Istri Bill Gates, Melinda Gates, mengungkapkan perkembangan terbaru pembuatan vaksin Corona. Menurutnya, para ilmuwan mungkin akan menemukan sebuah vaksin COVID-19 yang efektif di akhir tahun 2020 asalkan ada keberuntungan.
"Jika kita beruntung," katanya, dikutip detikINET dari CNBC. Melalui yayasannya, Bill & Melinda Gates Foundation, salah satu keluarga terkaya dunia ini memang aktif mendukung dana pembuatan vaksin Corona.
Ia kembali menjelaskan bahwa membuat vaksin yang manjur membutuhkan studi yang sangat intensif. "Kemudian memastikan saat dimasukkan dalam tubuh kita, vaksin itu tidak malah membuat lebih banyak bahaya," kata Melinda.
"Jadi ya, kita mungkin saja mendapatkan satu dari para kandidat vaksin itu jika kita beruntung pada akhir tahun ini," cetus ibu beranak 3 itu.
Jikalaupun hal itu menjadi kenyataan, di mana pembuatan vaksin COVID-19 memecahkan rekor soal waktu pembuatan, tetap ada masalah lainnya. Perlu diproduksi sampai jutaan dan kemudian miliaran dosis untuk semua warga.
"Kita tidak pernah membuat vaksin tipe seperti ini sebelumnya ataupun dalam skala seperti ini. Jadi hal ini bukanlah proses yang cepat atau lancar," imbuh Melinda.
Sebelumnya, Bill Gates sang suami menginginkan agar dibuat vaksin COVID-19 bagi seluruh penduduk dunia. "Kita perlu membuat dan mendistribusikan sedikitnya 7 miliar dosis vaksin. Untuk menghentikan pandemi, kita perlu membuat vaksin yang tersedia untuk hampir setiap orang di planet ini," tulis Gates di blognya.
"Apa yang bisa kita lakukan sekarang adalah membangun pabrik vaksin berbeda untuk persiapan. Tiap vaksin membutuhkan pabrik berbeda. Kita harus siap dengan fasilitas yang bisa membuat tiap tipe, sehingga kita bisa memulai pembuatan vaksin final segera saat kita bisa," cetusnya.
Ahli Bahasa Prancis Tentukan Gender COVID-19 Adalah Feminin
The Académie Française mengukuhkan penyakit COVID-19 adalah kata benda feminin. Ini ditujukan untuk meluruskan tata bahasa yang menggunakan 'le COVID-19' dan menggantinya dengan 'la COVID-19'.
"Penggunaan feminin akan lebih sesuai," kata Académie Française di situs webnya.
Diketahui, dalam Bahasa Prancis kata benda dibagi menjadi 2 kelompok menurut gender yakni feminin dan maskulin (féminin dan mascula). Aturan ini sudah ada sejak penggunaan Bahasa Prancis kuno (ancien français). Pembagian kata benda feminin dan maskulin ini juga ada dalam bahasa Jerman dan Belanda.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri telah lama menyebut COVID-19 sebagai 'la' dalam pengucapan Prancis-nya. Di Kanada, Perdana Menteri Justin Trudeau, situs web pemerintah dan media menggunakan bentuk feminin juga.
"Mungkin belum terlambat untuk memberikan akronim ini kembali ke gender yang seharusnya," sambungnya.
Alasan di balik keputusan ini dikarenakan COVID-19 adalah akronim untuk Coronavirus disease, nah di Prancis, 'disease' disebut dengan kata 'maladie' yang masuk kategori feminin. Demikian dikutip detikINET dari rfi.fr.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar