Salah satu reaksi yang timbul usai divaksin Corona adalah nyeri di area bahu. Nyeri bahu setelah suntikan vaksin adalah hal biasa, dan hampir selalu nyeri yang muncul sembuh dalam satu atau dua hari.
Banyak orang melaporkan rasa nyeri pasca-vaksinasi pada otot di bagian luar bahu akibat suntikan yang ditempatkan langsung ke jaringan otot. Saat gejala ini muncul, biasanya penanganan dengan kompres es, obat anti-inflamasi dan istirahat selama satu atau dua jam bisa membantu meredakan gejala.
Namun jika nyeri di bahu tak kunjung reda dalam dua hari, bisa jadi Anda mengalami cedera bahu pasca vaksinasi (SIRVA). Pada orang dengan kondisi tersebut, nyeri bahu bisa berlangsung lama dan melemahkan.
SIRVA didefinisikan sebagai kondisi yang terjadi akibat penyuntikan vaksin yang salah ke sendi bahu, bukan ke jaringan otot. Beberapa gejala SIRVA meliputi:
Nyeri bahu kronis yang parah setelah vaksinasi
Mobilitas sendi bahu yang terbatas.
Cara mencegah nyeri bahu usai vaksinasi
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah nyeri otot pasca vaksinasi. Berikut dikutip dari Very Well Health.
Pastikan proses vaksinasi dilakukan oleh vaksinator terlatih.
Kenakan pakaian lengan pendek yang mudah ditarik ke atas hingga membuka atau memperlihatkan bagian bahu.
Jangan menggunakan pakaian lengan panjang yang membuat Anda harus memerosotkan bagian pakaian dan hanya memperlihatkan bagian atas bahu. Penempatan jarum yang terlalu tinggi di lengan dapat menyebabkan penyuntikan yang salah ke dalam sendi bahu.
Jika Anda mengalami nyeri yang berlangsung lebih dari beberapa hari, pastikan untuk memberi tahu dokter.
Perlu dicatat bahwa reaksi ini merupakan komplikasi yang tidak biasa dan jarang terkait dengan lokasi pemberian vaksin, bukan masalah dengan vaksin yang sebenarnya. SIRVA tidak disebabkan oleh bahan-bahan yang terkandung dalam vaksin, melainkan karena penempatan jarum yang tidak tepat saat penyuntikan.
https://kamumovie28.com/movies/remains/
BPOM Izinkan Vaksin Sinovac untuk Lansia, Ini 3 Syarat yang Diberikan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan izin penggunaan darurat vaksin COVID-19, CoronaVac, buatan Sinovac kepada populasi lansia di atas 60 tahun.
Dalam sebuah dokumen yang ditandatangani Kepala BPOM Penny K Lukito dan ditujukan kepada PT Bio Farma, disebutkan bahwa persetujuan ini diberikan dengan mempertimbangkan keadaan emergency wabah pandemi COVID-19.
Namun, karena masih terbatasnya bukti kemanfaatan dan keamanan vaksin tersebut, maka BPOM memberikan beberapa catatan terkait persetujuan penambahan indikasi dan posologi (dosis) vaksin CoronaVac tersebut.
Ketiga poin yang harus dijalankan adalah sebagai berikut:
Melakukan studi klinik pasca persetujuan untuk memastikan efektivitas vaksin CoronaVac untuk pencegahan COVID-19.
BPOM berhak untuk meninjau atau mengevaluasi kembali aspek khasiat dan keamanan vaksin apabila ditemukan bukti baru terkait khasiat dan keamanan.
Wajib melakukan pemantauan farmakovigilans (mendeteksi masalah keamanan obat yang belum diketahui) dan pelaporan efek samping obat ke BPOM.
Sementara itu, Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS) menyebut vaksin Sinovac akan diberikan kepada lansia di atas 60 tahun dengan cara disuntikkan ke dalam otot (intramuskular) sebanyak 0,5 mL dalam dua dosis dengan selang waktu 28 hari.
Sebelum disuntik vaksin COVID-19, lansia juga diimbau untuk melaporkan ke petugas kesehatan bila mengalami beberapa kondisi sebagai berikut.
Kesulitan untuk naik 10 anak tangga
Penurunan aktivitas fisik (sering merasa kelelahan)
Memiliki 4 dari 11 penyakit (Hipertensi, diabetes, kanker (selain kanker kulit
kecil), penyakit paru kronis, serangan jantung, gagal jantung kongestif, nyeri
dada, asma nyeri sendi, stroke dan penyakit ginjal)
Mengalami kesulitan berjalan kira-kira 100 sampai 200 meter
Penurunan berat badan yang bermakna dalam setahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar