Kamis, 25 Juni 2020

CFD Ditiadakan, Ini Langkah GBK Antisipasi Lonjakan Pengunjung

Dinas Perhubungan DKI Jakarta memastikan Car Free Day (CFD) Sudirman Thamrin akhir pekan ini ditiadakan, buntut kerumunan 'horor' yang berisiko menularkan virus Corona COVID-19. Namun dikhawatirkan, kerumunan warga akan berpindah ke Gelora Bung Karno (GBK).
Public relation manager GBK, Dyah Kumala Sari, mengakui ada risiko terjadi lonjakan pengunjung akhir pekan nanti. Ini bisa terjadi karena kerumunan tidak lagi terpecah.

"Karena kemarin CFD sudah dibuka jadi masyarakat itu terpecah. Terpecah di GBK dan ke CFD. Sementara pada saat CFD belum dibuka semua ke GBK," kata Dyah saat dihubungi detikcom, Rabu (24/6/2020).

Menurut Dyah, kemungkinan terjadinya lonjakan pengunjung diantisipasi dengan memperketat protokol kesehatan yang sudah berlaku sebelumnya. Pembatasan akan diterapkan, dan jika penuh dipertimbangkan untuk ditutup.

"Saya rasa protokol itu sudah cukup ketat ya, asalkan masyarakat juga bantu untuk menerapkannya, karena sekeras apapun aturan yang kita tegakkan kalau misalnya masyarakat ga mendukung kan susah juga ya," kata Dyah.

Bayi Kembar Tiga yang Baru Lahir Dinyatakan Positif COVID-19

Bayi kembar tiga yang baru lahir di Meksiko semuanya dinyatakan positif terinfeksi virus Corona COVID-19. Dalam laporan tersebut, para ahli mengatakan kasus ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Kembar tiga yang terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan ini lahir secara prematur pada 17 Juni 2020 lalu, dan dinyatakan positif COVID-19 pada hari yang sama. Dua bayi, laki-laki dan perempuan saat ini dalam kondisi yang stabil dirawat di sebuah rumah sakit di negara bagian San Luis Potosi, Meksiko.

Sementara satu bayi laki-laki lainnya harus dirawat intensif karena mengalami gangguan pernapasan. Terkait kasus ini, para ahli sedang menyelidiki apakah penyakit itu bisa ditularkan melalui plasenta ibu selama kehamilan.

"Mustahil bagi mereka terinfeksi (virus Corona) saat kelahiran," kata Sekretaris Kesehatan Negara, Mónica Liliana Rangel Martínez yang dikutip dari Fox News, Rabu (24/6/2020).

Kedua orang tua bayi yang tidak menunjukkan gejala apapun tengah diuji COVID-19. Menurut Universitas Johns Hopkins, di Meksiko sudah ada 185.122 kasus positif dan 22.584 kematian akibat virus Corona.

Sebelumnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) telah mengeluarkan pedoman terkait penularan virus pada bayi. CDC mengatakan, bayi yang tertular virus mungkin terjadi karena droplet pernapasan ibu, pengasuh, penjenguk, atau petugas layanan kesehatan yang terinfeksi. Sementara, laporan terkait penularan saat kelahiran masih sangat terbatas.

"Saat ini berbagai upaya dilakukan untuk mencegah penularan antara ibu dan bayi baru lahir, saat kehamilan, persalinan, dan pada periode postpartum," kata CDC.

Puluhan Ribu Pasien Corona Alami Kerusakan Paru Permanen Setelah Sembuh

Puluhan ribu pasien penyintas COVID-19 mengalami kerusakan paru-paru permanen setelah terinfeksi virus Corona. Para dokter mengklaim, pasien tersebut mengalami jaringan parut (fibrosis) pada paru-paru yang disertai gejala ringan lainnya, seperti batuk dan kelelahan.
Para ahli mengklaim beberapa dari pasien itu mengalami fibrosis paru-paru. Bahkan pasien yang mengalami kondisi ini dan meninggal mencapai 42.000 orang.

Anggota komite eksekutif dari British Society of Thoracic Imaging dan penasihat untuk Royal College of Radiologists, Dr Sam Hare, mengatakan kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Pasien COVID-19 yang sembuh pun harus kembali melakukan pemeriksaan untuk mengecek keadaan paru-paru mereka.

"Dalam pemindaian selama enam minggu, sejauh ini saya melihat sekitar 20-30 persen pasien yang dirawat di rumah sakit menunjukkan kerusakan paru-paru permanen," jelasnya yang dikutip dari The Sun, Rabu (24/6/2020).

Kondisi ini diperkirakan dipicu oleh respons imun yang berlebihan. Akibatnya mengakibatkan banyak lendir dan cairan yang mengisi kantung udara di paru-paru. Hal ini membuat pasien susah bernapas dan harus dibantu alat, seperti ventilator.

Sebelumnya, studi di China telah menunjukkan bahwa pasien COVID-19 mengalami kerusakan paru-paru permanen setelah keluar dari rumah sakit. Hal ini pun terjadi pada pasien SARS dan MERS yang 60 persen pasien sembuhnya mengalami fibrosis paru.

"Kekhawatiran saya sebenarnya adalah tidak pernah menyangka sebelumnya dalam hidup kita, begitu banyak orang yang mengalami cedera paru-paru yang sama di saat yang bersamaan," kata Prof Gisli Jenkins, dari National Institute for Health Research.
https://indomovie28.net/i-dont-like-younger-men-4/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar