Selasa, 04 Februari 2020

Menpar Yakin Indonesia Jadi Destinasi Wisata Halal Unggulan

Diluncurkannya Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) 2019 oleh Kementerian Pariwisata pertengahan Februari lalu, mempertegas tekad Indonesia untuk menjadi global player dalam hal pariwisata halal. Sejalan dengan itu, sejumlah daerah pun semakin memperkuat posisinya sebagai destinasi halal, seperti Lombok (NTB) dan Riau.

Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal, Anang Sutono mengatakan IMTI diluncurkan bekerja sama dengan Mastercard-CrescentRating. Acuannya yakni standar Global Muslim Travel Index (GMTI).

"Selain memperhatikan soal akses, komunikasi, lingkungan sekitar, dan pelayanan yang jadi aspek penilaian GMTI, Menpar Arief juga merujuk Travel & Tourism Competitiveness Index (TTCI) yang juga jadi rujukan UNESCO," ujar Anang dalam keterangan tertulis, Selasa (16/4/2019).

Diakui Anang, peluncuran IMTI sesuai dengan pergerakan muslim traveler di dunia. Tak heran jika Indonesia punya komitmen tinggi untuk menjadi global player dalam hal pariwisata halal. Ia mengatakan hal tersebut merupakan semangat dan ide brilian, karena Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia.

Selain Lombok (NTB) dan Riau (termasuk Kepulauan Riau), daerah lain yang terpilih sebagai destinasi wisata halal adalah Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur (Malang Raya), serta Sulawesi Selatan (Makassar dan sekitarnya).

Hadirnya IMTI disambut baik oleh CEO CrescentRating & Halal Trip, Fazal Bahardeen. Menurutnya, IMTI membuat Indonesia semakin siap di sektor wisata halal. Jumlah wisatawan muslim dunia sendiri diperkirakan GMTI akan menyentuh 158 juta pada 2020 mendatang.

"Berdasarkan proyeksi GMTI, jumlah wisatawan muslim dunia akan mencapai angka 158 juta di tahun 2020. Dari jumlah tersebut, diprediksi total pembelanjaan sekitar USD 220 miliar atau setara dengan Rp 3.080 triliun dengan pertumbuhan 6 persen per tahun," jelasnya.

Kini, berkat kerja keras semua pihak, Indonesia akhirnya menempati posisi pertama pada GMTI dengan skor 78. Prestasi ini tentunya tidak dicapai secara instan, melainkan naik secara berjenjang.

Dimulai pada 2015, Indonesia baru menempati urutan ke-6 GMTI. Kemudian pada 2016 meningkat ke posisi 4, 2017 di posisi 3, lalu 2018 merangkak ke peringkat 2, hingga akhirnya 2019 ini bertengger di posisi terbaik GMTI.

Sementara itu, sejak peluncuran IMTI di Gedung Sapta Pesona Jakarta, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengaku yakin Indonesia memiliki peluang besar untuk mewujudkan dirinya sebagai destinasi wisata halal unggulan. Terlebih, Indonesia memiliki daya tarik pariwisata yang beragam dan sudah berkembang.

Bukan itu saja, muslim friendly amenities seperti halnya hotel, restoran, dan lain-lain juga sudah mulai berkembang. Apalagi, saat ini kerja sama dengan organisasi multinasional untuk mengembangkan infrastruktur pariwisata halal relatif mudah dilaksanakan. Oleh karena itu, Arief menilai untuk menjadi pusat destinasi bagi wisatawan muslim mancanegara tidak terlalu sulit bagi Indonesia.

"Indonesia telah menumbuhkan empat aspek dari GMTI melampaui semua negara. IMTI menghadapkan masing-masing daerah untuk menumbuhkan wisata halal di setiap destinasi. Ada komitmen yang kuat dari setiap elemen pemerintah dan pertumbuhan yang signifikan dari pemain industri pariwisata halal," tandas Arief. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar