnya saat ada prosesi keagamaan. Kita kan sudah bagus ya punya Calender of Event, pas tanggal-tanggal ini turis dikasih tahu jauh-jauh hari sebelumnya. Pecalang juga harus ada yang jaga dan mengingatkan," terang Tedjo.

Kalau masih ada turis yang membandel, baru dia bisa didenda. Namun untuk di kawasan padat turis dan cukup bebas seperti Kuta, rasanya penerapan denda itu cukup berat dilakukan.

"Kalau liburan ke Bali itu kan seperti merdeka ya. Bisa bebas beli bir, pakaian juga bebas. Kalau di Kuta berat (penerapan denda-red). Tapi kalau kurang ajar not nice juga. Ini seperti buah simalakama," imbuh Tedjo.

Untuk itu, Tedjo menyebut perlu butuh waktu terkait realisasi wacana tersebut. Memang susah untuk mengubah mindset turis. Sementara itu di sisi lain dunia pariwisata juga membutuhkan kedatangan turis.

"Pelan-pelan saja. Terlalu dikekang turis nggak nyaman juga," tutup Tedjo.

Sedih, Gurita Ini Pakai Gelas Plastik Untuk Tempat Berlindung

Krisis sampah bukan hanya terjadi di daratan tapi juga lautan. Di laut Lembeh, terlihat seekor gurita yang menjadikan gelas plastik sebagai tempat berlindung.

Masalah sampah bukan cuma menjadi persoalan bagi manusia dan daratan. Karena di dalam laut sana, makhluk hidup mulai yang terjebak dengan sampah.

Sebuah ekpedisi penyelaman dilakukan di Laut Lembeh, Sulawesi Utara, Indonesia. Salah satu penyelam yang mendokumentasikannya adalah Pall Sigurdsson, seperti yang dintip detikcom dari Youtube, Senin (27/5/2019).

Saat sedang melakukan penyelaman di 20 meter dasar laut, tim ekspedisi ini melihat seekor gurita kelapa. Gurita kelapa terkenal dengan insting yang kuat.

Biasanya gurita ini membuat tempat berlindung dari kelapa atau cangkang kerang. Namun apa yang ditemukan oleh para penyelam saat itu sungguh menyayat hati.

Gurita tersebut sedang berlindung di balik sampah gelas plastik. Si gurita tak bisa membedakan sampah dengan benda yang menjadi tempat berlindung.

Mengapa sampah gelas plastik berbahaya?

Karena gurita kelapa membutuhkan pelindung yang kuat untuk membantunya dari sergapan mangsa, seperti belut. Dengan berlindung di sampah gelas plastik, pemangsa juga pasti akan terbunuh. Rantai ini akan terus berulang dan berbahaya bagi kelangsungan hidup di laut.

Untuk itulah, para penyelam tersebut membantu si gurita untuk lepas dari 'rumah sampahnya'. Dari rekaman video, diketahui penyelam mencoba memberikan alternatif cangkang kerang.

Gurita kelapa juga diketahui sangat selektif dalam memilih cangkang. Para penyelam bahkan memberikan lebih dari 4 cangkang sebagai pilihan.

Sampai akhirnya, gurita tersebut terlihat cocok dengan cangkang pilihan terakhir penyelam. Bergerak perlahan, gurita tersebut pindah dan melepaskan rumah sampahnya.

Gurita tersebut bergerak menjauh karena takut. Para penyelam yang tahu dengan maksud gurita tersebut pun mencoba untuk diam di bawah perairan, tak bergerak.

Setelah dirasa aman, para penyelam menambahkan satu cangkang yang jadi alas gurita tersebut sebagai atap rumahnya. Gurita tersebut pun terlihat nyaman di dalam cangkang.

Kasus ini kembali menjadi teguran bagi kita untuk berhati-hati dengan sampah yang kita buang. Mungkin sampah gelas plastik terlihat biasa di daratan, tapi di lautan sangat berbahaya.

Yuk, teman-teman detikcom, biasakan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan, apalagi ke lautan. Jaga bumi dan laut kita untuk generasi selanjutnya!

1 komentar:

  1. Numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan referral 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*
    Kini Hadir Deposit via Pulsa Telkomsel / XL ( Online 24 Jam )

    BalasHapus