Kamis, 28 Januari 2021

Cara Baca Oximeter, Alat yang Diwajibkan WHO untuk Pasien COVID-19

 Pada Selasa (26/1/2021), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pedoman baru agar pasien COVID-19 yang menjalani perawatan di rumah untuk memiliki pulse oximeter. Dengan cara baca oximeter yang tepat, pasien bisa melihat apakah memungkinkan untuk melakukan perawatan di rumah atau perlu ke rumah sakit.

"Hal lain dalam pedoman yang baru adalah bahwa pasien COVID-19 di rumah harus menggunakan oksimetri nadi, yang mengukur kadar oksigen, sehingga Anda dapat mengidentifikasi apakah di rumah kondisinya memburuk, atau akan lebih baik dirawat di rumah sakit," kata Juru bicara WHO Margaret Harris di Jenewa, dikutip dari Reuters.


Dikutip dari Healthline, pulse oximeter bisa memberikan hasil dengan selisih perbedaan 2 persen. Misalnya pada oximeter menunjukkan SpO2 82 persen, itu berarti tingkat SpO2 di dalam tubuh berkisar antara 80-84 persen.


Tetapi, cara baca oximeter ini bisa terganggu karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Misalnya seperti gerakan, suhu, atau cat pada kuku.


Lalu, bagaimana cara baca oximeter?

Cara baca oximeter bisa dengan melihat kadar SpO2 (tingkat saturasi oksigen) dan PRbpm pada pulse oximeter. Jika tingkat saturasi oksigennya 95 persen dianggap normal.


Dikutip dari Mayo Clinic, tingkat saturasi oksigen atau SpO2 normal berada pada angka 95 hingga 100 persen. Tetapi, jika saturasi oksigen atau SpO2 berada di bawah 95, seperti 92 dan seterusnya bisa menunjukkan adanya potensi hipoksemia atau kekurangan oksigen.


Sementara dikutip dari Medicover Hospitals, PRbpm pada oximeter adalah grafik denyut nadi yang bisa menentukan berapa kali jantung berdetak per menit. PRbpm atau Pulse Rate beats per minute yang normal berkisar antara 60-100 bpm.


Setelah selesai membaca oximeter, pasien tersebut bisa mempertimbangkan untuk tetap melakukan perawatan di rumah atau perlu ke rumah sakit. Jika diperlukan, lakukan konsultasi ke pelayanan kesehatan untuk menentukan seberapa sering seorang pasien melakukan pemeriksaan dengan pulse oximeter.

https://cinemamovie28.com/movies/yakuza-apocalypse/


Jubir Satgas COVID-19: Virus Nipah Tidak Baru Tapi Belum Ada Vaksinnya


 Virus Nipah baru-baru ini diwaspadai ilmuwan berpotensi menjadi pandemi baru di Asia. Dalam catatan WHO, virus Nipah lebih dulu menyebar di Malaysia, Singapura, hingga India. Ada lebih dari 100 orang yang dilaporkan meninggal.

Juru bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menjelaskan virus Nipah bukanlah jenis virus baru. Menurutnya, Indonesia juga sudah mengatur aturan terkait pencegahan jenis penyakit zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia.


"Virus Nipah bukanlah jenis virus baru karena sudah ditemukan sejak 1998 dan memang belum sukses dieradikasi secara global dan ditemukan vaksinnya," jelasnya kepada detikcom Kamis (28/1/2021).


Wiku menjelaskan, aturan tersebut tercantum dalam aspek One Health atau pendekatan kolaboratif terkait kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.


"Indonesia sendiri telah mengatur regulasi terkait aspek One Health atau pendekatan kolaboratif yang mencakup kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan pada UU No. 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan dan Inpres No.4 Tahun 2019 tentang Peningkatan Kemampuan dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons Wabah Penyakit, Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia," sambungnya.


Menurut Wiku, masyarakat tak perlu khawatir tetapi tetap penting menjalani protokol kesehatan. Protokol kesehatan yang ketat disebut Wiku tak hanya mencegah penularan dari COVID-19 saja, melainkan beragam penyakit menular lainnya termasuk virus Nipah.


"Namun tetap protokol kesehatan adalah solusi pencegahan berbagai penularan penyakit menular, tidak hanya COVID-19. Selain itu dilengkapi dengan asupan yang sehat seimbang serta olahraga yang cukup. Intinya gaya hidup bersih dan sehat adalah kunci," pungkasnya.


Kementerian Kesehatan RI juga sebelumnya meminta mewaspadai virus Nipah. Sebab, potensi virus Nipah masuk ke Indonesia tetap ada.


"Indonesia harus selalu waspada terhadap potensi penularan virus nipah dari hewan ternak babi di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah," jelas Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Didik Budijanto, dikutip dari CNN Indonesia.


"Karena dari beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya kelelawar buah bergerak secara teratur dari Semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatera khususnya Sumatera Utara yang dekat dengan Malaysia," sebutnya.

https://cinemamovie28.com/movies/the-condemned-2-2/

1 komentar:

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    BalasHapus