Selasa, 27 Oktober 2020

WHO: Politisasi COVID-19 Rendahkan Martabat Peneliti dan Tenaga Kesehatan

 Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebereyesus, menyebut ada negara yang sengaja mempolitisasi wabah COVID-19. Hal ini menurutnya hanya akan menambah jumlah korban jiwa.

Dalam pidato pembukaan pertemuan media, Tedros mengatakan perbedaan kepentingan di tingkat nasional bisa menimbulkan kebingungan di tengah masyarakat. Selain itu harga diri peneliti dan tenaga kesehatan juga kerap direndahkan karena kebijakan yang tidak sejalan.


"Saat para pemimpin bertindak dengan cepat dan yakin, virus ini bisa ditekan... Tapi saat ada perbedaan politik di tingkat nasional, ketika sains dan tenaga kesehatan direndahkan, maka yang terjadi adalah kebingungan serta angka kasus dan kematian yang tinggi," kata Tedros seperti dikutip dari situs resmi WHO, Selasa (27/10/2020).


"Maka dari itu saya bilang berulang kali 'hentikan politisasi COVID-19'. Pandemi ini bukan pertandingan bola politik. Angan-angan dan pengalihan perhatian tidak akan mencegah atau menyelamatkan nyawa," lanjutnya.


Tedros mengingatkan agar para pemimpin negara memperhatikan pendapat dari para ilmuwan dan tenaga kesehatan dalam menghadapi pandemi COVID-19. Kebijakan harus didasari oleh ilmu pengetahuan agar wabah benar-benar bisa ditekan.


"Apa yang akan menyelamatkan nyawa adalah ilmu pengetahuan, solusi, dan solidaritas," pungkas Tedros.

https://cinemamovie28.com/the-first-deadly-sin/


Fakta-fakta Aliansi Dokter Dunia yang Sebut COVID-19 Flu Biasa


 Aliansi Dokter Dunia mengklaim bahwa COVID-19 tidak ada, Aliansi Dokter Dunia bahkan menyebut COVID-19 hanyalah flu biasa.

Pernyataan Aliansi Dokter Dunia itu terekam dalam sebuah video dan viral beredar di media sosial. Dokter-dokter itu disebutkan berasal dari Jerman, Belanda, Swedia, Irlandia, dan Inggris.


"Kami adalah dokter, ilmuwan, dan aktivis perdamaian dan kami semua mengatakan peristiwa COVID-19 ini tidaklah benar," kata seorang dokter dari Jerman, Heiko Schoning.


Schoning mengklaim hasil tes COVID-19 hanyalah dibuat-buat. Mereka pun menyebut seluruh kejadian terkait COVID-19 tidak benar. Aliansi Dokter Dunia itu juga menyebut bahwa tes PCR (polymerase chain reaction) tidak akurat.


Lalu benarkah semua itu? Berikut faktanya:

1. COVID-19 Bukan Flu Biasa

Aliansi Dokter Dunia menyebut COVID-19 hanyalah flu biasa. Namun virus corona yang bernama SARS-CoV-2 berbeda dengan influenza penyebab flu.


Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dalam situsnya menyebut virus COVID-19 dan influenza memang memiliki gejala penyakit yang serupa yakni menyerang pernapasan. Kedua virus ditularkan melalui kontak dan tetesan.


Namun, perbedaan dua virus itu terlihat dari kecepatan penularan. Influenza memiliki masa inkubasi median yang lebih pendek (waktu dari infeksi hingga munculnya gejala) dan interval serial yang lebih pendek (waktu antara kasus yang berurutan) daripada virus COVID-19.


Interval serial untuk virus COVID-19 diperkirakan 5-6 hari, sedangkan untuk virus influenza interval serial adalah 3 hari. Artinya, influenza bisa menyebar lebih cepat dari COVID-19.


Kematian untuk COVID-19 tampaknya lebih tinggi daripada influenza, terutama influenza musiman. Jumlah kematian yang dilaporkan dibagi dengan kasus yang dilaporkan adalah antara 3-4%, kematian akibat infeksi. Untuk influenza musiman, angka kematian biasanya jauh di bawah 0,1%.


Data Universitas Johns Hopkins disebutkan, jumlah korban meninggal 1.154.242 per data 26 Oktober 2020.

https://cinemamovie28.com/railroad-tigers/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar