Jumat, 17 Januari 2020

Gua yang Indah di Kampung Halaman SBY

Kampung Halaman SBY di Pacitan menyimpan pesona wisata yang sayang dilewatkan. Gua Gong yang indah dijamin akan mempesona traveler yang datang liburan ke sana.

Dinobatkan sebagai Kota 1001 Gua, rasanya memang layak diberikan kepada Pacitan. Memiliki banyak gua indah, Pacitan selalu jadi incaran ketika libur panjang tiba. Beruntung bagi saya bisa mengunjungi salah satu Guanya yang paling terkenal akan keindahannya, ya apalagi kalau bukan Gua Gong.

Gua Gong berada di Dusun Pule, desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Akses menuju lokasi sudah sangat mudah. Andaikan nyasarpun, tinggal bertanya saja pada warga sekitar, maka pasti akan diberitahu secara rinci. Karena objek wisata ini adalah wisata kebanggaan warga Pacitan.

Bersama rombongan yang menaiki minibus, kami harus berjalan dari tempat parkir menuju pintu masuk Gua. Jaraknya cukup jauh, lumayan seperti olahraga ringan. Setelah membayar tiket sebesar 10 ribu rupiah per orang, maka kamipun menyusuri jembatan di tengah hutan jati yang tak terlalu luas namun terasa sangat sejuk. Tak mau rugi, rombongan pun sejenak berhenti, untuk mengabadikannya. Tak lama kamipun tiba di mulut Gua Gong.

Rombongan kami diminta menunggu di luar sejenak, karena masih ada banyak orang di dalam. Saya sempat berpikir setelah melihat pintu masuk Gua yang kecil, mungkin karena Gua Gong ini kecil, maka tidak bisa menampung banyak orang. Tapi ternyata dugaan saya salah.

Setelah diijinkan masuk barulah saya tahu, ternyata Gua Gong sangat luas. Tidak boleh banyak orang di dalam karena jumlah Oksigen yang terbatas di dalam. Maka untuk kenyamanan dilakukan pembatasan jumlah pengunjung yang ada di dalam untuk satu rentang waktu.

Sebenarnya disediakan kipas angin di beberapa titik oleh pihak pengelola, namun karena luasnya Gua dan banyaknya pengunjung, maka tetap akan terasa pengap di dalam.

Namun hal tersebut tidak mengurangi kekaguman saya akan keindahan Gua Gong. Terlebih dengan pantulan kerap kerlip cahaya lampu, yang membentuk ilusi warna staglaktit dan staglagmit menjadi warna merah, hijau, kuning atau ungu tergantung warna lampu yang sedang menyorotnya. Ah indah sekali.

Oiya, selain kipas angin dan lampu, sudah dibangun juga tangga untuk memudahkan pengunjung dalam menelusuri gua. Jadi jangan kaget ya melihat Gua yang terlihat cukup modern.

Gua Gong katanya ditemukannya oleh dua warga yang sedang mencari sumber mata air dan akhirnya tersebar ke seantero desa sekitar. Nama Gua Gong sendiri diambil dari bunyi bebatuan di dalam Gua yang terdengar seperti bunyi gong apabila dipukul.

Menyusuri Gua Gong, membuat saya heran dan kagum akan ciptaan Tuhan. Terlebih hal ini disajikan di dalam sebuah Gua, ah sungguh indah sekali. Sayang karena banyaknya pengunjung kami harus segera beranjak untuk bergantian dengan pengunjung yang baru datang.

Belitung Terus Bidik Turis Singapura

Belitung memiliki potensi wisata beragam yang dapat dimaksimalkan agar sempurna. Tentunya, ini untuk menarik kunjungan turis mancanegara.

Salah satu caranya adalah menggaet wisatawan asal negara tetangga yakni Singapura. Menurut Wakil Bupati Belitung Isyak Meirobie, hal ini sudah dibicarakan kepada beberapa pihak. Salah satunya maskapai yang menjadi tombak akses wisata ke Belitung.

"Kita sudah ketemu Pak Moeldoko, Dirut Garuda, sudah rapat, keputusannya adalah kapan rute Singapura Belitung dibuka lagi. Jadi kami akan campaign ulang ke Singapura, yang kemarin sempat putus, baru kita mulai lagi," ujarnya saat ditemui detikcom Sabtu (29/6/2019) kemarin.

Isyak menambahkan, sejumlah maskapai asing pun sudah mulai membuka pintunya untuk kesempatan bekerja sama. Hal ini, dibuktikan oleh 2 maskapai asing yang memberikan secercah harapan untuk konektivitas menuju Belitung.

"CEO Jetstar juga sudah ke Belitung 3 hari yang lalu. Kita juga komitmen bulan depan saya ke Singapura untuk bicara MoU. AirAsia juga sudah menjajal Belitung, mereka punya selebritis syutingnya di sini buat iklan (Belitung)," paparnya.

Menurut Isyak, rute internasional sulit dicapai karena harga tiketnya yang cukup mahal. Misalnya saja, maskapai full service Garuda Indonesia yang pernah membuka rute Singapura-Belitung.

Harga ini, bisa dibilang terlalu mahal untuk penerbangan yang singkat. Terang saja, jarak antara Belitung-Singapura pun tidak terlalu jauh secara geografis. Demi memudahkan akses, Isyak pun ingin untuk mengajak sejumlah maskapai bujet agar bisa memberikan opsi kepada pelancong.

"Dulu Garuda gagal Singapura- Belitung karena harga tiketnya terlalu mahal. Jadi 270 SGD PP, hampir Rp 3 juta tiket saja. Jadi sekarang kami mau cari maskapai yang jual 130 SGD, LCC, kalau Garuda mau ikut silahkan. Maksimal 150 SGD lah" tambah Isyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar