Kamis, 21 Mei 2020

Apa itu 'New Normal' di Tengah Pandemi Corona?

 Pandemi Covid-19 ini memang selama 2 bulan terakhir telah mengubah pola hidup masyarakat tidak hanya Indonesia, tetapi juga dunia. Untuk mencegah penyebaran virus Covid-19, masyarakat pun dihimbau untuk tidak keluar rumah.
Hal ini membuat perubahan di beberapa sektor mulai dari pariwisata, transportasi online hingga usaha-usaha lainnya. Tak bisa selamanya menjalankan hal ini, untuk menjamin keseimbangan perekonomian, sejumlah negara akhirnya melonggarkan kebijakan terkait mobilitas masyarakatnya.

Dan pola hidup baru atau new normal akan dicoba. Lalu apa sih new normal itu?

Wiku Adisasmita selaku Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengatakan, new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun tetap menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19.

Pemerintah juga mengatakan new normal adalah hidup bersih dan sehat, bukan pelonggaran PSBB.

Juru Bicara Pemerintah terkait Penanganan Covid-19, Ahmad Yurianto mengatakan, "New normal (https://www.detik.com/tag/new-normal-corona) adalah hidup sesuai protokol kesehatan untuk mencegah virus corona (Covid-19). Karena itu, jaga jarak hingga menggunakan masker akan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari."

Yuri mengatakan, hidup dengan normal yang baru ini tak ada kaitannya dengan PSBB. Dia menegaskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak pernah memerintahkan untuk melonggarkan PSBB.

"Sampai saat ini Presiden belum pernah menyampaikan dan memerintahkan kepada semua pemda untuk melonggarkan PSBB. Justru beliau meminta dalam rapat kabinet yang terakhir seluruh pemerintah daerah tetap mengawasi PSBB karena ditengarai pada beberapa minggu ini mobilitas masyarakat akan sangat tinggi terkait dengan tradisi menjelang Lebaran," ujar Yuri kepada detikNews beberapa waktu lalu.

Jelang lebaran, beberapa pusat perbelanjaan memang ramai dikunjungi warga. Sehingga banyak tempat yang akhirnya ditutup. Beberapa mal dan pusat perbelanjaan pun menggelar rapid test. Dan beberapa pegawai dan pengunjung pun menunjukkan hasil positif corona.

Sehingga tetap jaga jarak, jaga kebersihan diri dan lingkungan. Dan gunakan selalu masker sesuai dengan protab kesehatan untuk mencegah penularan virus Covid-19.

RI Impor Barang Penanganan Corona Rp 1 T, Terbanyak dari China

Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan mencatat kegiatan impor barang dalam rangka penanggulangan COVID-19 sampai awal Mei 2020 lalu telah mencapai Rp 1,142 triliun. Menurut Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Ditjen Bea Cukai (DJBC) Syarif Hidayat, dari total nilai impor tersebut barang terbanyak yang diimpor merupakan masker dan kebanyakan berasal dari China.
"Ini angkanya besar Rp 1,142 triliun. Komoditas terbesar yang diimpor adalah masker sebanyak 38 juta unit dan negara terbanyak adalah China 55,19%," ujar Syarif, Rabu (20/5/2020).

Syarif menyebutkan sebagian besar impor tersebut masuk melalui jalur udara. Mayoritas masuk melalui Kantor Pelayanan Utama (KPU) Ditjen Bea Cukai Soekarno-Hatta yang porsinya mencapai 57,01%.

Pintu masuk impor selanjutnya berasal dari Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai (KPPBC) Bogor sebesar 17,64%, KPPBC Bandung sebesar 9,22%, KPU Pelabuhan Tanjung Priok sebesar 8,08%, KPPBC Yogyakarta 2,61%, KPPBC Cikarang 1,39%, KPPBC Kendari 1,24%, KPPBC Halim 1,16%, lain-lain 1,67%.

"Utamanya melalui KPU Soekarno Hatta, karena banyak didatangkan melalui pesawat terbang, barang-barang ini datang ke KPU Soekarno-Hatta sebanyak 57,01%, lebih dari separuh barang-barang untuk penanganan COVID-19 ini masuk melalui Soekarno-Hatta. Negaranya pun adalah China. China mencapai 55,94%, jadi hampir setengah lebih barang-barang tersebut berasal dari China," ungkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar