Sabtu, 04 Januari 2020

Aruh Garau, Upacara Adat Suku Dayak Meratus Sebelum Panen

Suku Dayak Meratus menggelar upacara adat Aruh Garau sebelum panen. Upacara ini digelar 3 kali dalam setahun.

Saat berkunjung ke Provinsi Kalimantan Selatan pada umumnya wisatawan akan mengunjungi pasar terapung di Lok Baintan. Ini tidaklah mengherankan karena sebagai kota 1.000 sungai, pasar terapung adalah budaya berumur ratusan tahun yang tetap eksis sampai saat ini dan telah menjadi tujuan utama wisata.

Namun sebenarnya masih banyak hal yang bisa kita lihat di Kalimantan Selatan, masyarakat Dayak contohnya di kawasan pegunungan Meratus yang berjarak sekitar 200 kilometer lebih atau 6 jam lebih perjalanan melalui darat tinggalah masyarakat Dayak Meratus yang memiliki budaya yang menarik.

Saat berkunjung ke Kalimanta Selatan Kami bertemu rekan seorang fotogafer dan traveller bernama mas nasrudin Ansori menurutnya malam nanti akan ada upacara Aruh Ganau yaitu upacara adat dayak meratus untuk memohon kepada Penguasa Alam agar hasil panen padi berhasil, upacara ini dilangsungkan 3 kali dalam setahun dan waktunya berubah mengikuti awal penanaman padi.

Untuk itu sejak pagi hari kami meninggalkan kota Banjarmasin menuju ke daerah Loksado tempat masyarakat Dayak meratus tinggal. Sama seperti suku Dayak lainnya mereka penganut ajaran Kaharingan yang merupakan agama asli masyarakat Dayak.

Dalam perjalanan menuju Loksado kami melewati Kota kecil bernama Kandangan yang terkenal dengan kulinernya bernama ketupat Kandangan, bahan baku ketupat kandangan adalah ketupat, ikan haruan( (gabus) disiram kuah santan sehingga menghasilkan rasa yang gurih dan lezat.

Menjelang maghrib akhirnya kami tiba di loksado ternyata seluruh kamar di wisma Loksado dan penginapan lainnya telah terisi sempat bingung juga mau tidur dimana malam ini untungnya disaat itu Pak Nasrudin ansori berbicara dengan Pimpinan hasser Indonesia Bapak Eddy Tramanto apakah kami dapat bergabung dengan rekan Hasser yang lain malam ini Beliau mempersilahkan dan jadilah kami bergabung dengan Pak Nasrudin Ansori dan 2 rekan dari Hasser Indonesia

Setelah makan malam kami bersiap melihat upacara adat Aruh Ganau yang diadakan di rumah adat Manutoi dari Dayak Meratus dengan menggunakan 4 motor dan 4 driver kami berlima berangkat.jalan menuju ke tempat acara menanjak, bergelombang, berbatu dan aspal mengelupas dan melewati jembatan kayu sehingga beberapa kali kami harus turun dulu dari motor saat mendaki dan menurun baru naik lagi bahkan beberapa kali nyaris slip.akhirnya kami tiba di Rumah Adat Manutoi tempat berlangsungnya upacara.

Rumah Adat manutoi berbentuk panggung dan panjang dan luas sehingga bisa ditempati beberapa keluarga ketika kami tiba seluruh persiapan telah selesai dilakukan dimana di tengah-tengah ruangan dibangun balai dan sesaji diletakkan di sana tapi upacara belum dimulai Warga Dayak Meratus segala usia berkumpul di sana. Sambil menunggu acara dimulai kami berbicara dengan warga Dayak Meratus.

Perbincangan kami meliputi adat, budaya, kepercayaan, pendidikan dan hubungan mereka dengan alam kami mendapat kesan positif dimana Masyarakat dayak Meratus adalah masyarakat yang terbuka, menghormati tamu dan pendatang dan selaras dengan alam.

Inilah saat yang ditunggu mulainya upacara para pemuka adat dan orang yang dituakan dimana seluruhnya laki-laki mengucapkan mantera dan mengelilingi balai diiringi tabuhan musik. Upacara aruh Ganau berlangsung pagi hari karena paginya kami hendak bamboo rafting dan trekking jam 24.00 WITA kami mohon diri dan kembali ke penginapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar