Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI menyebut pemilik apotek tak masuk kategori tenaga kesehatan. Hal ini berkaitan dengan dugaan latar belakang 'Crazy Rich Jakarta Utara' yang belakangan viral saat divaksin Corona.
Adapun keterangan Helena Lim yang diketahui sebagai pemilik apotek disampaikan Wakil Wali Kota Jakarta Barat Yani Wahyu Purwoko.
"Dia itu memiliki Apotek Bumi namanya. Apotek Bumi Kebon Jeruk. Mereka itu termasuk ke dalam tenaga teknis kefarmasian. Ada yang jadi kasir, ada yang jadi apa ya rinciannya saya tidak begitu hafal. Jadi mereka datang ke situ memang membawa surat keterangan tenaga kesehatan," kata Yani saat dihubungi, Senin (8/2/2021).
Sementara Budi menyebut yang termasuk tenaga kesehatan adalah petugas apotek atau pemilik yang memang melayani pasien.
"Pemilik tidak (nakes) lah. Petugas apotik yang nakes," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Muhammad Budi Hidayat, dikutip dari CNNIndonesia.
Meski begitu, menurutnya, tak semua pemilik apotek lantas tak termasuk tenaga kesehatan. Bila pemilik apotek juga petugas pelayanan kefarmasian, dirinya termasuk kategori nakes.
"Pemilik kalau melayani ya masuk kategori nakes," imbuhnya.
Helena Lim, 'Cracy Rich Jakarta Utara' juga disebut-sebut mengantongi surat izin vaksinasi dengan keterangan tenaga kesehatan. Menurut Budi, hal ini adalah kewenangan Dinas Kesehatan setempat.
"Alurnya daftar ke dinkes atau puskesmas," ujar Budi.
Sebelumnya, dalam video yang viral, Helena terlihat tengah mengantri untuk vaksin Corona bersama rombongannya. Hal ini ia unggal dalam Instagram Stories pribadinya @helenalim899.
"Lagi ngantre vaksin," kata Helena dalam video di Instagram sambil memperlihatkan KTP dan kartu tanda antrean.
"Semoga setelahdivaksin kita bisa ke mana-mana. Semoga vaksinnya berhasil," katanya.
https://movieon28.com/movies/les-vampires/
TRANSMEDIA dan CT ARSA Foundation Galang Dana untuk Sulbar-Kalsel
Silih berganti, musibah datang di awal tahun ini. Gempa bumi terjadi di Sulawesi Barat (Sulbar), dan banjir melanda Kalimantan Selatan (Kalsel).
Beban berat tengah dihadapi para pengungsi. Karenanya, TRANSMEDIA dan CT ARSA Foundation membuka dompet amal untuk menampung semangat saling berbagi.
Bantuan donasi bisa disalurkan melalui rekening DOMPET AMAL TRANSMEDIA
Bank Mega: 01 074 00 11 111 889
Bank Mega Syariah: 10 000 100 100 100 4
Bank BNI: 70 123 70 321
Bank BCA: 375 0500 888
Bank Mandiri: 127 0000 2 7777 0
Bank BRI: 034 10 100 1617 301
Sekecil apapun bantuan Anda, jika dilakukan bersama akan mampu membuat Indonesia kembali pulih.
Berikut jumlah donasi yang sudah masuk per 9 Februari 2021:
Bank Mega = 124.287.614
Bank BCA = 254.998.168
Bank Mandiri = 99.356.410
Bank BNI = 110.995.564
Bank Mega Syariah = 14.981.596
Bank BRI = 89.175.690
TOTAL PENERIMAAN = 693.795.043
Varian Corona Afsel Jadi Pengingat Vaksinasi di Dunia Harus Serentak
Negara-negara kaya yang memborong suplai vaksin COVID-19 harus menyadari pentingnya vaksinasi dilakukan serentak di dunia. Karena bila tidak akan selalu ada potensi muncul varian baru Corona, seperti yang terjadi di Afrika Selatan (Afsel).
Varian Corona Afrika Selatan belakangan jadi perhatian karena menunjukkan resistansi terhadap vaksin yang ada saat ini. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyebut kemungkinan produsen perlu menyesuaikan vaksin.
"Semakin jelas bahwa produsen vaksin harus mengimbangi evolusi dari virus COVID-19. Mempertimbangkan varian terkini untuk vaksin masa depan, termasuk di dalamnya dosis booster," kata Tedros seperti dikutip dari situs resmi WHO, Selasa (9/2/2021).
"Perkembangan yang ada menekankan pentingnya meningkatkan kemampuan produksi dan distribusi vaksin COVID-19 secepat mungkin. Sehingga orang-orang bisa terlindungi sebelum terpapar varian baru," lanjutnya.
Andrea Taylor dari Duke Global Health Innovation Center menjelaskan varian muncul karena virus COVID-19 bermutasi. Ini terjadi ketika virus bereplikasi, sehingga bila ada daerah yang tidak terkendali kasusnya maka varian baru bisa muncul di tempat itu.
Akhirnya akan berdampak juga pada negara-negara atau daerah kaya yang sudah menyiapkan banyak vaksin COVID-19. Mereka harus kembali menyesuaikan program vaksinasinya ketika varian tersebut meluas.
"Jadi kata-kata 'tidak ada yang aman sampai semuanya aman' itu bukan sekedar kiasan. Memang kenyataannya seperti itu," kata Andrea seperti dikutip dari New York Times.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar