Selasa, 05 Januari 2021

Belum Terbitkan Izin Darurat, BPOM Tunggu Data Interim Uji Vaksin Sinovac

 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sampai saat ini belum menerbitkan izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) vaksin COVID-19 dari Sinovac di Indonesia. Alasannya karena masih perlu data uji klinis tingkat tiga, minimal tiga bulan setelah penyuntikan.

Juru bicara program vaksinasi COVID-19 dari BPOM, Lucia Rizka Andalusia, menjelaskan sampai saat ini data uji klinis tingkat tiga yang tersedia adalah sampai satu bulan setelah penyuntikan dosis kedua.


"Tentunya sesuai persyaratan dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia -red), minimal pengamatan harus dilakukan sampai tiga bulan untuk interim analysis yang digunakan untuk mendapat data keamanan dan khasiat vaksin sebagai data dukung pemberian EUA," kata Rizka dalam konferensi pers yang disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden, Senin (4/1/2021).


Uji klinis tingkat tiga dijelaskan Rizka akan memperhitungkan khasiat vaksin dinilai dari tiga parameter. Pertama adalah efikasi alias persentase penurunan angka kejadian penyakit, kedua imunogenisitas alias kadar antibodi yang terbentuk, dan terakhir adalah kemampuan netralisasi antibodi terhadap virus.


"Pengukuran ini dilakukan dua minggu setelah penyuntikan dosis terakhir... Kemudian dilakukan pengulangan pengukuran pada tiga bulan sampai enam bulan setelah vaksinasi," lanjutnya.


BPOM menyebut hasil uji klinis vaksin Sinovac yang dilakukan di Turki dan Brasil juga akan digunakan sebagai data pendukung.

https://cinemamovie28.com/movies/nimby-not-in-my-backyard/


Cegukan Terus Menerus Jadi Gejala Corona Varian Baru? Ini Hasil Risetnya


Varian baru COVID-19 pertama kali muncul di bagian Tenggara Inggris. Sebuah laporan yang diterbitkan oleh para ilmuwan di Imperial College London menemukan bahwa varian virus Corona baru itu sudah menyebar dengan cepat selama lockdown kedua di Inggris pada November.

Berbeda dengan jenis sebelumnya, varian virus baru Corona telah menunjukkan peningkatan penularan di semua kelompok umur. Beberapa tandanya tidak jauh berbeda dengan virus terdahulu, dan tetap harus diwaspadai.


Dikutip dari Express, Kepala Petugas Medis Profesor Chris Whitty, mengungkapkan gejala strain baru tidak berbeda dengan strain yang sudah beredar.National Health Service(NHS) merilis tiga gejala utama virus Corona meliputi:


Suhu tubuh tinggi.

Batuk terus menerus selama lebih dari satu jam, atau lebih dalam sehari

Kehilangan kemampuan mencium bau dan merasakan rasa.

Tetapi beberapa studi menemukan bahwa cegukan terus-menerus mungkin mengindikasikan gejala COVID-19 yang langka dan tak biasa. Studi pada 2020 menemukan seorang pria berusia 64 tahun yang cegukan terus-menerus sebagai satu-satunya gejala COVID-19.


Orang yang diamati dalam studi tersebut mengunjungi klinik setelah mengalami cegukan selama 72 jam. Tes darah dan paru-paru menunjukkan adanya infeksi paru-paru dan jumlah sel darah putih yang rendah. Ia pun dinyatakan positif COVID-19.


Dikutip dari Forbes, kasus serupa pernah dilaporkan dalam sebuah studi yang diterbitkan di American Journal of Emergency Medicine. Studi tersebut menunjukkan pria 62 tahun mendatangi IGD dengan keluhan cegukan selama 4 hari, tanpa disertai gejala lain. Setelah diperiksa, ternyata ia positif terinfeksi virus Corona.


NHS menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika cegukan berlangsung lebih dari 48 jam. Beberapa hal lain yang memicu cegukan umumnya karena stres, suasana hati, konsumsi makanan atau minuman tertentu, dan efek obat-obatan.

https://cinemamovie28.com/movies/taboo-new-sister/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar