Rabu, 24 Februari 2021

Terlahir Tanpa Rahim, Wanita Ini Dapat Keturunan dari Rahim Cangkokan

 - Kelahiran bayi dari transplantasi rahim merupakan hal yang jarang terjadi. Biasanya, prosedur ini dilakukan pada wanita yang tidak memiliki rahim atau terdapat kerusakan pada rahim. Akan tetapi, seorang bayi sehat berhasil dilahirkan dari transplantasi rahim di Paris, Perancis.

Bayi perempuan dengan berat 1.845 kilogram itu dilahirkan oleh seorang wanita berusia 36 tahun bernama Deborah yang diketahui terlahir tanpa rahim lantaran dirinya mengidap kondisi yang disebut Sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauster atau MRKH, sindrom yang dialami satu di antara 4.500 wanita.


Pasca kelahiran, Jean-Marc Ayoubi, Kepala Ginekologi, Obstetri, dan Reproduksi di Foch Hospital mengatakan bahwa ibu serta bayinya dalam kondisi baik.


Diketahui, Deborah menerima transplantasi rahim pada Maret 2019 dari ibunya yang berusia 57 tahun. Sementara itu, operasi tersebut dilakukan oleh tim sama yang turut menangani kelahirannya.


Menurut pihak rumah sakit, Deborah sukses melahirkan bayinya di usia kandungannya yang ke-33 minggu. Hal serupa rupanya pertama kali terjadi di Swedia pada tahun 2014, dimana seorang wanita melahirkan bayi setelah transplantasi rahim.


Selain Perancis dan Swedia, para dokter di Brazil juga pernah mencatat pada tahun 2017 bahwa terdapat kelahiran bayi dari wanita setelah transplantasi rahim yang ia dapatkan dari pendonor yang telah meninggal.


Menurut Ayoubi, terdapat 20 kasus di dunia mengenai wanita melahirkan dari transplantasi rahim. Hal ini tentunya memberi harapan kepada seluruh wanita yang menderita kelainan serupa. Pasalnya, terdapat alternatif seperti transplantasi yang dapat dijadikan solusi.


Namun, Ayoubi menekankan bahwa belum terdapat kasus di mana wanita dengan transplantasi rahim dapat melahirkan sebanyak dua kali, seperti yang terjadi di Swedia.

https://indomovie28.net/movies/beyond-love-and-evil/


Pro-Kontra Tali 'Strap' Masker yang Disorot Satgas COVID-19


Strap atau tali untuk menggantung masker di leher belakangan banyak diperjualbelikan. Modelnya pun beragam, ada yang berbentuk rantai hingga berhias manik-manik, sehingga masker jadi makin fashionable.

Konon, tren ini dipengaruhi oleh beberapa idol Korea Selatan yang juga menggunakan strap untuk masker yang mereka kenakan. Saat butuh dilepas, masker tidak perlu diletakkan di sembarang tempat, tetapi bisa digantung di leher dengan strap tersebut.


Meski terlihat keren, rupanya ada risiko yang mengintai. Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Brigjen TNI (Purn) dr Alexander K Ginting, SpP (K) mengingatkan strap masker berpotensi menularkan virus Corona. Waduh!


"Kalau kita turunkan pakai pengait itu sampai ke bawah, itu akan kena ke hijab, ke baju. Jadi sebenarnya bagian dalam masker itu tidak boleh kontak dengan lain-lain kecuali dengan bagian tubuh," katanya.


Menurut dr Alex, masker juga tidak seharusnya dilepas-pasang terlalu sering karena sangat mungkin ada virus menempel di permukaannya. Tangan yang menyentuhnya akan mentransmisikan virus tersebut ke hidung saat menyentuh wajah.


"Naik turunnya masker itu yang kita khawatirkan terlebih jika jari-jari kita menyentuh bagian luar masker," jelasnya.


Namun di mata para pemakainya, tali 'strap' masker punya lebih banyak manfaat. Di antaranya menghindari kontak antara masker dengan dagu, yang juga tidak lebih aman dari transmisi virus Corona.


"Jadi kalau setiap makan nggak usah repot nyimpen di kantong bisa langsung dikalungin aja dan tidak diturunin ke dagu. Kan kalau di dagu bukannya lebih tidak efektif?" kata Nisa, seorang karyawan swasta yang juga pengguna setia tali masker.


Tentunya, kebersihan harus selalu dijaga. Selain tidak perlu dipegang-pegang, tali masker juga harus sering-sering dicuci jika memang mau dipakai.


Nah bagaimana menurut kalian, aman nggak sih pakai tali masker? Tulis pendapat di komentar ya.

https://indomovie28.net/movies/beyond-love/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar