Senin, 25 Januari 2021

Produksi Minyak dan Gas Melambat, Berdampak Penurunan Emisi Metana

 Pandemi COVID-19 memperlambat banyak aspek kehidupan di 2020, dan masih berlangsung hingga sekarang. Hal ini berdampak pada pengurangan emisi metana, meskipun penurunannya sedikit.

Menurut laporan International Energy Agency (IEA), ada korelasi antara penurunan emisi sekitar 10% dari perusahaan minyak dan gas yang mengalami penurunan produksi mereka. Meski demikian, operasional mereka masih melepaskan lebih dari 70 juta ton metana ke atmosfer di tahun 2020.


Pertanian adalah sumber terbesar emisi metana yang dihasilkan manusia (sekitar seperempatnya), diikuti berikutnya oleh sektor energi. Menurut IEA, kebocoran dari rantai gas alam menyebabkan sekitar 60% emisi industri dan produksi minyak bertanggung jawab atas sisanya.


Untuk diketahui, emisi metana adalah penyumbang pemanasan global terbesar kedua setelah karbon dioksida. Meskipun jumlahnya lebih sedikit di atmosfer dan umurnya jauh lebih pendek daripada karbon dioksida, metana lebih efisien dalam menyerap energi. Asumsinya, satu ton metana setara dengan 30 kali lebih banyak karbon dioksida.


IEA memperingatkan bahwa emisi dapat meningkat jika produksi bahan bakar fosil kembali meningkat. Mereka meminta perusahaan untuk berbuat lebih banyak untuk memperbaiki kebocoran di jaringan pipa dan pabrik produksi, mencatat bahwa banyak dari kebocoran tersebut dapat diperbaiki tanpa biaya bersih setelah menjual sisa metana.


Laporan tersebut menyarankan bahwa, di bawah Skenario Pembangunan Berkelanjutan IEA, sektor minyak dan gas perlu mengurangi emisi hingga lebih dari 70% pada tahun 2030.


Organisasi ini juga mendesak pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut selama perundingan iklim PBB pada November. Pada 2019, Badan Perlindungan Lingkungan membatalkan peraturan tentang emisi.


Meski kebocoran metana sulit ditemukan, satelit dengan teknologi terbaru mampu mengidentifikasinya dalam skala besar. IEA memasukkan data satelit ke dalam pelacak metana untuk pertama kalinya tahun ini.


Data dari perusahaan analitik Kayrros menunjukkan, terjadi penurunan emisi di Irak, Kuwait, Turkmenistan, dan AS pada tahun 2020, meskipun ada peningkatan di Rusia, Aljazair, dan Kazakhstan.


IEA mencatat bahwa satelit bukan satu-satunya cara untuk menentukan sumber kebocoran besar, karena satelit tidak melacak data untuk operasional lepas pantai atau di wilayah ekuator dan utara.

https://trimay98.com/movies/rising-high/


MediaTek Makin Perkasa, Tumbangkan Qualcomm di China


 MediaTek belum lama ini menumbangkan Qualcomm sebagai vendor chipset smartphone terbesar di dunia pada kuartal III 2020 menurut riset Counterpoint Research. Kini, laju MediaTek makin tak terbendung lantaran juga mengalahkan Qualcomm di China.

Hasil itu dipandang signifikan lantaran China merupakan pasar smartphone terbesar di dunia. Data dari CINNO Research menunjukkan MediaTek memimpin pasar chip di CHina pada paruh kedua 2020 dengan market share 31,7%, naik dari angka 17,9% di paruh pertama 2020.


Berada di posisi kedua adalah HiSilicon dari Huawei dengan market share 27,2% dari sebelumnya 37%. Kemudian Qualcomm ada di posisi ketiga degan pangsa pasar 25,4% dari sebelunya 30,8% du paruh pertama 2020.


Ya, HiSilicon sebelumnya menempati peringkat pertama disusul oleh MediaTek dan Qualcomm. Kini posisinya berubah, MediTek jadi jawara dibuntuti oleh HiSilicon dan Qualcomm.


Dikutip detikINET dari CNBC, turunnya posisi Qualcomm lantaran Huawei yang jadi salah satu konsumen terbesarnya dilarang memakai komponen asal Amerika Serikat oleh pemerintahan Donald Trump. Hal itu membuat Huawei fokus memakai prosesor HiSilicon yang dibuat bersama TSMC sehingga HiSilicon jadi produsen chip terbesar China di paruh pertama 2020.


Namun kemudian pemerintah AS memperketat sanksi pada Huawei di mana TSMC tak boleh mensuplai mereka lagi. Itu sebabnya, market share HiSilicon tergerus pada paruh kedua 2020.


MediaTek jadi pihak yang paling diuntungkan. Terlebih makin banyak vendor memakai chip buatan mereka yang terkenal terjangkau dan kemampuannya terus meningkat.


"Performa kuat MediaTek di kuartal III 2020 terjadi karena tiga alasan, perfoma kuat di segmen smartphone menengah dan pasar negara berkembang, larangan AS pada Huawei dan terakhir berhasil menggaet OEM terdepan seperti Samsung, Xiaomi dan Honor," papar Dale Gai selaku Direktur Riset Counterpoint beberapa waktu lalu.

https://trimay98.com/movies/high-rise-rescue/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar