Rabu, 06 Mei 2020

Muncul Dugaan Virus Corona Sudah Ada di Prancis Sejak Desember 2019

Sebuah bukti mengungkapkan bahwa virus Corona kemungkinan ada di Prancis lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya. Dokter di rumah sakit di Paris mengatakan menemukan bukti bahwa satu pasien yang dirawat di bulan Desember terinfeksi virus Corona COVID-19.
Jika diverifikasi, temuan ini juga menunjukkan virus Corona sudah beredar di Eropa lebih awal, jauh sebelum kasus pertama terdeteksi di Prancis maupun Italia.

Klaim tersebut berbeda dengan laporan Prancis yang mengkonfirmasi kasus pertama COVID-19 pada 24 Januari lalu. Dua pasien itu diketahui memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan, China.

"COVID-19 sudah menyebar di Prancis pada akhir Desember 2019, sebulan sebelum kasus pertama resmi di negara itu," tulis tim medis di Groupe Hospitalier Paris Seine di Saint Denis.

Dikutip dari laman CNN, dokter spesialis perawatan intensif Yves Cohen dan rekannya di rumah sakit Paris, memutuskan untuk memeriksa catatan pasien yang sakit sebelum 24 Januari untuk mengetahui kemungkinan virus Corona menyebar lebih awal dari yang diperkirakan.

Tim tersebut mengamati orang-orang yang dirawat di rumah sakit dengan penyakit mirip flu antara 2 Desember dan 16 Januari yang kemudian tidak didiagnosis dengan influenza. Para dokter menguji ulang sampel yang disimpan dalam freezer untuk virus Corona.

"Satu sampel positif, diambil dari seorang pria berusia 42 tahun yang lahir di Aljazair, yang tinggal di Prancis selama bertahun-tahun dan bekerja sebagai penjual ikan," tulis tim itu dalam the International Journal of Antimicrobial Agents.

"Mengidentifikasi pasien yang terinfeksi pertama adalah minat epidemiologis yang besar karena mengubah secara dramatis pengetahuan kita tentang SARS-COV-2 dan penyebarannya di negara ini. Selain itu, tidak adanya hubungan dengan China dan kurangnya perjalanan baru-baru ini menunjukkan bahwa penyakit ini sudah menyebar di antara populasi Prancis pada akhir Desember 2019," tulis mereka.

Namun klaim tersebut belum diverifikasi secara independen. Diketahui, hingga awal Januari, Eropa belum melaporkan kasus virus Corona. Italia, negara Eropa paling terpapar parah COVID-19 mengkonfirmasi dua kasus pertama pada 31 Januari. Mereka adalah turis China di Roma. Sementara Transmisi komunitas pertama terdeteksi pada Februari di Codogno, di utara Italia.

Para peneliti di AS juga mulai menemukan bukti bahwa virus itu menginfeksi dan membunuh orang lebih awal dari kasus pertama yang dilaporkan di negara itu.

Gejala dan Penyebab Henti Jantung Seperti Dialami Didi Kempot Saat Meninggal

Penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau dikenal dengan Didi Kempot meninggal dunia pagi ini, Selasa (5/5/2020), di Rumah Sakit Ibu Solo. Hal tersebut dikonfirmasi Asisten Manajer Humas Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu, Divan Fernandez.
Divan mengatakan, saat sampai di rumah sakit Didi sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri. Selain itu, Didi juga mengalami kondisi henti jantung.

"Tiba di IGD pagi ini pukul 07.25, kondisi tidak sadar, henti jantung, henti nafas. Dilakukan tindakan resusitasi, namun pasien tidak tertolong," kata Divan pada detikcom Selasa (5/5/2020).

Dokter spesialis ahli jantung dari RS Siloam Karawaci, dr Vito A Damay, menjelaskan henti jantung atau cardiac arrest merupakan kondisi saat jantung berhenti bekerja sebagai pompa darah yang efektif. Jadi ketika jantung bergetar saja, tidak memompa, misalnya karena adanya aritmia maka jantung tidak berfungsi sebagaimana seharusnya.

"Penyebab paling sering dari henti jantung mendadak adalah serangan jantung sehingga kedua ini sering disamakan oleh masyarakat," tuturnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Henti jantung ini berbeda dengan serangan jantung. Saat serangan jantung, aliran pembuluh darah tiba-tiba tersumbat karena pembekuan darah. Menurut dr Vito, hal ini bisa menyebabkan henti dan gagal jantung sekaligus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar