Senin, 18 Mei 2020

Lewat Hamster, Ilmuwan Buktikan Efektivitas Masker Cegah Virus Corona

Anjuran memakai masker kini hampir diterapkan di seluruh dunia untuk mencegah penularan virus Corona COVID-19. Terkait hal tersebut, sekelompok ilmuwan Hong Kong berusaha membuktikan efektivitas masker lewat eksperimen dengan hamster.
Dr Yuen Kwok-yung dari Hong Kong University menyebut masker bedah dapat membantu mengurangi risiko penularan sampai 50 persen.

Peneliti mengetahuinya setelah bereksperimen dengan 52 hamster dalam tiga skenario. Tiap skenario memiliki hamster yang telah disuntikkan virus Corona COVID-19 lalu kandangnya ditempatkan bersebelahan dengan kandang hamster sehat di ruangan bersirkulasi udara.

Skenario pertama kandang hamster yang terinfeksi diberi partisi berbahan sama seperti masker bedah, skenario kedua kandang hamster sehat yang diberi partisi, dan skenario ketiga kandang ditempatkan tanpa partisi sama sekali. Menurut Dr Yuen skenario ini bisa mewakili kondisi di populasi manusia.

Hasilnya 10 dari 15 hamster sehat dalam skenario kandang yang sama sekali tak memakai partisi masker bedah terbukti positif terinfeksi dalam waktu seminggu. Sementara pada skenario kandang hamster sakit diberi partisi hanya ada dua dari 12 hamster yang akhirnya jatuh sakit.

Angka hewan yang jatuh sakit meningkat menjadi empat dari 12 ketika partisi masker bedah dipakai di kandang hamster sehat.

"Dalam eksperimen yang kami lakukan, sangat jelas menunjukkan ketika hamster atau manusia yang terinfeksi memakai masker, mereka bisa melindungi orang lain. Ini hasil terkuat yang bisa kami peroleh," kata Dr Yuen seperti dikutip dari SCMP, Senin (18/5/2020).

"Transmisi virus bisa berkurang sampai 50 persen ketika masker bedah digunakan, terutama pada individu yang terinfeksi," lanjutnya.

Peneliti juga menemukan hamster yang disuntik virus langsung memiliki gejala lebih parah daripada hamster yang terinfeksi lewat jalur udara.

Apa Sih Herd Immunity Corona?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tak merekomendasikan setiap negara yang menerapkan herd immunity dan melonggarkan lockdown . Sebab menurut WHO herd immunity dan melonggarkan lockdown bukanl cara yang tepat untuk memutus penyebaran COVID-19 atau corona.
Dikutip dalam Euronews, herd immunity adalah konsep dalam epidemiologi yang menggambarkan bagaimana orang secara kolektif dapat mencegah infeksi jika beberapa persen populasi memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit.

WHO menilai cara mendapat herd immunity dengan pembiaran masyarakat tertular oleh virus corona sebagai hal yang berbahaya.

Berikut seputar herd immunity corona yang dilansir dalam Business Insider (16/05/2020):
1. Puluhan Ribu Meninggal, 5 Persen yang Kebal
Penelitian di Spanyol dan Perancis menunjukkan bahwa tidak lebih dari 5 persen dari populasi tersebut telah mengembangkan antibodi COVID-19.

William Hanage, seorang ahli epidemiologi di Harvard mengatakan,"Wabah besar dan kematian yang berlebihan tidak menghasilkan herd immunity yang bermakna."

Di Amerika Serikat, hampir 85.000 orang yang meninggal, prospek kekebalan massal tidak lebih baik. Pada bulan April, sebuah peneliti di Santa Clara Country, California memperkirakan bahwa antara 2,5 persen dan 4,2 persen penduduk di sana memiliki antibodi.

Sebuah penelitian di Los Angeles Country membuat perkiraan serupa yaitu 2,8 persen menjadi 5,6 persen "seroprevalensi" yang merupakan istilah untuk presentase orang yang memiliki antibodi di dalam darah mereka.

Sebuah studi antibodi New York menemukan bahwa 13,9 persen dari penduduk negara bagian New York telah terinfeksi dengan virus Corona. Di New York City, seroprevalensi setinggi 21,2 persen tetapi itu diantara orang yang mencari tes (berarti mereka mungkin mengira tubuhnya memiliki gejala). Ini masih jauh dari angka 50-70.

Hal ini bukan pertanda baik bagi bagian lain Amerika Serikat, yang belum menghadapi gelombang infeksi yang menghancurkan seperti menewaskan 27.500 orang di New York.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar