Sabtu, 27 Juni 2020

Terpopuler Sepekan: Kerusakan Paru Permanen pada Pasien Sembuh Corona

Salah satu dampak jangka panjang yang akan dialami pasien virus Corona adalah kerusakan paru. Tercatat puluhan ribu pasien yang sembuh dari COVID-19 mengalami kerusakan paru permanen yang disebabkan adanya jaringan parut pada paru-paru mereka.
Pasien sembuh virus Corona yang mengalami kerusakan paru permanen berada di kisaran angka 42 ribu orang. Dokter menyebut hal ini membuat pasien sembuh tetap harus rutin kontrol untuk pemeriksaan paru secara rutin.

"Dalam pemindaian selama enam minggu, sejauh ini saya melihat sekitar 20-30 persen pasien yang dirawat di rumah sakit menunjukkan kerusakan paru-paru permanen," kata anggota komite eksekutif dari British Society of Thoracic Imaging dan penasihat untuk Royal College of Radiologists, Dr Sam Hare, dikutip dari The Sun.

Pada penelitian dalam jurnal Radiology yang dipublikasikan Maret lalu, 66 dari 70 pasien virus Corona bergejala sedang sampai berat yang sembih mengalami kerusakan paru saat menjalani pemindaian CT scan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuhui Wang, ahli radiologi di Universitas Sains dan Teknologi Huazhong di Wuhan, China, di antara kerusakan visual yang nampak, ditemukan adanya gumpalan padat jaringan keras yang menghalangi pembuluh darah.

Kondisi ini juga hampir sama dengan yang dialami pasien sembuh MERS dan SARS. Pada studi jangka panjang di pasien SARS, sekitar sepertiga yang pulih mengalami kerusakan paru permanen sementara untuk pasien MERS, secara umum kerusakan paru terlihat tujuh bulan setelah sembuh.

Beberapa pasien berisiko mengalami kondisi ini, terutama kelompok lansia dan pasien dengan penyakit komorbid.

Peneliti Temukan Kerusakan Otak pada Pasien Corona Bergejala Berat

 Studi terbaru menemukan infeksi virus Corona COVID-19 pada pasien berat bisa mengakibatkan kerusakan otak. Tak hanya kerusakan otak, infeksi juga bisa mengakibatkan sejumlah komplikasi seperti, stroke, inflamasi, psikosis (gangguan jiwa yang ditandai dengan halusinasi atau delusi, dan gejala seperti demensia.
"Ini adalah gambaran penting komplikasi COVID-19 terkait otak pada pasien yang dirawat inap. Ini begitu penting bahwa kami melanjutkan pengumpulan informasi untuk memahami virus ini secara penuh," ujar Sarah Pett, salah satu peneliti dalam studi sekaligus profesor di University College London.

Dikutip dari laman Telegraph, studi yang dipublikasikan dalam jurnal Lancet Psychiatry melihat secara rinci pada 125 kasus di Inggris. Benedict Michael, salah satu pemimpin studi, menekankan studi hanya fokus pada kasus infeksi berat.

Data dikumpulkan dalam rentang waktu 2 April hingga 26 April 2020 saat virus tersebar secara eksponensial di Inggris. Peneliti menemukan, umumnya komplikasi yang tampak adalah stroke sebanyak 77 kasus dari 125 pasien. Sebagian pasien berusia di atas 60 tahun dan umumnya disebabkan pembekuan darah di otak atau disebut stroke iskemik.

Temuan lainnya menemukan 39 kasus dari 125 pasien menunjukkan kebingungan atau perubahan pada tingkah laku yang merefleksikan gangguan pada kesehatan jiwa. Dari jumlah tersebut, ada sembilan kasus yang memiliki disfungsi otak yang tidak spesifik atau ensefalopati dan tujuh kasus terdapat peradangan otak atau ensefalitis.

Menurut Michael, temuan ini penting sebagai langkah awal untuk menemukan efek virus Corona COVID-19 pada otak.

"Kami kini memerlukan studi mendetail untuk mengerti kemungkinan mekanisme biologis, sehingga kami bisa mengeksplorasi perawatan yang potensial," katanya.
https://cinemamovie28.com/detektif-conan-episode-951/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar