Kamis, 18 Februari 2021

Bunuh Diri Melonjak di Jepang Gegara Pandemi, Kenapa Lebih Banyak Wanita?

 Angka bunuh diri di Jepang pada tahun 2020 melonjak untuk pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir.

Yang mengejutkan, korban bunuh diri perempuan naik 15%, tidak seperti jumlah korban laki-laki yang menurun dari rata-rata.


Jepang menghimpun data kejadian bunuh diri secara lebih cepat dan akurat ketimbang negara lain. Tidak seperti negara lainnya, Jepang mengumpulkan data kasus bunuh setiap bulan.


Selama pandemi Covid-19, jumlah bunuh diri di negara itu mengungkap kisah yang sangat tidak mengenakan.


Selama Oktober 2020, angka bunuh diri di kalangan perempuan Jepang naik hingga 70% dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.


Pertanyaannya, apa yang terjadi? Mengapa pandemi Covid-19 sepertinya lebih berdampak negatif kepada perempuan daripada laki-laki?


Peringatan! Sejumlah kisah di bawah ini mungkin akan membuat Anda tidak nyaman.


Bertemu secara tatap muka dengan perempuan muda yang berulang kali berusaha bunuh diri adalah pengalaman yang pelik. Momen itu memberi saya sudut pandang baru tentang orang-orang yang berupaya mencegah tren bunuh diri ini.


Saya duduk di sebuah klinik di kawasan pelacuran di Yokohama yang dijalankan oleh badan amal bernama Bond Project. Lembaga ini fokus untuk mencegah aksi bunuh diri.


Di seberang meja saya ada perempuan berusia 19 tahun. Panjang rambutnya sebahu. Dia duduk seperti patung.


Dengan volume suara yang sangat pelan dan tanpa ekspresi wajah, dia mulai menceritakan kisahnya kepada saya.


Persoalannya terjadi saat dia berumur 15 tahun. Abangnya, kata dia, waktu itu mulai menyiksanya secara kejam.

https://maymovie98.com/movies/the-vigil/


Akhirnya itu mendorongnya minggat dari rumah. Namun, keputusan itu ternyata tidak menghentikan perasaan sakit dan kesendiriannya.


Menurutnya, mengakhiri kehidupan adalah satu-satunya jalan keluar.


"Tahun lalu, pada tanggal-tanggal yang sama seperti hari ini, saya masuk-keluar rumah sakit berkali-kali," ujarnya.


"Saya berulang kali mencoba bunuh diri, tapi saya gagal. Jadi sepertinya sekarang saya sudah menyerah berusaha untuk mati," kata dia.


Campur tangan lembaga amal Bond Project mendorongnya melupakan niat bunuh diri. Para pegiat di lembaga itu memberinya 'tempat aman'. Mereka juga menyediakan konseling bagi perempuan muda ini.


Jun Tachibana


Tachibana berharap gerakan Bond Project mampu menolong banyak perempuan menanggalkan niat bunuh diri. (BBC)


Jun Tachibana adalah pendiri gerakan Bond Project. Dia adalah perempuan tangguh berusia 40-an tahun. Optimismenya tidak pernah surut.


"Saat perempuan muda menghadapi kesulitan berat dan rasa sakit, mereka benar-benar tidak tahu harus berbuat apa," kata Tachibana.


"Kami menyediakan diri, siap mendengarkan dan memberi tahu mereka bahwa 'kami di sini bersamamu'," ujarnya.


Tachibana berkata, pandemi Covid-19 memperburuk kondisi perempuan yang sebelumnya sudah dirundung persoalan.


Para pekerja di Bond Project, kata dia, dalam beberapa bulan terakhir menerima telepon dari para perempuan yang terlilit persoalan mengerikan.


"Kami mendengar banyak kata 'saya ingin mati' dan 'saya tidak punya tempat untuk pergi'. Mereka berkata, 'ini sangat menyakitkan, saya sangat kesepian, jadi saya ingin menghilang'," ujar Tachibana.


Bagi para perempuan muda yang mengalami pelecehan fisik atau seksual, pandemi Covid-19 memperburuk situasi mereka.


"Seorang perempuan muda yang saya ajak bicara kemarin berkata bahwa dia dilecehkan secara seksual oleh ayahnya," kata Tachibana.


"Tapi karena pandemi, ayahnya tidak banyak bekerja dan sering berada di rumah. Jadi perempuan itu tidak memiliki jalan keluar dari kekerasan itu."

https://maymovie98.com/movies/lee-eun-mi-big-breasts/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar