Sabtu, 11 Januari 2020

Orang Aborigin Marah, Batu Sucinya Didaki Turis

Suku Aborigin geram dan marah, sebab masih ada saja turis yang mendaki Uluru. Padahal, itu adalah situs suci bagi mereka.

Uluru (disebut juga Ayers Rock) berada di Taman Nasional Uluru Kata Tjuta di Red Centre Australia. Lokasinya sekitar 350 km dari Kota Alice Springs di bagian Australia Tengah.

Uluru sudah masuk dalam daftar World Heritage dari UNESCO. Bisa disebut, Uluru merupakan salah satu ikon pariwisata Australia dengan kunjungan turis mencapai angka rata-rata 200 ribu per tahun

Uluru merupakan suatu sebuah formasi batu berukuran besar berusia ratusan juta tahun, dengan tinggi mencapai 800-an meter. Warna merahnya, begitu kontras dengan padang tandus di sekitarnya.

Dilansir dari BBC, Kamis (18/7/2019) mulai Oktober 2019 mendatang akan diberlakukan larangan pendakian di Uluru. Sebabnya, masyarakat Aborigin percaya bahwa Uluru adalah batu yang suci.

Para penjaga tradisional Uluru, masyarakat Anangu yang juga suku Aborigin, percaya bentang alam ini adalah awal mula sumber kehidupan manusia di Bumi. Dari Uluru, muncul air dan berbagai hewan dari dalam gua-guanya.

Sejak saat itu, mereka melindungi lahan yang sakral ini. Maka jangan heran, ada banyak lukisan primitif di Uluru yang menggambarkan sejarah-sejarah dan kepercayaan di zaman dulu.

Hingga kini pun, orang-orang Aborigin masih menjaga nilai-nilai peninggalan leluhur di Uluru. Oleh sebab itu, mereka melarang turis untuk mendaki sampai puncak batunya. Namun, masih boleh kok berada di sekitarnya.

Apalagi, banyak turis yang meninggal saat mendaki Uluru. 16 Persen pengunjung melakukan pendakian antara 2011 sampai 2015 dan tercatat sedikitnya 35 orang tewas sejak 1950-an.

Banyaknya turis yang mendaki juga dinilai akan merusak bebatuan di Uluru. Belum lagi, tak sedikit sampah-sampah bertebaran.

Sebelum larangan penutupan pendakian Uluru, turis dari berbagai dunia datang untuk bisa mendakinya. Walau sudah ada penjelasan larangan mendaki ke puncak Uluru dalam 6 bahasa, tetap saja turis-turisnya nakal dan mendaki.

Terbaru, foto dari seorang warga Australia bernama Glenn Minett menampilkan antrean pendakian di Uluru. Mengular panjang!

Sontak saja, orang-orang Aborigin geram dan marah. Mereka akan lebih menegaskan lagi aturannya.

"Ini adalah tempat yang sangat penting, bukan taman bermain atau taman hiburan seperti Disneyland," tegas ketua Dewan Taman Nasional Uluru-Kata Tjuta, Sammy Wilson.

Orang-orang Australia lainnya pun angkat suara. Mereka meminta turis untuk menghormati suku Aborigin dan kepercayaannya. Uluru adalah batu suci bagi mereka, maka janganlah mengusiknya.

Yang bikin sedih, beberapa turis yang mau mendaki Uluru terang-terangan tidak mengindahkan larangannya. Mereka hanya berpikir, kapan lagi mendaki Uluru sebelum benar-benar ditutup.

Duh! 

Toko Roti dari Zaman Belanda yang Masih Eksis di Bandung

Berdiri sejak 1929, toko roti ini merupakan salah satu toko yang masih bertahan sesuai dengan fungsi awalnya di Jalan Braga, Bandung. pernah ke sana?

Jalan-jalan di Kota Bandung tidak lengkap rasanya jika tidak berjalan-jalan di Braga. Jalan ini terkenal sebagai pusat bisnis bagi orang-orang Eropa yang tinggal dan berkunjung ke Kota Bandung zaman kolonial. Hingga saat ini sisa-sisa keemasan jalan ini masih tersisa dalam gaya arsitektur pertokoan lama di sepanjang jalan. Sumber Hidangan adalah adalah salah satu restoran dulu yang masih bertahan di jalan ini.

Jika Anda baru pertama kali mengunjungi tempat ini, Anda tidak akan mengira jika di balik lukisan-lukisan yang dijual di Jalan Braga terdapat satu restoran yang masih mempertahankan rasa dan resep asli menu makanannya. Berdiri sejak 1929, Sumber Hidangan awalnya bernama Het Snephouis yang berarti Rumah manis, seperti namanya toko ini menjual berbagai camilan yang manis.

Ketika mengunjungi tempat ini lupakan sejenak WiFi, colokan listrik atau sofa yang nyaman. Memandang interior tempat ini sepertinya tidak banyak berubah sejak pertama kali toko ini buka, bangunan beratap tinggi gaya zaman Belanda, pola lantai teraso, dan lampu-lampu yang mengantung.

Pada satu sisi tempat ini seperti museum entah itu karena etalasenya yang terlihat tua, kursi untuk pengunjung, timbangan jaman dulu, foto-foto yang tersimpan, hingga mesin hitung dan radio tua di bagian kasir.

Toko ini terdiri dari dua bagian, satu bagian menjual berbagai roti dan kue-kue yang berderet di dalam etalase kaca. Mungkin bagi sebagian orang baru pertama kali datang ke tempat ini akan sedikit kaget dan kebingungan, bukan karena harganya tetapi karena terdapat nama roti dan kue yang berbahasa Belanda seperti bokkepoot, krentebrood, suiker hagelslag, likeur bonbon, dan lain-lain yang pastinya sulit diucapkan apalagi dipahami bagi sebagian orang. Namun Anda tidak perlu khawatir, karena pegawai di tempat ini siap membantu menjelaskan apa saja mereka jual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar