Rabu, 17 Februari 2021

Pindah dari WhatsApp ke Telegram Dinilai Ide Buruk

 Banyak user berpindah dari WhatsApp ke layanan pesaing seperti Signal dan Telegram, menyusul aturan privasi baru WhatsApp yang meresahkan. Akan tetapi pakar sekuriti kembali berbicara jangan tergesa-gesa meninggalkan WhatsApp, apalagi jika pilihannya Telegram.

"Signal lebih aman dari WhatsApp, Telegram tidak. Faktanya, arsitektur berbasis Cloud Telegram adalah risiko serius jika dibandingkan enkripsi end to end default yang ada di Signal dan WhatsApp, yang juga memakai protokol Signal," sebut pakar sekuriti Zak Doffman dalam kolomnya di Forbes.


Ia memaparkan, semua pesan grup di Telegram hanya dienkripsi antara perangkat pengguna dengan cloud Telegram, history pesan disimpan di cloud Telegram dan jika percakapan WhatsApp dipindah ke Telegram, juga disimpan di cloud mereka.


Nah, Telegram punya kunci semua data yang disimpan di cloud tersebut. "Telegram takkan bicara tentang isu serius di arsitektur keamanannya jika dibanding Signal dan WhatsApp, klaim bahwa mereka lebih aman dari WhatsApp jelas salah," sebut Doffman yang dikutip detikINET, Senin (15/2/2021).


Telegram selalu membanggakan fitur secret chat yang memang hanya di mode ini ada enkripsi end to end. Namun demikian, periset keamanan Dhiraj Mishra dalam laporannya baru-baru ini menyatakan ada celah keamanan sehingga percakapan di Telegram MacOs tidak pernah benar-benar dihapus.


Memang celah itu sudah ditambal, tapi menurut Doffman tetaplah menunjukkan kelemahan Telegram. "Celah keamanan di secret chat adalah bukti lain bahwa pindah dari WhatsApp ke Telegram, dengan tidak adanya dukungan default enkripsi end to end, adalah ide buruk," tulisnya.


Ia pun berharap user tidak gegabah meninggalkan WhatsApp ke Telegram, lebih baik menggunakan Signal. "Jangan tergesa pindah dari WhatsApp terkait kontroversi privasi. Anda bisa menjalankan WhatsApp dan Signal secara paralel dan semakin banyak kontak melakukan hal yang sama, Signal akan lebih banyak digunakan," begitu sarannya.

https://movieon28.com/movies/the-neon-demon/


Clubhouse Berpotensi Diintip China dan Lacak Pengguna


Riset Stanford Internet Observatory (SIO) menyebutkan, infrastruktur Clubhouse disediakan oleh Agora, perusahaan software real-time engagement asal China. Selain itu, nomor ID Clubhouse dan chatroom ID ditransmisikan dalam teks biasa (plaintext) yang berpotensi membuat pengguna dapat dilacak.

Laporan ini juga menyebutkan, Agora berpotensi dapat mengakses file audio mentah milik pengguna. Hasil pemantauan pada aplikasi Clubhouse menemukan adanya kejadian di mana metadata chatroom diteruskan ke server yang tampaknya dihosting di China, sementara file audio dialihkan melalui server yang dikelola oleh entitas asal China.


"Kedua masalah keamanan ini relatif mudah untuk dieksploitasi dan menimbulkan risiko keamanan langsung bagi jutaan pengguna Clubhouse, terutama yang ada di China," tulis SIO dalam postingan blognya.


Ditambahkan SIO seperti dikutip detikINET dari Apple Insider, Senin (15/2/2021) masih ada lagi cacat keamanan lainnya yang mereka sampaikan secara langsung kepada Clubhouse.


Bagi SIO, keterkaitan Agora ke China berarti harus mematuhi undang-undang keamanan cyber yang berlaku di China, dan karenanya harus mematuhi permintaan data oleh pemerintah China.


Meski Agora mengklaim tidak menyimpan file audio atau data, menurut SIO masih masuk akal jika pemerintah China berpotensi menyadap jaringan Agora dan merekam data dari traffic-nya.


"Walaupun pengembang aplikasi, Alpha Exploration Co., relatif terisolasi dari permintaan data dari pemerintah China, adanya koneksi dengan Agora membuka kemungkinan untuk pengawasan pemerintah China berdasarkan data yang lewat," kata SIO.


Upaya pemerintah China untuk mengawasi dengan ketat aktivitas online warganya telah menyebabkan pihak berwenang berupaya menyensor atau membatasi akses ke aplikasi yang tidak dapat dikontrol dengan mudah.

https://movieon28.com/movies/neighborhood-oppas/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar