Selasa, 07 Januari 2020

Koteka Rupanya Tak Sekadar Pembungkus Alat Kelamin Pria

Tahukah kalian jika koteka tak hanya untuk membungkus alat kelamin kebanyakan pria Papua. Jadi, penggunaannya akan berbeda di tiap sukunya.

Misal lain yakni koteka di Pegunungan Tengah akan berbeda bentuknya dengan daerah lainnya. Pun penggunaannya.

"Koteka masing-masing suku di Pegunungan Tengah dan Mee Pago (wilayah adat Mee Pago meliputi Kabupaten Dogiyai, Deiyai, Nabire, Intan Jaya, Paniai dan Mimika) bervariasi dan memiliki kekhasan tersendiri," kata Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, Kamis (1/8/2019).

"Bentuk dan ukuran koteka sebenarnya hanya berdasarkan fungsi dan kegunaannya saja," imbuh dia.

Fungsi koteka bagi Suku Dani hanya digunakan sebagai penutup kemaluan saja. Mereka pun hanya memiliki dua atau satu buah saja.

"Dalam budayanya koteka dimiliki oleh laki-laki pegunungan Papua hanya satu atau dua, koteka diganti ketika sudah pecah, kalau sudah pecah maka dibuat koteka baru," tegas Hari.

Fungsi koteka akan berbeda di suku ini. Mereka yang menggunakannya menunjukkan suatu keberanian dilihat dari cara memakainya dan ada paduan bahan lain.

"Koteka Suku Yali ternyata tak hanya sebagai pakaian, tetapi juga fungsi. Pakaian tradisional Suku Yali adalah perpaduan antara koteka dan lingkaran rotan yang dililitkan ke badan," tegas Hari.

"Lingkaran rotan di perut dan badan, juga menunjukkan tingkat keberanian seorang pria Suku Yali," tambah dia.

Rotan banyak tumbuh di luar daerah Yali. Ada kegunaan lain dari pakaian tradisional Suku Yali ini, yaitu untuk membuat api.

"Pria Suku Yali membuat api dengan sebuah tali rotan yang digesek-gesekan pada rumput kering atau dahan kering sebagai korek api," kata Hari.

Lebih lanjut, berkaitan dengan koteka di Papua, perlu penelitian yang mendalam serta pendokumentasian yang lengkap. Beragam metode pendokumentasian harus dilakukan sebelum pakaian ini benar-benar punah.

"Penggunaan koteka dalam festival budaya maupun pada hari besar nasional dapat menjadi cara untuk melestarikan koteka," jelas dia.

Terakhir, fungsi lain koteka oleh masyarakat Pegunungan Tengah Papua digunakan untuk menyimpan uang. Caranya, melapisi bagian kelamin dengan daun kemudian sisa ruang di dalam koteka dipakai untuk menyimpan uang.

Atmosfer Berbeda di Negara Tetangga, Singapura

Singapura memang tidak terlalu jauh dari Indonesia secara jarak. Tetapi, atmosfernya berbeda jika menginjakkan kaki ke sana.
Menarik, begitulah kesan para traveler yang berkunjung ke Singapura. Suasana yang saya rasakan berbeda dengan lingkungan keseharian saya. Pedestrian dan perkantoran yang tertata rapi, bebas polusi, bahkan jalur pejalan kaki yang nyaman.

Memasuki Singapura dengan transportasi bus dari Malaysia adalah pengalaman pertama saya. Bus melaju ke arah yang di tuju setelah melewati bagian imigrasi yang super ketat.

Siang itu, saya sampai di guest house yang sudah di booking sebelumnya. Tepatnya di Serangoon street, area Little India.

Berburu makanan di area ini menjadi hal yang unik bagi saya. Ya, saya memilih nasi kandar ciri khas makanan India sebagai menu makan siang saya. Harganya masih terjangkau loh!

Bermodalkan sebotol air minum, saya dan teman pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki santai. Tibalah kami pada icon negara ini, Merlion Park. Sejauh mata memandang, saya bisa menikmati juga gedung-gedung unik lain yang ada di sekeliling Merlion Park. Berjalan di sepanjang Merlion Bridge sambil mengabadikan momen dengan berfoto.

Okay, siang yang terik mengingatkan saya pada sesuatu yang dicari oleh banyak pengunjung disini, apalagi kalau bukan es potong Singapore. Es yang melegenda di negeri ini memang asli super enak dengan pilihan berbagai rasa. Nah, kami pun memilih untuk santai sejenak sambil menikmati es menanti sore dan malam hari.

Dari kejauhan, saya begitu menikmati gedung Marina Bay Sand. Sangat menakjubkan arsitektur dan desain gedung ini, seperti sebuah kapal cruise yang terdampar tepat di atas dua gedung raksasa.

Langit mulai gelap, lampu-lampu mulai menyala, indah sekali. Kami pun berjalan perlahan sampai tiba di salah satu spot yang keren "Sky Garden". Pemandangan yang luar biasa! Dari sini lah saya bisa mengambil foto dengan objek "Garden By the Bay" sampai saya lupa waktu saat berada di sini.

Keesokan harinya, kami bersiap untuk eksplore "Sentosa Island". Setelah makan, kami berangkat menggunakan MRT dengan rute North East Line Punggol Coast-Harbourfrount, tepatnya di Vivo City Mall.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar