Senin, 22 Juni 2020

HUT ke-493, Jakarta Masih Punya 362 Ribu Warga Miskin

DKI Jakarta hari ini sedang berulang tahun yang ke 493. Di usianya yang hampir 500 tahun, Jakarta masih memiliki tugas berat yang harus diselesaikan.
Misalnya masalah kemiskinan sampai kesenjangan. Berdasarkan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) DKI Jakarta tahun anggaran 2019 jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta tercatat 362,3 ribu orang atau sekitar 3,42%.

Kepala ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto mengungkapkan kemiskinan dan kesenjangan di negara berkembang ini pasti masih ada seiring dengan pertumbuhan ekonomi.

"Tipikal negara berkembang, di Ibu Kota Negaranya pasti ada kelompok miskin atau marjinal yang dia berada di piramida paling bawah. Indonesia sama seperti Brasil, India, Argentina soal kelompok marjinal ini," kata Ryan saat dihubungi detikcom, Senin (22/6/2020).

Dia mengungkapkan, dibutuhkan fiskal dari negara untuk mencapai ke jalur terbawah tersebut. Menurut Ryan di kota seperti Jakarta ketimpangan ini harus semakin kecil.

Hal ini agar jarak antara si kaya dan si miskin tidak semakin jauh dan melebar. "Indeks gini rasio itu harus makin kecil agar si kaya dan si miskin gap nya semakin dekat. Jangan semakin lebar, alat kontrolnya itu saja," jelas dia.

Kemudian, Jakarta juga harus menghitung indeks pembangunan manusia dan bisa mencatatkan kesejahteraan.

Kepala ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengungkapkan indeks pembangunan manusia (IPM) juga harus ditingkatkan. Karena ini menjadi barometer untuk meningkatkan kualitas pemanfaatan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD).

Kesenjangan juga menjadi faktor penting, ini bisa menjadi key performance index (KPI) untuk pemerintah daerah dalam menjalankan roda bisnis negara.

"Hal-hal seperti sektor jasa juga menjadi faktor penting untuk kesejahteraan sebuah wilayah. DKI Jakarta juga bisa meningkatkan penyerapan di sisi pariwisata," jelas dia.

Dari data Bank Indonesia (BI) pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada kuartal I 2020 masih cukup kuat meski mengalami perlambatan. Ekonomi DKI Jakarta pada kuartal ini tumbuh sebesar 5,06% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 5,96% (yoy), sebagai dampak dari pandemi COVID-19.

Perkembangan ekonomi di Jakarta tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional yang tumbuh sebesar 2,97% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 4,97% (yoy).

Dari sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi Jakarta pada kuartal I 2020, terutama ditopang oleh kinerja Ekspor dan Konsumsi Rumah Tangga.

Ekspor tumbuh mencapai 9,75% (yoy) yang terutama terjadi pada ekspor barang dan jasa antardaerah. Sementara itu, Konsumsi Rumah Tangga masih cukup kuat dengan tumbuh sebesar 4,93% (yoy) ditopang oleh konsumsi makanan-minuman, telekomunikasi, kesehatan dan pendidikan yang masih tumbuh di tengah pelaksanaan work/study from home.

Dari sisi lapangan usaha (LU), pertumbuhan ekonomi ditopang oleh kenaikan kinerja di sektor jasa seperti LU Jasa Keuangan, LU Informasi dan Komunikasi, LU Jasa Pendidikan dan LU Jasa Kesehatan. Sementara itu, tiga LU utama DKI Jakarta, yakni LU Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor serta LU Konstruksi, tumbuh melambat, dan LU Industri Pengolahan mengalami kontraksi.
https://cinemamovie28.com/emelie/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar