Minggu, 17 Mei 2020

Cared+, Aplikasi untuk Cek Mandiri Gejala COVID-19

Sebuah perusahaan teknologi dari Yogyakarta, Gamatechno, mengembangkan aplikasi untuk melakukan pengecekan mandiri dan monitoring kolektif COVID-19 bernama Cared+.
Aplikasi ini membantu perangkat kewilayahan seperti desa, kecamatan, kelurahan maupun RT dalam melakukan monitoring warganya terkait kondisi gejala COVID-19 melalui hasil self screening masing-masing warga.

"Dalam kondisi wabah seperti COVID-19 ini, penting adanya partisipasi aktif dari seluruh masyarakat untuk melakukan deteksi dini berkala terhadap kondisi masing-masing. Dan adanya aplikasi Cared+ ini akan memberikan kemudahan pihak terkait untuk melakukan monitoring warganya," jelas CEO Gamatechno Muhammad Aditya dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (16/5/2020).

Aditya menjelaskan, pengecekan mandiri (self screening) bertujuan untuk menekan risiko penularan COVID-19 ketika seseorang harus datang langsung ke faskes. Menurutnya, pengecekan mandiri dalam aplikasi ini menggunakan metode self screening yang digunakan sesuai dengan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Pengguna dapat melakukan self screening melalui kuesioner yang disediakan. Aplikasi akan menunjukan indikasi gejala (ringan, sedang, berat) sesuai dengan kondisi pengguna saat itu dan rekomendasi tindakan yang harus dilakukan," jelasnya.

Dia menyebut partisipasi aktif setiap warga dan inisiatif perangkat desa terkait untuk melakukan sosialisasi ke warganya menjadi kunci sukses untuk pencegahan penyebaran COVID-19. Aditya pun menyebut dengan adamya aplikasi ini dapat membantu dalam memantau pembatasan sosial.

"Dan dengan aplikasi ini juga dimungkinkan adanya pemantauan pembatasan sosial secara swasembada dalam masyarakat. Hal ini akan sangat membantu pemerintah dalam upaya meredam peningkatan kasus COVID-19 terutama dalam penerapan kebijakan pembatasan sosial," ungkapnya.

Dia menjelaskan, untuk menggunakan platform ini cukup mudah. Bagi koordinator maupun perangkat desa cukup daftar melalui laman caredplus.id dan mengisi data dan buat kode klaster.

"Kode klaster ini yang akan mengelompokkan warga dalam klaster tertentu. Misal klaster warga RT01, kelurahan atau bahkan kelompok yang lebih besar lagi," bebernya.

Kode klaster ini nantinya akan digunakan seluruh anggota warga melalui aplikasi Cared+ yang mereka instal di perangkat masing-masing. Dengan begitu seluruh warga dapat dengan mudah dimonitor oleh perangkat desa terkait.

"Sehingga harapannya penanganan COVID-19 dapat dilakukan secara tepat dan cepat terkait kondisi warganya. Koordinator maupun perangkat desa terkait dapat melakukan pemantauan warganya melalui akses dashboard dengan melakukan login melalui caredplus.id," ujarnya.

"Kita siap membantu seluruh pemerintah daerah untuk menerapkan penggunaan Cared+ di wilayahnya, harapannya mulai dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk bisa gunakan aplikasi ini," pungkasnya.

Dicaplok Facebook, Giphy Jadi Senjata Instagram

Aplikasi konten GIF terkenal, Giphy, diakuisisi oleh Facebook. Meski tidak diumumkan secara terbuka, nilai pembelian Giphy diperkirakan berada di kisaran USD 400 juta.
Facebook berencana Giphy bakal diintegrasikan mendalam dengan Instagram dan mungkin aplikasi Facebook lainnya. Giphy pun bisa menjadi salah satu senjata andalan Instagram untuk lebih memikat penggunanya.

"Dengan memadukan Instagram dan Giphy, kita bisa memudahkan orang untuk menemukan GIF dan sticker yang sempurna di Stories dan Direct," kata Vishal Shah, Vice President of Product Instagram.

Giphy jadi salah satu layanan favorit karena begitu banyak gambar GIF tersedia dan selama ini tersedia untuk banyak platform, termasuk di Twitter, Slack ataupun iMessage. Belum jelas apakah Facebook akan melarang Giphy digunakan oleh layanan lain.

Namun kreator konten di Giphy disebut tak perlu khawatir. "Komunitas kreatif Giphy masih dapat menciptakan konten hebat di sini," tambah Vishal yang dikutip detikINET dari CNBC.

Facebook sudah lama memakai interface Giphhy di Facebook, Messenger, Instagram dan WhatsApp. Bahkan pada tahun 2015, jejaring sosial buatan Mark Zuckerberg itu sudah mencoba menawar Giphy.

Akan tetapi pada saat itu, pemilik Giphy masih ingin bermitra lebih jauh dengan perusahaan media sosial lain sehingga menolak tawaran tersebut. Kini, Giphy memutuskan menerima pinangan Facebook.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar