Rabu, 01 Januari 2020

Inilah Negara Paling Fleksibel untuk Urusan Kerjaan (2)

Menurut firma akuntan global Grant Thornton, sekitar 92% perusahaan di Finlandia mengizinkan pekerjanya untuk menyesuaikan jam kerja mereka.
Perlahan, konsep kerja itu mulai diadopsi oleh sejumlah perusahaan dan negara lain di dunia. Sejumlah nama perusahaan global ternama seperti Virgin group, PwC hingga Dixon Carphone mulai ikut menerapkaanny. Termasuk negara persemakmuran seperti Australia dan Inggris.

Hanya tidak berhenti sampai di situ, Finlandia juga telah memperbarui aturan kerja mereka. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Ekonomi Finlandia terbaru, terhitung tahun 2020 para pekerja tetap akan mendapat kebebasan untuk menentukan kapan dan dari mana mereka bekerja selama kurang lebih setengah jam kerja mereka.

"Ini adalah tentang bagaimana kita beradaptasi pada dunia modern," ujar seorang PNS senior dari Kementerian Tenaga Kerja dan Ekonomi Finlandia yang ikut menyusun aturan tersebut, Tarja Kroger.

Melalui aturan baru tersebut, dalam seminggu para pekerja diharapkan dapat bekerja selama total 40 jam. Total waktu bekerja itu pun dapat diselesaikan baik dari kantor, kedai kopi maupun di rumah sambil mengurus anak.

Malah ada tuntutan baru dari para pekerja muda, di mana mereka menuntut agar bisa kerja lebih lama untuk menabung waktu kerja. Di mana nantinya mereka bisa memakai tabungan waktu kerja mereka untuk traveling lebih lama.

Hal itu pun didukung oleh ketersediaaan wiFi dan teknologi cloud yang memungkinkan setiap orang untuk bekerja dari mana pun seperti bekerja di kantor.

Efektif atau tidak?

Konsep kerja fleksibel seperti Finlandia dijelaskan Tarja dapat meningkatkan efisiensi sekaligus kualitas hidup yang lebih baik bagi para pekerjanya.

"Para pekerja jadi lebih produktif dengan konsep kerja seperti itu, di mana mereka dapat mengatur waktu mereka di kantor dan di rumah. Termasuk menyesuaikan dengan berbagai keperluan lain," ujar Tarja.

Menurut laporan dari perusahaan teknologi Inggris HSBC, sekitar 9% responden mengaku kalau konsep kerja fleksibel jadi motivasi bagi mereka untuk meningkatkan produktivitas mereka.

Profesor ekonomi dari Universitas Stanford, Nicholas Bloom, juga menemukan output serupa dari 16 ribu pekerja di bagian call centre China. Di mana produktivitas mereka meningkat 13% dan mereka jadi lebih jarang mengambil cuti sakit.

Sedangkan menurut penelitian dari perusahaan riset AS TINY Pulse tahun 2016, para pekerja mobile cenderung merasa lebih bahagia dan dihargai ketimbang pekerja kantoran tradisional.

Sebuah bentuk kepercayaan

Konsep kerja fleksibel juga turut tercipta sebagai hasil dari tingginya budaya percaya yang dianut masyarakat Finlandia. Baik dari tingkat negara, kantoran hingga kelas pekerjanya.

Study dari Eurobarometer menyebutkan, kalau rasa percaya orang Finlandia pada masyarakatnya lebih tinggi dari negara manapun di Eropa. Menurut Profesor Eero Vaara dari Universitas Bisnis Aalto, budaya itu tercipta dari kesetaraan dan keamanan finansial yang mengakibatkan tingginya rasa percaya diri institusi.

"Hal itu berakar pada sejarah, sesuatu yang orang terbiasa. Bukan sesuatu yang tiba-tiba muncul selama dekade terakhir atau terkait perubahan pada pola kerja kami," terang Eero.

Dalam dunia kerja, rasa percaya itu berbuah pada izin kerja bagi karyawan yang ingin bekerja dari rumah atau pada waktu berbeda. Tentunya hal itu juga didasari rasa percaya, kalau pekerja bersangkutan tidak akan mangkir dari kerjaan.

Itu sedikit cerita dan latar belakang tentang konsep kerja fleksibel dari Finlandia. Di Indonesia, konsep kerja fleksibel mulai digemari dengan menjamurnya Coworking Space dan kedai kopi.

Apabila pola kerja seperti ini luas diterapkan di Indonesia atau Jakarta untuk lingkup yang lebih kecil, bukan tak mungkin kalau nantinya jalanan akan sepi karena pekerjanya banyak bekerja dari rumah. Mungkin juga langit Jakarta akan biru kembali seperti sediakala atau seperti saat momen Lebaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar