Senin, 29 Juni 2020

Viral Pria Stroke Disangka Kesurupan, Ini Gejala Stroke yang Kerap Diabaikan

Cerita seorang netizen menangani pria tidak sadarkan diri yang disebut kesurupan viral di media sosial. Dalam penuturannya, pria tersebut disangka kesurupan karena tidak jelas berbicara.

"Ada tetangga katanya kesurupan, dari tadi malam engga sadar-sadar. Penasaran ku tengok, lah itu mah tanda-tanda stroke. Balik lagi ke rumah ambil tensi, bener aja tensinya 210/150. Sekarang udah di RS hamdallah," tulis Inna di Twitternya pada Jumat (26/6/2020) lalu.

Stroke adalah penyakit berbahaya karena menyebabkan pengidapnya berisiko meninggal dalam waktu yang relatif cepat.

Spesialis saraf RS Royal Taruma, dr Ashwin M. Rumawas, mengatakan seringkali pasien atau keluarga pasien akan mengabaikan gejala-gejala awal stroke sehingga terlambat ditangani.

"Defisit neurologis adalah gejala awal pada pasien stroke yang biasanya sering diabaikan. Defisit neurologis akan diketahui oleh pasien sendiri atau keluarga pasien, maka sebaiknya disadari sedini mungkin," kata dr Ashwin beberapa waktu lalu.

Menurut dr Ashwin, gejala defisit neurologis yang sering diabaikan meliputi:
Gangguan fungsi luhur
Gejala-gejala ini paling sering diabaikan oleh pasien atau keluarga pasien, karena dianggap hanya gangguan biasa yang bisa sembuh dengan sendirinya.

Cirinya:

1. Gangguan bahasa (afasia) adalah kondisi seseorang tiba-tiba tidak mengerti bahasa yang biasa digunakannya sehari-hari.

2. Gangguan visuospatial adalah kondisi seseorang menganggap semua benda berada pada bidang datar, sehingga ia merasa cukup hanya dengan menjangkau dengan tangan tanpa beranjak, walaupun benda tersebut berada 5 m di depannya.

3. Gangguan berhitung (akalkulia) adalah kondisi jika seseorang tiba-tiba kehilangan kemampuan berhitung dengan soal mudah sekalipun.

4. Gangguan menulis (agrafia), di mana seseorang tiba-tiba tidak bisa menulis namun masih bisa membaca.

5. Gangguan membaca (alexia), yaitu jika seseorang tiba-tiba tidak bisa membaca namun bisa menulis.

6. Gangguan mengenal nama orang atau barang (anomia), bahkan dengan orang atau barang yang sering ditemuinya

7. Gangguan memori (amnesia)

Gangguan sensorik
1. Baal atau kurangnya sensitifitas pada 1 sisi)
2. Kesemutan 1 sisi badan
3. Kesemutan sekitar mulut
4. Gangguan pengecapan atau lidah
5. Nyeri pada satu sisi tubuh

Kejang
1. Kejang fokal, yaitu kejang pada salah satu bagian tubuh (kanan atau kiri saja)
2. Kejang umum, yaitu kejang pada seluruh tubuh
3. Kejang absans, yaitu kejang disertai waktu jeda dan kemudian kejang lagi secara berulang-ulang

Waspada, Ini Akibat Penurunan Massa Otot pada Lansia

Memasuki usia di atas 60 tahun biasanya orang mengalami penurunan fisik yang signifikan sehingga cenderung tidak bisa bergerak leluasa layaknya saat masih muda. Terjadinya penurunan fungsi otot karena penuaan disebut sarcopenia. Hal ini menyebabkan lansia sulit melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan seperti menaiki tangga.
Medical Marketing Manager Kalbe Nutritionals dr Adeline Devita mengatakan penurunan massa otot paling sering terjadi pada orang yang tidak aktif secara fisik disertai kurang nya asupan nutrisi yang dapat mempertahankan massa otot.

"Orang yang tidak aktif bergerak dapat kehilangan massa otot sebanyak 3-5% setiap 10 tahun setelah usia 30 tahun," ujarnya kepada detikcom baru-baru ini.

Sarkopenia pada lansia ternyata juga dapat berdampak serius jika dibiarkan apalagi jika lansia juga memiliki penyakit lain seperti osteoporosis. Dikutip dari Study Finds, ketika dikombinasikan dengan osteoporosis, sarcopenia membuat pria dan wanita yang lebih tua lebih rentan jatuh, patah tulang, dan mengalami cedera fisik yang serius.

Untuk meminimalisir proses degeneratif khususnya untuk sendi dan tulang, kebutuhan kalsium sangatlah diperlukan untuk memperkuat tulang sejak dini. Selain itu, memenuhi asupan tinggi protein juga sangat penting untuk membantu memperbaiki jaringan tubuh dan menambah massa otot.

"Selain pemenuhan nutrisi untuk massa otot, lansia juga perlu memperhatikan nutrisi untuk kekuatan tulang agar tetap dapat bergerak aktif, yaitu memerlukan asupan kalsium agar tulang tetap kuat menopang tubuh untuk beraktivitas," kata dr Adeline.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, selain kalsium lansia juga dapat mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin D, magnesium, dan protein untuk menjaga kesehatan tulang. Bahkan, protein juga disebut mampu memperbaiki jaringan tubuh.

"Selain itu, penuhi asupan tinggi protein untuk membantu membangun dan memperbaiki jaringan tubuh serta menambah massa otot," katanya.

Asupan protein, kalsium dan vitamin harian semuanya dapat Anda dapatkan dapatkan dalam susu Entrasol Senior. Meskipun memiliki kandungan tinggi protein 12gr/ saji, Entrasol Senior memiliki kandungan yang rendah laktosa sehingga aman bagi lansia yang biasanya mengalami intoleransi laktosa.
https://kamumovie28.com/cast/blake-webb/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar