Sabtu, 04 Januari 2020

Apakah Ada Suku Kanibal di Papua?

Papua adalah misteri. Bentang alamnya belum terjamah, kehidupan suku-sukunya belum banyak dikenali. Tapi apakah memang benar ada, suku kanibal di sana?

Ratusan suku hidup di Papua. Beda suku, beda pula bahasa dan budaya. Penelitian tentang suku-suku di Papua pun masih terus dilakukan, baik oleh peneliti dari Indonesia atau dari peneliti mancanegara.

Lukisan-lukisan gua di Papua menarik untuk diteliti, habitat kehidupan suku di pegunungan dan pesisir memiliki adat istiadat tersendiri dan masih banyak hal lain yang menjadi pertanyaan di Papua. Salah satunya, benarkah ada suku kanibal di sana alias orang yang makan orang?

Saya teringat buku 'Cannibal Valley', yang ditulis Russell T Hitt di tahun 1962. Bukunya menceritakan tentang perjalanan seorang misionaris dari AS ke Papua dan Papua Nugini.

Di bukunya disebutkan, praktik kanibalisme ditemui di suku Dani yang mendiami kawasan Pegunungan Tengah. Para misionaris yang datang pun menghapus praktik tersebut dan membimbing ke jalan kebenaran.

Bukan hanya itu, suku Korowai pun kerap kali disebut sebagai suku kanibal. Silakan cari di internet, banyak informasi menyebutkan bahwa suku Korowai sampai tahun 1970-an belum bertemu manusia luar dan masih melakukan praktik kanibal. Malah dikait-kaitkan dengan suku-suku di Fiji yang juga kabarnya kanibal.

Saya bertemu dengan peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, Selasa (6/8) malam. Dirinya sedang berada di Jakarta untuk pertemuan peneliti balai arkeologi se-Indonesia.

Saya bertanya tanpa basa-basi, benarkah ada suku kanibal di Papua?

"Tidak ada itu, tidak ada," jawabnya tegas.

Sejak tahun 2008, pria asal Yogyakarta ini ditugaskan di Papua. Dirinya sudah berkeliling banyak daerah, serta menerbitkan jurnal ilmiah. Dia tidak pernah menemukan kanibalisme di Papua.

"Buku 'Cannibal Valley' dan buku-buku lain yang menceritakan soal kanibal di Papua, hanya strategi pemasaran saja. Supaya bukunya dibeli orang," ujar Hari tersenyum.

"Pada waktu itu, sebagian orang beranggapan, suku yang belum berpakaian modern dan masih mengenal perang suku, itu dianggap pemakan daging manusia," tambahnya menjelaskan.

Menurut Hari, memang benar adanya perang suku di Papua sejak zaman dulu. Perang suku yang memakan banyak korban, bunuh-bunuhan. Namun bukan berarti, jika ada yang terbunuh lalu dimakan jasadnya.

"Dalam perang suku pada masa lalu, ketika lawannya ada yang meninggal, jenazahnya akan diambil oleh kelompoknya sendiri kemudian dikremasi," terangnya.

Tetapi, bukankah ada suku-suku di Papua yang mempunyai tengkorak manusia di rumah mereka? Itu maksudnya apa?

"Itu suku Asmat dan Marind. Mereka mengenal budaya potong kepala. Artinya, kepala musuh akan disimpan di rumah sebagai bukti keberanian dan kekuatan. Bukan dimakan," jawab Hari.

Soal suku Korowai, Hari pun menegaskan bahwa suku tersebut tidak mengenal budaya makan daging manusia. Dia pun dengan tegas menyatakan sekali lagi, tidak ada suku kanibal di seluruh tanah Papua.

"Istilah kanibal (pada buku-buku atau lainnya tentang suku di Papua) itu lebih kepada 'touristic', sebagai bentuk pemasaran," tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar