Selasa, 21 Januari 2020

Gaya Menginap Traveler Kelihatan dari Handphonenya

Tiap orang punya gaya liburan yang berbeda-beda. Menurut penelitian, gaya menginap traveler bisa dilihat dari handphone yang digunakan.

Ada berbagai macam tren traveling. Salah satunya adalah gaya menginap traveler saat liburan. Dilihat detikcom dari South China Morning, Jumat(14/6/2019) gaya menginap bisa dilihat dari telepon genggam yang dimiliki oleh traveler.

Dari situs perjalanan online Booking.com, diketahui sebuah tren liburan traveler China saat menginap. Menurut data, handphone dari traveler bisa menentukan gaya menginap saat liburan.

Maksud dari gaya liburan ini adalah mahalnya sebuah hotel yang diinapi wisatawan. Hal ini diungkap langsung oleh Marsha Ma, direktur pelaksana dan wakil presiden China di Booking.com.

"Orang-orang yang menggunakan iPhone dan Android memiliki perilaku yang berbeda dan, secara umum, orang-orang dengan ponsel Android cenderung menghabiskan lebih sedikit dan cenderung memesan sebagian besar perjalanan domestik," kata Marsha Ma.

Ma juga mengungkapkan fakta bahwa traveler dengan ponsel android seri terbaru akan memilih hotel yang lebih mahal dari traveler pemilik iPhone. Bahkan traveler pemilik iPhone XS Max bukanlah yang terbesar.

"Wisatawan yang memiliki Samsung Galaxy S10 Plus atau Huawei P30 Pro lebih cenderung tinggal di hotel paling mahal," ungkap Ma.

Kota di Inggris yang Akan Hilang Karena Pemanasan Global

Sebuah kota pesisir di Inggris sedang jadi perbincangan hangat. Kota ini akan terancam hilang karena pemanasan global.

Pemanasan global menjadi masalah genting yang sedang dihadapi oleh bumi. Mencairnya es di Antartika membuat kenaikan pada permukaan air laut, Seperti yang diintik detikcom dari CNN, Jumat (14/6/2019).

Hal ini kini dirasakan oleh sebuah kota peisisir Inggris yang bernama Fairbourne di Welsh. Kota yang berpenduduk 1.000 orang ini harus rela meninggalkan rumah mereka karena kenaikan muka air laut.

Kenaikan muka air laut adalah naiknya air laut ke daratan atau bisa dibilang banjir. Masalah ini sudah mulai menggerogoti Kota Fairbourne sejak tahun 1990an.

Mengapa tidak membangun sea wall atau tembok? Ada beberapa hal yang perlu dipahami. Pembangunan sea wall atau dinding pembatas di pinggir pantai akan mempengaruhi perilaku laut dan membuatnya berubah. Biayanya pun sangat mahal.

Dewan lokal, Gwynedd Council, telah menghabiskan lebih dari USD 11 juta atau sekitar Rp 156.941.950.000 untuk skema manajemen resiko banjir.

Kalau diperkirakan Fairbourne membutuhkan tembok setinggi 6 meter untuk perlindungan di tahun 2054. Biayanya tak tanggung-tanggung, USD 220 juta atau sekitar Rp 3 T!

Huw Williams, seorang insinyur sipil di Gwynedd Council bahkan mengatakan bahwa tembok tersebut mungkin tidak akan menolong. Karena jika ada yang melanggar atau melewati tembok ini maka konsekuensinya akan sangat mengerikan.

"Ketika permukaan laut naik, ada lebih banyak energi, gelombang lebih besar, badai yang lebih sering. Akan semakin banyak air yang menutupi tanggul,"ujar Williams.

Lalu apa alasannya untuk menghilangkan kota ini? Sangat sederhana. Pihak pemerintah ingin menghilangkan jejak manusia, bangunan dan infrastruktur supaya tidak mencemari laut saat kota ini tenggelam.

"Kami harus menghapus jejak yang ada yang tinggal di sana. Supaya air laut yang masuk ke sana tidak tercemar oleh apa pun yang dibuat oleh manusia," ujar Lisa Goodier, seorang manajer proyek senior di tim manajemen risiko banjir dan erosi pantai di Dewan Kota.

Namun tak semuanya sependapat. Warga lokal protes karena penonaktifan kota ini. Menurut mereka, cara ini sangatlah ekstrem.

Selain itu, masyarakat juga mengaku bahwa isu ini berdampak buruk bagi harga rumah dan pariwisata Fairbourne. Bagaimana menurutmu traveler?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar