Selasa, 19 Januari 2021

Jubir Satgas COVID-19 Ungkap Penyebab Kasus Corona Terus Cetak Rekor

 Indonesia beberapa kali mencetak rekor penambahan kasus baru secara berturut-turut. Hingga pada Sabtu (16/1/2021) lalu, tercatat penambahan kasus baru tertinggi yaitu 14.224 kasus sejak virus Corona pertama kali masuk ke Indonesia.

Menanggapi ini, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan penambahan kasus itu menjadi yang tertinggi. Menurutnya, salah satu penyebabnya adalah keterlambatan verifikasi data di beberapa daerah.


"Kenaikan penambahan kasus harian yang sangat tinggi bahkan tertinggi sejak virus corona pertama kali masuk ke Indonesia, salah satunya disebabkan verifikasi data yang terlambat masuk, sehingga menyebabkan penumpukan pelaporan data di beberapa daerah," jelas Prof Wiku dalam konferensi pers di YouTube BNPB, Selasa (19/1/2021).


Prof Wiku mengatakan, pemerintah pun tengah berupaya untuk memperbaikinya. Kementerian Kesehatan sedang memilah data yang masuk pada tanggal 11-17 Januari dan data yang terlambat masuk dari minggu-minggu sebelumnya.


Selain itu, Prof Wiku meminta mengatakan Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah terus memperbaiki integrasi data COVID-19. Sehingga bisa mengurangi gap dan delay data pusat dan daerah.


"Saya minta ke depannya, tidak ada toleransi terhadap delay dan keterlambatan data, karena ini sangat krusial dalam pengambilan keputusan. Dengan data yg tidak real time, maka kebijakan yang dikeluarkan tidak tepat waktu sehingga menjadi tidak efektif," pungkasnya.

https://maymovie98.com/movies/lusty-tales-of-married-women/


Parah! Bakrie Telecom Rugi, Aset Tinggal Rp 4,5 M & Utang Rp 9,6 T


 Saham PT Bakrie Telecom Tbk berpotensi dikeluarkan dari papan perdagangan saham (delisting) karena hampir 2 tahun dibekukan. Parahnya lagi kinerja keuangan emiten berkode saham BTEL itu berdarah-darah.

Melansir keterbukaan informasi, Selasa (19/1/2021), BTEL pada laporan keuangan 2020 mengalami kerugian sebesar Rp 60,17 miliar. Catatan itu berbanding terbalik dengan capaian di 2019 yang berhasil menorehkan laba bersih Rp 7,17 miliar.


Pendapatan usaha bruto Bakrie Telecom turun dari Rp 10 miliar menjadi Rp 8,1 miliar. Beban pokok turun dari Rp 6,25 miliar menjadi Rp 5 miliar. Sehingga pendapatan usaha neto turun dari Rp 4 miliar menjadi Rp 3 miliar di 2020.


BTEL berhasil mengurangi total beban usaha dari Rp 27,3 miliar menjadi Rp 10,7 miliar. Namun beban keuangan perusahaan membengkak drastis dari hanya Rp 15 juta menjadi Rp 71,56 miliar.


Total utang Bakrie Telecom turun dari posisi 2019 sebesar Rp 13,35 triliun menjadi Rp 9,6 triliun. Namun jumlah aset BTEL turun drastis dari Rp 11,23 miliar menjadi Rp 4,5 miliar.


Sebelumnya diberitakan saham BTEL berpotensi dikeluarkan dari papan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebab saham BTEL sudah disuspensi hampir 2 tahun berturut-turut.


Melansir keterbukaan informasi, Selasa (19/1/2021), BEI mengumumkan saham Bakrie Telecom sudah dibekukan selama 20 bulan dari 27 Mei 2019.


Pembekuan saham BTEL akan mencapai 24 bulan atau 2 tahun penuh pada 27 Mei 2020. Potensi delisting itu tertuang dalam Peraturan Bursa Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatan Kembali (Relisting) Saham.


Pada Ketentuan III.3.1.2 berbunyi BEI dapat menghapus saham perusahaan tercatat apabila saham perusahaan tercatat yang akibat suspensi di pasar reguler dan pasar tunai, hanya diperdagangkan di pasar negosiasi sekurang-kurangnya selama 24 bulan terakhir.

https://maymovie98.com/movies/love-chain/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar