Selasa, 05 Mei 2020

Kata WNI melihat Cara Peru Berjuang Lawan Corona

 Peru termasuk salah satu negara sedang berjuang melawan wabah Corona. Salah seorang warga negara Indonesia (WNI) di sana membagikan cerita soal bagaimana cara Peru Melawan Corona.
Salah satu respons yang dilakukan pemerintah Peru atas wabah Corona ialah dengan menerbitkan status darurat nasional. Lewat status ini, sejumlah bandara dan perbatasan ditutup.

"Pada tanggal 15 Maret 2020 Pemerintah Peru mengumumkan status darurat nasional dan mulai pukul 00.00 16 Maret 2020 Peru langsung menutup seluruh perbatasannya termasuk bandara, pelabuhan, dan perbatasan darat, kecuali untuk kargo, pasokan pangan, dan kemanusiaan," kata Rangga Yudha Nagara, salah seorang WNI yang tinggal di Lima, Peru dalam keterangan tertulisnya, Selasa (5/5/2020).

Selain itu, Rangga mengatakan bahwa pemerintah Peru memberlakukan aturan jam malam. Yakni dari pukul 8 malam hingga 5 pagi (lantas diperketat menjadi pukul 6 sore - 5 pagi). Barangsiapa yang melanggar akan ditangkap dan didenda.

"Peru juga tidak main-main dalam menindak masyarakat yang bandel melanggar aturan jam malam, social distancing, atau kewajiban memakai masker dan memberlakukan karantina nasional," ujar Rangga.

Sampai akhir April 2020 sudah 60.000 orang ditangkap dan diamankan ke kantor polisi dengan kemungkinan didenda hingga 430 soles (sekitar 120 USD)," sambungnya.

Kendati demikian, pemerintah Peru juga melakukan pembagian 10 juta masker yang dapat dicuci-ulang juga sudah mulai dibagikan ke masyarakat.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa pemerintah Peru juga membagikan bantuan tunai kepada sekitar 380 soles atau sekitar 120 USD sebanyak dua kali kepada 3 juta rakyat miskin Peru.

Sebelumnya, seperti dilansir Reuters, Senin (20/4/2020) Peru mencatatkan kasus positif pertamanya pada 6 Maret 2020 dan membutuhkan waktu 25 hari untuk mencapai angka 1.000 kasus. Hanya butuh 14 hari untuk mencapai 10.000 pada 14 April. Peru termasuk negara di Amerika Latin yang paling parah terdampak wabah ini.

Merujuk pada data Worldometers per Selasa (5/5) total kasus Corona di Peru mencapai 47.372 kasus. Sedangkan 1.344 orang dilaporkan wafat dan 14.427 sembuh.

Ajudan Wagub Sumut Positif Lagi Setelah Sembuh, Reinfeksi Corona?

 Ajudan Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah (Ijeck), Ori Kurniawan, kembali positif Corona. Ori diduga mengalami reinfeksi Corona.
"Iya. Ada dua kemungkinan, pertama terinfeksi ulang atau reaktivasi," kata Jubir Gugus Tugas COVID-19 Sumut, Aris Yudhariansyah, Selasa (5/5/2020).

"Kalau berdasarkan yang kita lihat kemungkinan itu terinfeksi ulang (reinfeksi)," lanjutnya.

Sementara itu, dari kasus dua warga Kabupaten Blitar sebelumnya ada yang disebut mengalami reaktivasi. Dua warga yang dinyatakan positif yakni wanita (37) asal Kecamatan Srengat dan wanita (69) asal Kecamatan Selopuro.

"Yang Srengat, ini dulunya PDP dari klaster pelatihan petugas haji dan dinyatakan sembuh pada 1 April. Hasil swab kedua negatif, keluar rumah sakit kemudian isolasi mandiri. Tapi yang bersangkutan mengalami gejala klinis lagi, dites rapid positif (reaktif). Lalu di tes swab tanggal 15 April dan hari ini hasilnya keluar terkonfirmasi positif," jelas Krisna di grup percakapan jurnalis COVID-19 Blitar, Selasa (28/4/2020).

Lalu apa bedanya reinfeksi dan reaktivasi Corona?

Reaktivasi Corona
Dijelaskan Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME), Prof Amin Soebandrio, beberapa waktu lalu, reaktivasi bisa terjadi karena virus Corona tak hanya hidup di saluran pernapasan saja, tetapi juga di berbagai macam organ tubuh lainnya. Sehingga ada virus yang tidak terdeteksi ketika pasien sudah dinyatakan sembuh.

"Reaktivasi itu berarti virus masih ada di dalam tubuh. Jadi di tenggorokan sudah tidak ada dan tidak terdeteksi, tapi mungkin virusnya masih ada di organ lain," kata Prof Amin.

"Seperti di saluran pencernaan, urine yang walaupun jumlahnya sedikit, tetapi suatu ketika dia bisa memperbanyak diri lagi," lanjutnya.

Prof Amin juga menjelaskan virus Corona bisa kembali berkembang di dalam tubuh jika pasien tersebut mengalami masalah imunitas. "Bisa berkembang kalau situasi memungkinkan, artinya kembali ke masalah imunitas pasiennya. Harusnya sih kalau kekebalan cukup itu tidak terjadi," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar