Kamis, 09 Januari 2020

Libur Galungan Sepi, Pemilik Sewa Kano di Sanur Mengeluh

Kondisi Pantai Sanur yang sepi pengunjung saat Libur Galungan dikeluhkan oleh pemilik sewa kano. Pendapatan mereka turun.

Usai merayakan Hari Raya Galungan, umat Hindu di Bali merayakan Umanis Galungan. Momen ini biasa digunakan untuk untuk bersilaturahmi atau liburan bersama keluarga.

Tak terkecuali Komang Budiarta dan Ayu. Pasangan asal Gianyar ini memilih berwisata ke Pantai Sanur.

"Tujuannya memang mau ke Sanur mau ngajak main anak saya. Pas momennya libur," kata Ayu saat ditemui di Pantai Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (25/7/2019).

Selain Ayu dan keluarganya, tak terlihat banyak pengunjung yang berwisata di Pantai Sanur. Ada beberapa keluarga dan remaja yang terlihat asyik bermain di pantai.

Sepinya kunjungan wisatawan itu juga dirasakan oleh Edi Yanto (44), pemilik jasa sewa kano di Sanur. Edi mengatakan selama musim liburan sekolah maupun libur Galungan pengunjung yang datang ke Pantai Sanur sudah tidak lagi sebanyak dulu.

"Kalau sekarang susah ya, sebelum tahun 2019 itu baru ramai, sekarang ini sepi sekali. Tapi yang merasakan bukan cuma saya saja tapi pedagang kecil yang lain juga," kata Edi.

Edi mengatakan selama beberapa hari ini dia juga mengeluhkan sepinya penyewa kano miliknya. Menurutnya faktor cuaca juga mempengaruhi berkurangnya kunjungan wisatawan.

"Mungkin takut karena airnya naik tinggi, musim angin juga, sepinya terus mulai liburan karena mungkin juga karena pengaruh ekonomi. Ini kan juga tumben jukung ada di sini kan," terang pria yang sudah 20 tahun menyewakan kano di Sanur ini.

Edi mengatakan saat ini pihaknya rata-rata hanya bisa menyewakan 5 kano per hari dengan upah Rp 20 ribu per kano. Padahal dia mulai membuka jasa penyewaan kano sejak pukul 07.00-18.00 Wita.

"Kemarin (Galungan) ya dihitungnya ramai itu saya cuma minjemin 5 kano aja. Kalau sekarang nggak ngitung perjam, pokoknya biar seneng. Kalau keadaan begini biar dia main sampai bosen sendiri. Lebih banyak tamu lokal karena kalau tamu asing banyak yang ke Nusa Penida karena ada wahana baru kan di sana," ceritanya.

Pria asal Situbondo ini mengatakan saat ini jumlah kunjungan rombongan wisatawan lokal menggunakan bus dari Jawa juga sudah jauh berkurang. Saat ini kebanyakan juga lebih asyik berfoto-foto ketimbang main air.

"Kalau rombongan bus itu masih ada cuma nggak seperti dulu, kalau bus dari Jawa itu kan langusng ke sini anggaplah pantai Sanur itu selfie-selfiean mereka di hotel jalan-jalanlah," ucapnya.

Pemilik Homestay di Dieng Diminta Sediakan Lahan Parkir Saat DCF

Pemilik homestay di Dieng diminta untuk menyediakan lahan parkir buat traveler. Terutama saat acara Dieng Culture Festival (DCF) pekan depan.

Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dwi Suryanto. Menurutnya, upaya ini dilakukan untuk mengurangi padatnya kendaraan di dataran tinggi Dieng.

"Karena banyak yang parkir di tepi jalan, makanya jalan semakin macet. Untuk itu, bagi pemilik homestay harus menyediakan tempat parkir bagi wisatawan yang menginap, jangan di tepi jalan," tandasnya, Kamis (25/7/2019).

Bagi yang tidak memiliki lahan parkir di dekat homestay, bisa memanfaatkan lahan kentang yang belum ditanami. Sehingga, untuk sementara bisa digunakan sebagai lahan parkir selama DCF berlangsung.

"Tetapi kalau yang tidak punya lahan juga, penginap supaya diarahkan untuk parkir di parkiran aswatama," jelas Dwi.

Dalam gelaran DCF ke-10 ini, akan dikerahkan 285 tim keamanan dari berbagai unsur. Termasuk personil untuk mengatur lalu-lintas hingga kesehatan.

"Nanti melibatkan TNI/Polri, Satpol PP, Dishub, RAPI, PMI dan berbagai relawan organisasi masyarakat," tuturnya.

Bahkan menurut Dwi, selain tim medis pihaknya juga menyediakan tim non medis. Mengingat pada gelaran DCF sebelumnya selain ada wisatawan yang mengalami hipotermia juga kerasukan.

"Pada DCF sebelumnya yang kerasukan banyak, jadi kami juga menyiapkan tim medis dan non medis," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar