Minggu, 19 Januari 2020

Unicorn, Hewan Fantasi yang Dipuja Skotlandia

Hewan fantasi seperti unicorn sangat dekat dengan anak-anak. Tapi di Skotlandia, unicorn jadi lambang nasional yang punya arti khusus.

Hewan kerap menjadi lambang suatu negara. Biasanya mereka dipilih berdasarkan keunikannya. Bicara soal lambang negara, Skotlandia memilih sesuatu yang unik, unicorn.

Supaya tidak bingung, mari mundur sebentar untuk melihat awal kemunculan unicorn. Unicorn sendiri dikenal sebagai mitos dalam cerita Yunani.

Diintip detikcom dari BBC, Rabu (26/6/2019) hewan ini punya sejarah yang cukup panjang yang dimulai pada abad ke-4 sebelum Masehi.

Sejarawan klasik Ctesias di Indica menggambarkan unicorn sebagai binatang berkaki 4 dengan tanduk di pelipisnya. Dalam naskah tersebut unicorn dikenal sebagai keledai liar.

Ada pula teori yang mengatakan bahwa dulu unicorn memang sudah ada. Namun karena lambat sampai di bahtera Nabi Nuh, unicorn akhirnya tersapu oleh air bah.

Masuk abad ke-12, unicorn muncul perdana dalam bentuk lambang kerajaan pada pemerintahan William I atau dikenal dengan nama William the Lion.

Terus berlanjut, unicorn menjadi simbol kemurnian dan kekuatan bagi raja dan bangsawan Skotlandia. Lambang ini disahkan oleh James II pada abad ke-15. Dari sinilah unicorn diakui sebagai hewan nasional skotlandia.

Inilah yang membuat warga Skotlandia begitu erat dengan unicorn. Mereka menjadikan unicorn sebagai simbol kemurnian, kekuatan, keperawanan dan kelembutan. Mitos lain juga dikaitkan bahwa hanya perawan yang bisa menaklukan unicorn.

Mungkin sebagai pelancong, kita kurang memahami makna dari hewan mitos ini. Tapi begitu menginjakkan kaki di Skotlandia, kamu bisa melihat kecintaan pada unicorn ada di setiap sudut kota.

Ya, unicorn bukan cuma lambang negara tapi juga ideologi. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya patung dan lukisan unicorn.

Tak ada batas antara kenyataan dan imajinasi, Skotlandia membuat siapa pun kembali percaya bahwa unicorn adalah mitos yang lekat di hati.

Mengenal Sawahlunto, Calon Situs Warisan Dunia UNESCO dari Sumbar

Dahulu dikenal sebagai Ombilin di zaman Belanda, kini Sawahlunto kian mantap jadi calon Situs Warisan Dunia UNESCO. Sebelumnya, ayo kita mengenalnya lebih jauh.

Bicara Sawahlunto tak lepas dari sejarah pertambangan Indonesia yang diinisiasi oleh Pemerintah Hindia Belanda dahulu kala. Oleh sebab itu, tambang jadi salah satu budaya yang lekat dengan Sawahlunto.

Dilihat detikcom dari situs resmi pariwisata Sawahlunto, Rabu (26/6/2019), sejarahnya tak lepas dari kedatangan penjajah Belanda ke Indonesia di bawah Cornelis de Houtman tahun 1596.

Kala itu, Belanda yang datang dengan maksud mencari rempah-rempah menyadari akan kekayaan lain Indonesia yang begitu luar biasa. Ya, kekayaan itu adalah batu-bara dan hasil bumi lainnya.

Tahun 1858 di bawah peneliti geologi Belanda Ir C De Groot van Embden, keberadaan batu-bara di aliran Batang Ombilin (Kini Sawahlunto - red) mulai terendus.

Tahun 1862, De Groot yang kala itu menjabat sebagai kepala pertambangan mengajak serta ahli geologi Willem Hendrik De Greve (akrab di sapa De Greve) untuk meneliti kandungan mineral dari Buitenzorg (Bogor) hingga Bangka dan Ombilin.

Barulah pada 26 Mei 1867 di bawah Gubernur Jenderal Hindia Belanda kala itu, Pieter Mijer, menunjuk langsung De Greve untuk melakukan penelitian batu-bara lebih jauh di Ombilin.

Dari tangannya, De Greve menuliskan sebuah buku bersama WA Henny di tahun 1871 tentang hasil penelitiannya. Sejak saat itu De Greve juga membuka cerita lahirnya Ombilin sebagai Kota Tambang pertama di Indonesia.

Lama berselang, tampuk kekuasaan pun beralih dari Belanda ke Indonesia. Kini bekas tambang yang sempat jaya di masanya itu dikelola oleh PT Bukit Asam (BA).

Menariknya, tak sedikit pekerja Sawahlunto yang hidup dan bekerja di sektor tersebut. Hampir dari hilir ke hulu, masyarakatnya hidup dari tambang. Menjadikan batu bara sebagai budaya tak terpisahkan dari masyarakatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar