Sabtu, 30 Januari 2021

Awas Kecolongan! Pakar Sebut Virus Nipah Sangat Mungkin Masuk RI

 Menanggapi kekhawatiran ilmuwan soal virus Nipah menjadi pandemi baru di Asia, Prof Zubairi Djoerban, Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut besar kemungkinan virus Nipah bisa masuk ke Indonesia. Hal ini berkaitan dengan banyaknya peternakan babi.

"Mungkin sih mungkin banget karena banyak babi juga di Indonesia, apakah akan menjadi masalah serius, saya kira kemungkinannya kecil ya," jelas Prof Zubairi saat dihubungi detikcom Jumat (29/1/2021).


Menurutnya, penularan virus Nipah sangat jarang terjadi antarmanusia. Dalam catatan kasus wabah Nipah sebelumnya, penularan antarmanusia hanya terjadi di India dan Bangladesh dengan catatan kasus sedikit.


Namun, jika tertular, angka kematian virus Nipah sangat tinggi dan tentu bisa mengkhawatirkan.


Konsumsi babi

Maka dari itu, kewaspadaan terkait penularan virus Nipah dan masuknya ke Indonesia, tetap perlu diperketat. Khususnya bagi orang yang terbiasa mengonsumsi babi.


"Untuk yang terinfeksi mestinya mengkhawatirkan, tingkat kematian lumayan tinggi, dan penularan ke manusia itu kan yang ada di peternakan babi, kemudian yang kebiasaan makan babi masih bisa (tertular)," katanya.


Kontaminasi virus di buah-buahan

Penularan virus Nipah juga disebut Prof Zubairi bisa terjadi saat makan buah-buahan yang terkontaminasi virus dari kelelawar.


"Namun secara teori kelelawar juga kan ada makan buah-buahan. Nah buah-buahan yang dimakan itu kan kadang nggak habis, nah itu kalau sudah ada virusnya, sudah ada risiko penularan," bebernya.


Apa yang harus diperketat demi mencegah masuknya virus Nipah?

Prof Zubairi menyarankan untuk melakukan skrining pada babi-babi di peternakan. Begitu juga dengan pengetatan soal pakan dan kebersihan peternakan.


"Jadi menjadi sistem menjadi sistem yang mengawasi peternakan kita yang harus waspada banget, harusnya keras mengawasi kebersihan, mengenai pakan, mengenai kontaminasi dari babi," katanya.


"Itu ada pegawai-pegawai peternakan babi harus lebih ketat," pesannya.


Prof Zubairi mengingatkan agar tidak kecolongan seperti pada pandemi COVID-19. Bagaimana maksudnya? Klik halaman berikutnya.


Jangan sampai kecolongan seperti COVID-19

Zubairi menekankan, masih ada risiko-risiko penularan lain yang mungkin bisa terjadi tapi tak disadari. Hal ini tetap perlu diperhatikan agar tak kecolongan seperti COVID-19.


"Kemungkinan paling kecil ada sih mirip-mirip seperti kelelawar dimakan ular, ular dimakan manusia, manusia menular ke manusia tahu-tahu di Indonesia sudah 1 juta," pungkasnya.

https://kamumovie28.com/movies/best-friends-forever/


Ragam Tes Corona yang Tak Terpikir Sebelumnya, Anal Swab hingga Tes Bau Ketiak


Sudah setahun lamanya virus Corona mewabah di dunia. Selama itu pula beragam cara untuk mendeteksi COVID-19 dikembangkan oleh para ahli, dari yang sampelnya diambil lewat saluran pernapasan hingga melalui dubur atau anal swab test.

Serius! Anal swab test benar-benar dilakukan untuk mendeteksi COVID-19, tepatnya di China. Metode ini didasari oleh temuan bahwa virus Corona bisa bertahan lebih lama di saluran pencernaan, dibanding di saluran pernapasan.


"Tentu saja, swab anal tidak senyaman swab di tenggorokan. Metode swab ini hanya digunakan untuk orang-orang yang tinggal di area karantina COVID-19 utama di Shanghai," kata Li Tongzeng dari Rumah Sakit You'an di Beijing, yang dikutip dari New York Post, Rabu (27/1/2021).


Meski begitu, gold standard untuk mendeteksi COVID-19 masih dilakukan dengan cara tes swab PCR (Polymerase Chain Reaction), yang sampelnya diambil lewat usapan lendir pernapasan di hidung dan mulut.


Dirangkum detikcom, berikut beberapa cara mendeteksi COVID-19 dengan hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.


1. Tes bau ketiak

Beberapa waktu lalu para ilmuwan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkenalkan alat tes COVID-19 menggunakan sampel bau keringat dari ketiak atau axillary sweat odor.


Ilmuwan yang mengembangkannya adalah Prof Drs Ec Ir Riyanarto, M.Sc, PhD, yang merupakan guru besar Teknik Informatika di ITS. Alat tersebut diberi nama 'i-nose c-19'.


Alat ini memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) untuk mendeteksi COVID-19 lewat sampel bau ketiak. Menurut Prof Riyan, alat bernama i-nose c-19 tersebut saat ini masih menjalani pengujian dan diharapkan bisa segera mendapat izin edar.

https://kamumovie28.com/movies/the-hunt-8/

1 komentar:

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    BalasHapus