Senin, 18 Januari 2021

Ogah Beralih ke Online, Primark Telan Rugi Rp 16,7 Triliun

 Perusahaan fashion ritel asal Irlandia, Primark mengatakan tidak memiliki rencana untuk menjual pakaiannya secara online. Meskipun perusahaan mengalami kehilangan penjualan setidaknya 1 miliar pound sterling lebih atau setara Rp 16,7 triliun dari toko yang ditutup karena pandemi COVID-19.

Melansir BBC, Senin (18/1/2021), sekitar 305 dari 389 jaringan toko global Primark telah ditutup. Penutupan toko juga termasuk di seluruh gerai yang ada di Inggris yang berjumlah 190 toko.


Para pelanggannya menantikan perusahaan menjual produknya secara online. Namun tidak seperti peritel fashion lainnya, Primark tidak memiliki toko online.


Primark telah mengalami penurunan penjualan sebesar 30% dalam 16 minggu hingga 2 Januari 2021 menjadi menjadi 2 miliar pound sterling. Perusahaan menganggap kehilangan pendapatan itu berarti kenaikan harga.


Kondisi itu berbeda dengan yang dialami pengecer mode hanya online seperti Asos dan Boohoo, yang penjualannya naik sekitar 40% dalam empat bulan terakhir tahun 2020.

https://indomovie28.net/movies/under-the-bed-2/


Pada hari Kamis, para pelanggannya meminta Primark untuk merangkul e-commerce untuk menjual produknya. Salah satu tweet dari pelanggannya berbunyi: "Penjualan online telah tinggi selama pandemi. Anda kehilangan BANYAK uang."


Pihak Primark kemudian membalas tweet itu: "Kami lebih suka menjual produk kami di toko fisik kami, tetapi terima kasih atas sarannya."


Sejak Maret tahun lalu, toko-toko non-esensial di Inggris dan luar negeri menghadapi pembatasan ketat dan penutupan berkepanjangan. Bahkan saat kini semuanya ditutup di Inggris.


Dalam sebuah pernyataan, Primark mengatakan bahwa jika semua tokonya tetap tutup hingga 27 Februari 2021, diperkirakan akan ada kehilangan penjualan sebesar 1,05 miliar pound sterling. Angka itu naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 650 juta pound sterling.


Pengecer tersebut mengatakan akan meredam kerugian dari kehilangan penjualan itu dengan melakukan efisiensi, namun perusahaan belum mengatakan apakah itu artinya mengurangi pekerja. Perusahaan memperkirakan akan mencapai titik impas pada paruh pertama tahun ini dengan mempertimbangkan laba perusahaan sebelumnya yang mencapai 441 juta pound sterling


Lalu mengapa Primark tidak ingin menjual produknya secara online?


Di masa lalu Primark mengatakan tidak akan menjual secara online karena biaya pelayanan operasi dan pemrosesan volume pengembalian yang tinggi. Sehingga perusahaan akan sulit memberikan harga yang murah.


"Sebagai pengecer mode cepat, mereka memiliki margin rendah - mereka harus sangat kompetitif dalam hal harga," kata Direktur Riset Ritel GlobalData, Patrick O'Brien.


Dia mengatakan pemain online murni seperti Asos dan Boohoo bisa melakukannya karena mereka dipersiapkan untuk itu dalam hal logistik.


"Tetapi Primark akan memulai dari awal lagi, dan harus mengintegrasikan setiap operasi online baru dengan struktur tokonya yang ada dan tentu akan mahal biayanya," tambahnya.


Meskipun demikian, Mr O'Brien mengatakan pengecer itu masih mungkin bertahan di situasi sulit ini. Sebab terbukti ada lonjakan penjualan ketika toko-tokonya dibuka kembali setelah lockdown pertama.


Namun, Richard Lim dari Ekonomi Ritel mengatakan Primark berisiko kehilangan pelanggannya yang semakin berharap untuk dapat berbelanja online.


"Mereka memiliki pelanggan setia yang sangat menyukai merek tersebut, tetapi mereka menangis dan berharap dapat mengaksesnya secara online. Semakin lama mereka tidak online, maka akan semakin mengganggu. Semakin banyak pelanggan mereka untuk beralih ke merek baru," tuturnya.

https://indomovie28.net/movies/under-the-bed/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar