Jumat, 14 Februari 2020

Solo Traveling ke Ho Chi Minh City di Vietnam, Seru Banget!

 Ho Chi Minh City di Vietnam jadi salah satu destinasi asyik untuk solo traveling. Penasaran bagaimana kisah saya?
Perjalanan solo traveling kali ini saya memilih mengunjungi negara Vietnam. Vietnam termasuk negara yang bebas visa dengan maksimal stay 30 hari  Perjalanan ke Vietnam dapat ditempuh selama kurang lebih 4 jam yaitu 2 jam dari Soetta-KL, lalu dilanjut 2 jam dari KL- HCMC. Banyak sekali tempat-tempat menarik yang bisa dikunjungi di HCMC. Selain itu Vietnam juga terkenal dengan tempat-tempat peninggalan bersejarahnya.

Menurut sejarahnya, Pada 1 Mei 1975, setelah jatuhnya Vietnam Selatan, pemerintah komunis yang kini berkuasa mengganti nama kota ini dengan menggunakan nama samaran pemimpin mereka H Chi­ Minh. Nama yang resmi sekarang adalah Tha nh ph (artinya kota) H Ch Minh, yang seringkali disingkat menjadi TPHCM. Dalam bahasa Indonesia, nama ini diterjemahkan menjadi Kota Ho Chi Minh, dan dalam bahasa Perancis diterjemahkan menjadi Hô Chi Minh Ville. Namun, nama lama Sà i Gòn/Saigon masih banyak digunakan oleh orang Vietnam dan ditemukan dalam nama-nama perusahaan, judul-judul buku, dan kadang-kadang dalam papan keberangkatan di bandara.

Di Kota Ho Chi Minh terdapat penduduk etnis Tionghoa yang telah mapan. Cholon, yang kini dikenal sebagai Distrik 5 dan bagian-bagian dari Distrik 6, 10 dan 11, berfungsi sebagai Pecinannya. Setelah sampai dibandara HCMC hal pertama kali yang harus dilakukan adalah menukarkan uang di money changer di bandara, rate disini pun bermacam. Nama mata uang Vietnam adalah Dong (VND). Salah satu hal yang  menyenangkan traveling kali ini bagi saya adalah karena mata uang Rupiah lebih tinggi dibandingkan dengan mata uang Dong, namun sayangnya di Vietnam tidak menerima penukaran uang Rupiah, jadi dari Indonesia jangan lupa untuk menukarkan ke Dollar. Dan setelah sampai disana barulah tukarkan ke Dong, ratenya cukup tinggi. Menyenangkan bukan?

Transportasi yang dapat digunakan dari bandara menuju kota yaitu menggunakan taksi online yang berbasis aplikasi, juga bisa dipesan dari bandara, sama halnya dengan di Indonesia, untuk harganya pun lebih hemat dibandingkan dengan tarif taksi biasanya, hanya saja kamu harus bisa berbahasa lokal untuk memesan dan menentukan lokasi penjemputannya. Bila ingin menggunakan taksi conventional, salah satu yang terpercaya adalah VINASUN. Pastikan juga taksi tersebut menggunakan argometer supaya tidak menjadi korban taksi ‘nakal’. Untuk mempermudah tunjukkan alamat yang jelas, dapat menggunakan alamat hotel yang ada di aplikasi atau dengan menunjukkan peta ke sopirnya. Saat tiba disana jarang sekali saya menemukan sopir yang bisa berbahasa inggris, sehingga cukup sulit untuk berkomunikasi. Di Vietnam posisi kemudi dan jalannya kendaraan berada di kanan, kebalikan dari Indonesia.

Penginapan yang saya pilih berada di Distrik 1 di pham ngu lao ward, karena dekat dengan tempat-tempat menarik yang akan saya kunjungi. Suasana di HCMC tidak berbeda jauh seperti di Indonesia. Banyak sekali kendaraan yang berlalu lalang terutama kendaraan bermotornya, namun trotoar disini cukup lebar sehingga cukup nyaman untuk berjalan kaki. Selain itu pada saat akan menyebrang jalan dibutuhkan keberanian yang tinggi karena Vietnam itu terkenal dengan jumlah motornya yang luar biasa banyak. Jadi, jangan berharap jalan akan kosong dan bisa melenggang nyaman saat menyeberang jalan, apalagi lampu lalu lintas di sini tergolong minim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar